Buku

Pemuda Langit: 40 Hari Jalan Hijrah Para Pemuda Dalam Mengejar Keutamaan Subuh

Judul: Pemuda Langit, 40 Hari jalan hijrah para pemuda dalam mengejar keutamaan subuh
Penulis: Fandhy Sultan, Lana, Zeineddin, Fikri, Brahma, Tama, Daffa, Irham, Farhan, Dany, Darvesh, Nabila, Ifen, Nashwan
Penyunting bahasa: Fatimah Az-Zahra
Desain isi : Abdullah Azzam
Desain sampul : Ayska Hanif
Penerbit: Diandra Kreatif (Kelompok Penerbit Diandra)
Kerjasama Penerbit: PI Raudlatul Jannah
Tahun terbit: 2019
Tebal halaman: 126 Halaman
Ukuran buku: 13×19 cm

Buku ini berisi tentang cerita perjuangan para pemuda Sekolah Menengah Pertama yang mencari dan mengejar keutamaan dari shalat subuh. Dalam mencari keutamaannya, para pemuda tersebut melakukan perjalanan hijrah selama 40 hari lamanya.

Telah diketahui, bahwa shalat berjamaah adalah ibadah utama bagi setiap muslim, namun kenyataannya masih belum banyak orang yang mampu menjalankannya dengan baik. Kalau toh ada, shalat berjamaah di masjid hanya diisi oleh kaum tua yang berada dalam usia senja. Pemuda yang diharapkan menjadi generasi penerus kemajuan umat faktanya masih belum mampu tampil dengan maksimal.

Ditengah lemahnya para pemuda dalam menjalankan aktifitas ibadah, sekelompok siswa yang tergabung dalam “Pemuda Langit”, berjuang sekuat tenaga demi tegaknya peradaban di atas. Upaya tersebut mereka buktikan dengan menjalankan shalat berjamaah di masjid selama 40 hari tanpa putus.

Buku ini mempunyai bab-bab yang penting untuk dibaca, beberapa contoh isinya yakni cara perjalanan mereka dalam menghidupkan ibadah selama 40 hari, serta keajaiban-keajaiban yang mereka alami. Ada pula bab catatan hati, kunci kemudahan, pemuda hijrah, journal of subuh, pejuang subuh, arti perjuangan, menjaga niat, teman seperjuangan, bisa karena terbiasa.

Ada bab yang cukup menarik di buku ini, yaitu bab “Menjaga Niat” yang ditulis oleh Nashwan. Banyak orang yang mampu melangkahkan kakinya ke tempat wisata, pusat perbelanjaan, tempat makan walau di tengah keadaan hujan, panas atau keadaan cuaca yang tidak menentu, namun sangat sedikit orang yang mampu melangkahkan kakinya untuk menuju masjid walau hanya untuk dua rakaat saja.

Di tengah kondisi saat ini, langka sekali orang mempunyai kepedulian diri untuk mendekatkan dan mengoreksi hubungannya dengan Dzat yang Maha Pengasih. Oleh karena itu, perlu didahulukan untuk menanamkan niat. Kita beramal bukan karena takut dengan guru, malu dengan teman, atau enggan dengan orang tua, tapi benar-benar kita niat beribadah hanya karena Allah yang menciptakan semesta.

Selain bab diatas, ada pula bab “Bisa Karena Terbiasa” yang ditulis oleh Ifen. Shalat adalah kebutuhan manusia, bukan kebutuhan tuhan. Kegiatan shalat subuh berjamaah harus dipaksakan pada diri sendiri untuk berbuat taat. Menurutnya, berbuat baik kadang harus memaksakan diri untuk melakukannya, Mungkin awalnya berat, namun jika terbiasa akan menjadi ringan dan mudah dilakukan.

Kita semua tentu pernah mendengar istilah “candu”, yaitu sesuatu yang jika kita memakai, melakukan, atau mengerjakannya akan merasa ketagihan. Jika seseorang sudah merasakan nikmatnya iman, maka ia akan kecanduan melakukan ibadah. Sebaliknya, jika ia sudah merasakan nikmatnya maksiat, akan terasa aneh jika tidak melakukannya.

Semua bab di buku ini menceritakan pengalaman pribadi para “Pemuda Langit”, sehingga kita yang membaca buku ini pasti akan termotivasi untuk melakukan apa yang telah dilakukan para pemuda tersebut.

Buku ini sangat mudah dipahami karena tidak bertele-tele dalam cara menyampaikannya. Namun sayangnya, buku ini tidak dicetak secara resmi, buku ini tersedia sangat terbatas

Pengulas: Arifansyah (redaksi)

pict: news.bersamadakwah.net

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *