Opini

November: Ketar-ketir Bulan Kecemasan

Setelah 1 tahun lebih bersemayam di rumah, akhirnya kami dihajar habis-habisan dengan segala macam ujian yang datang di bulan yang sama. Dengan satu tarikan napas, aku mengakui bahwa separuh nyawa kami di kelas 12, sangat bergantung pada ke-hoki-an kami di bulan November.

Aku tidak ragu untuk berkata, banyak orang yang terengah-engah menjalani hidup di bulan November ini. Perasaan takut, cemas, ketar-ketir, panas-dingin datang dalam satu waktu. Entah ini perasaan normal seorang siswa yang mati-matian mengejar nilai terbaiknya di tahun terakhir di SMA atau ketidaksiapan diri untuk menghadapi itu.

Aku awali dengan ganasnya Ujian Praktek (Uprak) yang datang di minggu ke-2 bulan November. Jujur, selama seminggu menjalani ujian ini, tidak ada hari yang jantungku berdetak normal. Dag-dig-dug parah. Setiap masuk ruangan ujian, telapak tangan dingin takaruan. Tapi, yang lucu di sini, karena hampir sekelas kami merasakan hal yang sama, kami saling beradu tangan siapa yang paling dingin. “He, pengang tanganku ta, dingin banget,” kata seorang teman. “Tanganku kek es kutub utara, woy!” jawab yang lain. Mungkin, dinginnya tangan itu menandakan kamu anak kelas 12 yang rela menyampingkan kecemasan dan ketakutanmu yang tidak terbendung untuk mengikuti segala macam prosedur kelulusan.

Yang membuatku merasa sedikit beruntung di sini adalah aku lulus validasi BKU. Jujur, seminggu sebelum Uprak berlangsung, otakku merintih karena menghapal ulang doa-doa yang sudah lenyap dari kepala. Tapi, kalimat “hasil tidak menghadapi proses” berpihak kepadaku hari itu. Aku dinyatakan lulus validasi BKU. Jadi, aku tidak perlu susah payah mengikuti segala macam ujian agama yang menurutku pribadi, lebih sulit daripada validasi. Aku pun bisa meyakinkan, otakku akan berotot jika mengikuti uprak agama dan uprak mata pelajaran lain secara bersamaan.

Disamping kerisauanku panjang lebar, ada satu hal yang kudapati selama seminggu cemas ini. Kami menjadi diri kami di hari itu. Artinya, tidak ada bala bantuan, selain kata hati. Sikap ini yang tidak perlu ada tanggal kedaluwarsa sebenarnya.

Berselang satu minggu setelah Ujian Praktek, di minggu terakhir bulan November, kami nantinya akan dihantam dengan Penilaian Akhir Semester (PAS). Seperti tidak ada waktu untuk menghela napas. Tapi, kami adalah manusia yang kodratnya dihunjani ujian bertubi-tubi. Seperti kutipan yang cukup familiar, “Semakin Allah cinta kepada hambanya, semakin banyak ujiannya.” Dan kelas 12 adalah masa-masa yang “seharusnya” minim sambat, karena pada masa ini, kami lebih dicintai. Wkwk…

Menjelang PAS, tidak ada tak-tik spesial. Hanya mengulas kembali materi sebelumnya yang beruntung jika masih berampas di otak. Tapi, besar harap kutaruhkan di PAS ini. Karena ini adalah ambang penentuan siswa eligble sekolah untuk mengikuti SNMPTN.

Kata kebanyakan guru, “Berikanlah usaha terbaikmu di kelas 12.” Dan saya maupun kami kelas 12 sedang berusaha untuk memenuhi standar itu. Semoga saja hasil terbaik lekas berlabuh, selepas usaha tanpa batas yang sudah kami keluarkan. Aamiin..

~ Mutia Bahalwan
Di balik bilik
|Mengaduk isi kepala
Surabaya, 20 November 2021

Sumber gambar: edukasi.kompas.com

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *