Buku

Resensi: 1Q84, Dua Bulan Menggantung di Langit

source: google

1Q84, buku karya novelis kondang asal Jepang, Harumi Murakami. Murakami lahir di Kyoto, 12 Januari 1949 dan ia telah menulis karya-karya sastra populer seperti Norwegian Wood, The Wind-Up Bird Chronicle, A Wild Sheep Chase, dan lain-lain.

Buku ini terbit pada tahun 2009, dan terbagi menjadi 3 jilid, kali ini saya akan menjelaskan jalan cerita dari ketiga jilid secara singkat, kemudian mereview dari sudut pandang saya.

Dalam menulis 1Q84, Murakami terinspirasi oleh George Orwell di bukunya yang berjudul ‘1984’. Jika 1984 mengusung konsep pemerintahan atau yang dikenal sebagai ‘Big Brother’ yang bertugas memperhatikan gerak-gerik masyarakat, mengatur pola pikir hingga merubah dinamika kehidupan, percintaan, hingga mengguncangkan prinsip-prinsip yang dipegang oleh si tokoh utama, maka Murakami menghadirkan konsep dunia paralel pada 1Q84, di mana di dunia ini ada dua bulan menggantung di langit. Dua tokoh diceritakan dari sudut pandang yang berbeda, namun mereka hidup di dunia yang sama. Dunia paralel ini mirip dengan dunia nyata, hanya saja, ada dua bulan di langit dan keanehan-keanehan yang timbul secara tidak logis.

Dua peran utama di buku ini adalah Tengo dan Aomame. Mereka tinggal di daerah Tokyo, Jepang. Pertemuan keduanya dimulai saat Aomame dan Tengo duduk di bangku sekolah dasar, mereka merupakan teman sekelas yang bertemu, saling menatap, dan berujung dekat. Namun akhirnya berpisah tepat setelah Aaomame memberikan isyarat yang implusif dan ambigu.

Di tahun 1984, umur mereka hampir menginjak 30. Aomame adalah seorang perempuan yang bekerja sebagai binaragawan, ia juga mempunyai pekerjaan lain yang cukup berbahaya, pembunuh. Suatu hari, ia mendapat perintah untuk melakukan ‘pekerjaan’ tersebut, nahas, Aomame terjebak oleh hiruk pikuk kemacetan kota. Supir taksi pun menyarankan Aomame untuk berjalan melalui tangga darurat dan menaiki kereta. Setelah Aomame memutuskan untuk menuruti perkataan supir taksi tersebut, ia malah turun dari kereta menuju dunia yang berbeda, dunia paralel.

Sedangkan Tengo merupakan guru matematika dan novelis yang identitasnya disembunyikan. Suatu hari, Tengo mendapat pekerjaan yang diperintahkan oleh Komatsu, editor di salah satu perusahaan penerbit. Tengo diminta untuk menjadi ‘ghost writer’ dalam novel ciptaan Fuka Eri, gadis cantik berusia 17 tahun yang bukunya akan diterbitkan sekaligus didaftarkan ke salah satu kompetisi sastra bergengsi.

Sesuai rencana, buku yang berjudul ‘Kepompong Udara’ tersebut sukses besar. Fuka Eri mendapat penghargaan sebagai penulis pendatang baru terbaik di Jepang. Sedangkan Tengo merasa ada sesuatu yang mengganjal dari lubuk hati yang terdalam, kemudian Fuka Eri menyatakan bahwa Kepompong Udara merupakan kisah nyata, dan ada sosok yang tidak suka jika kisah ini dipublikasikan. Sosok tersebut berbama ‘Little People’. Saat proses penulisan, tanpa sadar Tengo sudah masuk ke dalam dunia yang sama seperti Aomame.

Pada buku jilid 1 dan 2, konflik yang dihidangkan oleh Aomame dan Tengo selaku pemeran utama sangat beragam, hingga membuat saya pusing tak karuan. Pada jilid 3, masalah-masalah yang dialami Aomame dan Tengo mulai terlihat jelas jalan keluarnya.

Ada beberapa tokoh yang eksistensinya sangat singkat, berujung mati begitu saja. Padahal, menurut saya, tokoh-tokoh ini memegang peranan yang cukup besar. Sebut saja Ushikawa, pria yang mengincar Aomame untuk diserahkan pada Pemimpin Sakigake, kelompok aliran agama baru yang tidak tersentuh hukum, ia mati begitu saja, hilang menuju alam baka.

Walaupun beberapa pertanyaan masih mengembang di kepala, sihir Murakami dalam menuangkan setiap kalimat mampu membuat saya membaca buku ini sampai akhir. Detail-detail yang Murakami sajikan sangat rinci, hingga membuat suatu bayangan utuh yang hinggap di imaji.

Kutipan yang paling memorable sekaligus menjadi salah satu konklusi dari membaca buku ini adalah:

“If you never noticed, it never happened.”

Andai saja Aomame dan Tengo tidak menyadari bahwa ada dua bulan menggantung di langit, maka keduanya tidak akan dapat bertemu. Karena pada akhirnya, dunia paralel ini lah yang mempertemukan mereka berdua.

Buku ini cocok dibaca pelan-pelan tatkala sedang bersantai, alurnya yang lambat serta rangkaian kalimat yang disusun rapi akan membawa anda ke dalam dunia yang Murakami bangun, dunia 1Q84. (Ketut Ghina)

Similar Posts

One thought on “Resensi: 1Q84, Dua Bulan Menggantung di Langit

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *