Opini

Ini Notifikasi atau Panggilan Uji Nyali?

Oleh: Ketut Ghina

Kehidupan ini diselimuti banyak realitas kompleks, karena ini adalah hidup. Jika diselimuti wijen, namanya jadi onde-onde. Dari awal sudah memikul banyak masalah, lalu datanglah pandemi Covid-19, bencana dunia! Hidupku yang tadinya cukup kompleks namun tetap berwarna mendadak terstagnan, makin banyak beban berdatangan tanpa dipersilahkan.

Covid-19 membuat kita terikat oleh banyak hal baru. Peraturan baru, gaya hidup baru, kebiasaan baru, bahkan sistem pembelajaran baru.  Mau tidak mau, suka tidak suka, aku harus menjalaninya dengan sok berlapang dada (demi kesejahteraan bersama).

Memang sih dunia belum berakhir, bulan masih menggantung di langit, hujan masih turun membasahi pucuk hijau klorofil, manusia masih berlomba-lomba mengejar materi, tapi banyak aspek dalam kehidupan yang tadinya terasa menyenangkan, berubah menjadi sesuatu yang kubenci. Salah satunya notifikasi. Dulu, seringkali sudut bibirku tertarik membentuk lengkungan ketika membaca notif chat lucu dari teman-teman, atau sekadar membaca grup chat keluarga besar yang dipenuhi kabar hoax dengan bumbu-bumbu kerempongan cukup membuat diriku terhibur. Sekarang? Semuanya jadi rumit.

Aplikasi berwarna hijau dengan icon telepon itu kunobatkan sebagai aplikasi tersibuk dan salah satu penyebab hari menjadi buruk. Pasalnya, dari notifikasi, list nama siswa yang ikut remedial, kritik serta revisi artikel yang berdatangan, deadline pengumpulan tugas, teguran wali kelas, semuanya terpampang jelas. Aku jadi sering cemas ketika hendak membuka pesan-pesan tersebut. Rasanya ingin lari ke ujung dunia, namun sadar jika lari tak lantas membuat notifikasi di gawai berhenti. Kalau dipikir lagi, ini notifikasi atau panggilan uji nyali? Eh, jumpa setan mungkin bisa membuatku berteriak ketakutan, tapi jika aku lengah dan melewatkan banyak kabar dari notifikasi justru membuat masa depanku terancam.

Setelah cukup lama bertanya-tanya ‘kenapa ketikan orang bisa jadi semenakutkan ini?’. Beberapa hari yang lalu, aku menemukan penjelasan teoritis terhadap kejadian yang aku alami. Heuheuheu, ternyata 2 jam scrolling timeline Twitter ada benefitnya juga.

Cuitan user @apriliouz di salah satu utasnya membuatku dapat mengambil konklusi kalau manusia punya respon flight of fight atau respon untuk menghindar dari sesuatu yang membuat kita terancam. Oleh sebab itu, aku jadi malas membuka notifikasi, karena aku tahu persis kalau isinya pasti tugas baru beserta antek-anteknya. Masalah utama di sini adalah pikiran, jika aku terus-terusan tak berani membuka pesan, maka aku tidak akan punya kemampuan menghadapi masalah yang lebih berat lagi kedepannya.

-Penulis merupakan sosok yang sedang berusaha membangun mental sekuat benteng Takeshi.

Source: Pinterest.

Utas lengkap dapat diakses di sini.

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *