Opini

Tidak Mau Belajar, atau Tidak Suka Belajar?

Oleh: Azzahratul Balqis

Ujian Semester sudah minggu depan, tapi sekarang masih saja nonton film yang sudah ditonton puluhan kali. Siapa itu? Saya, sih. Anda yang sedang baca, bagaimana?

Pernah merasa, nggak, sudah tau harus belajar dan mengakui, memahami, mengerti kalau belajar itu penting, tapi malah tetap melakukan hal sebaliknya? Pasti banyak sekali orang yang relate, setidaknya pernah sekali saja. 

Karena saya sering seperti itu, saya jadi kepo, kan. Kenapa kok saya seperti ini, apa yang harus saya lakukan, dan interogasi lainnya kepada diri saya sendiri. Daripada waktu rapotan nanti baru menyesal, kan?

Saya selidiki, deh, apa yang harus saya reparasi. Apakah itu murni dari otak saya yang memang malas, ataukah ada dari faktor lain juga.

Masalahnya, minggu depan sudah ujian. Ini kok saya jadinya menghabiskan waktu untuk searching tentang diri saya sendiri. Waduh. 

Untung saja, tiba-tiba teringat salah satu video yang pernah saya tonton—ternyata ada manfaatnya juga lima jam menonton Youtube, hehe—seputar kepribadian. Katanya, seseorang susah untuk mengumpulkan niat untuk melakukan sesuatu, tidak hanya untuk belajar, itu bisa jadi karena sedang tidak merasa nyaman, sehingga orang itu mengalihkan perhatiannya ke yang membuat mereka senang saja.

Saya sangat (dengan penekanan) relate dengan hal itu, lalu mulai melihat ke sekitar saya.

Meja belajar saya seperti terkena puting beliung.

Teman-teman saya mengajak mabar terus. 

Ibu saya setiap lima menit minta dibelikan bumbu di warung.

Catatan pelajaran saya dari setengah semester lalu tersebar dari ujung pulau buku tulis, hingga ke ujung provinsi coret-coretan-di-dinding, bahkan ada yang cuma terbang-terbang saja di dalam kepala. 

Kalau dipikir-pikir, bisa saja karena itu penyebabnya saya jadi tidak suka belajar… Fokus saya teralihkan terus, catatan saya tidak jelas jadi bingung mau mempelajari apa, tempat belajar saya saja tidak layak disebut tempat belajar. Pokoknya tidak nyaman sama sekali.

Nggak pakai pikir panjang, saya langsung mencoba memperbaiki hal ini. Saya izin ke ibu untuk minta waktu belajar dulu biar kakak saya saja yang membeli minyak di warung, saya bersihkan kamar dan menyemprotkan kispray agar nyaman belajar berjam-jam di dalam kamar yang harum, saya membenahi catatan-catatan materi menjadi satu, dan saya cari teman baru. 

Sistem kebut semalam tetap dijalankan, sih, hehe. Tapi tidak apa-apa, lah. Kali ini terakhir. Yang penting sekarang saya sudah punya sedikit kunci agar dapat menjadi seperti teman saya yang ranking 1 di kelas. Setidaknya saya sudah bertaubat dan mencoba untuk menjadi orang yang lebih baik.

Doakan saya berhasil. 

-Dari penulis yang suka menunda-nunda belajar tapi tetap berharap nilainya bagus.

Gambar: Pinterest

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *