Opini

Toxic Circle Adalah Racun?

Oleh: Alisyia Bilbina

Saya pribadi ingin menulis tentang sebuah topik yang mungkin saja pernah kita semua alami, istilah ini dipopulerkan di kalangan milenial dengan sebutan “Toxic Circle”.

Istilah ini memang terkesan baru di telinga beberapa orang, maka perlu rasanya bagi saya untuk menjelaskan secara singkat apa pengertian dari istilah keren ini? Sesuai dengan namanya, toxic circle berarti suatu sirkel pertemanan atau persahabatan dengan lingkungan sekitar seseorang yang memberikan efek atau dampak negatif seperti racun kepada seseorang yang biasanya lebih ke segi non-fisik atau mental, tetapi tidak menutup kemungkinan juga dampaknya bisa dirasakan secara fisik.

Dampak-dampak dari pertemanan negatif ini pun cukup banyak, mulai dari seseorang yang tidak mendapatkan dukungan atau support yang tentunya sangat penting bagi mental seseorang, selain itu bisa juga menimbulkan rasa kecemasan, merasa tidak dihargai dan yang paling parah sampai bisa menimbulkan rasa depresi. Tentu saja ini timbul karena rasa tidak dihargai, tidak disayangi dan sering diremehkan oleh orang-orang disekitarnya.

Jujur saja bentuk-bentuk toxic circle ini sangat beragam, dapat berupa menggosipkan satu sama lain, memberi pengaruh buruk, kompetisi atau persaingan tidak sehat, membanding-bandingkan masalah pribadi, hingga rasa egois yang berlebihan. Sangat memuakkan memang.
Mungkin perkara ini awalnya dianggap sepele dan merupakan hal kecil tapi jika dibiarkan akan berdampak sangat buruk.

Seperti yang sudah saya sebutkan sebelumnya, toxic circle memiliki dampak negatif yang cukup mengerikan jika terus dibiarkan. Selain itu, saya juga memiliki pandangan bahwa seseorang harus memahami kondisi orang sekitar, mengerti dan menyadari kalau dirinya akan atau bahkan sekarang berada dalam sebuah toxic circle. Karena, jika sudah mengerti dampak yang ditimbulkan, maka akan lebih mudah bagi orang tersebut untuk menghindari serta keluar dari pertemanan yang tidak sehat itu.

Disamping itu, selain kesadaran dari diri seseorang, tentu saja juga dibutuhkan bimbingan dari orang di sekitarnya khususnya yang berusia lebih tua atau senior. karenakan apabila orang tersebut mengalami dampak dari toxic circle, maka dengan bantuan orang tua, atau kakak serta guru jika mungkin masih merasa tidak nyaman bila langsung berbicara dengan mereka, bercerita pada orang yang paling dipercaya pun bisa menjadi solusi membantunya untuk pulih kembali dan mengambil keputusan tegas agar tidak lagi terjerumus ke dalam pertemanan seperti itu lagi. Pengawasan ini dapat dilakukan dengan menjadi lebih peka terhadap orang tersebut, dan menasehati serta membuatnya merasa nyaman serta ingin bercerita dan lebih terbuka.

Sehingga, saya dapat menyimpulkan bahwa mengingat betapa besarnya dampak yang ditimbulkan, maka kita semua harus memahami dan menyadari apakah kita sendiri sekarang atau kelak akan terjerumus dalam pertemanan seperti itu. Berharap bahwa kita semua dapat menjadi pribadi yang lebih baik agar tidak ada lagi toxic circle yang dapat menyakiti perasaan dan hati seseorang.

pict: Kompasiana.com

936 total views, 3 views today

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *