Oleh: Penyair Amateur
Kenapa saya menyukai hari Jumat? Baiklah, walaupun itu pertanyaan dari saya sendiri, dan mungkin tidak penting bagi dunia persilatan, saya akan dengan senang hati menjawabnya. Heuehu. (Kenapa harus tertawa juga sih – batinmu)
Hari ini, ketika saya menulis tulisan yang tidak penting bagi Benny Wenda (juga Benny Wenda juga tidak penting bagi saya) saya shalat Jumat di masjid terbesar di Surabaya. Jika belum tahu, namanya Masjid Al Akbar. Tentang kapan dibangun dan habis berapa biayanya, datang saja ke sana biar jelas. Saya belum bisa menjawab itu. (Apasih..)
Dari kejauhan saya melihat polwan membagikan nasi kotak. Persis di depan gerbang pintu utama. Tentu saja menggembirakan. Saya lihat senyum dari orang-orang yang menerima makanan itu. Betapa indahnya pemandangan itu.
Ketika berangkat kerja pagi ini, saya juga melihat seorang “emak” membagikan nasi bungkus pada Abang becak di daerah Kletek. Juga di depan RSI Wonokromo, saya lihat dua gadis tengah membagikan makanan yang terbungkus dalam kotak streofom putih. Ada abang ojol dan abang becak yang gembira menerimanya.
Dulu saya punya anak didik yang tiap hari Jumat punya kegiatan mulia serupa. Memberikan makanan pada mereka yang membutuhkan. Sangat indah sekali.
Barangkali itu, kenapa saya menyukai hari Jumat. Ya, walaupun anda tidak peduli juga. Heuehu.
Pandemi memang masih berlangsung dan saya tidak punya kemampuan untuk meramal kapan berakhirnya. Tetapi selagi kita saling berbagi kebahagiaan dengan sesama, saya pikir dunia akan baik-baik saja. Ketimbang saling caci maki di dunia Maya yang tak akan pernah berakhir (karena saling balas sampai kuota internet pailit).
Demikian contoh tulisan yang menceritakan pengalaman yang semoga saja ada gunanya bagi saya. Heuheu. Mari kita menjadi pribadi yang ringan berbagi, sebelum dipanggil Sang Illahi. Alfatihah.
*Penulis berumah tangga di Instagram penyair_amatir
