Pulang

Tragedi Sebelum Menjadi Juri

Oleh: Penyair Amatir

Ketika saya menulis ini, saya lihat kalender sudah menyorot ke angka 20. Bulan Agustus. Hiruk-pikuk perayaan kemerdekaan telah kita lewati.

Di beberapa tempat, dirayakan dengan lomba-lomba yang lengkap dengan masker dan sejenisnya. Sebagian lagi, seperti di tempat saya, adem ayem saja. Menghormati pandemi, heuheu.

Di sekolah, beragam lomba bisa kita nikmati. Baik itu mengikutinya ataupun melihat hasil militansi dari duta-duta kelas. Ada lomba dai, standup comedy, karikatur ~ setidaknya itu yang saya tahu.

Saya diberi tugas Osis untuk menjuri standup comedy. Bukan karena saya jago (tak sekalipun saya “open mic” dan tidak ada niat untuk itu), tetapi mungkin karena hal lain. Yang mungkin juga tak kutahu. Heuehu.

Saya mengalami “tragedi” sebelum menjuri di hari itu. Tragedi semacam apa?

Biasanya, saya menyiapkan dengan detail sebelum masuk kelas. Baik itu materi, jurnal kehadiran/nilai, ataupun soal baterai perangkat. Tetapi kemudian terjadilah.

Saat itu, saya mencari tempat yang eksotis. Lantai tiga di depan kelas XI IPA 1. Duduk selonjor di luar. Sudah beberapa kali bermukim di situ. Tempat yang menyenangkan. Saya bisa menikmati pemandangan yang “menakjubkan”.

Ketika tengah mengulas puisi (di kelas Pencetgan tercinta), saya lihat baterai laptop sudah menunjukkan semacam tanda kelelahan. Saya minta izin anak-anak untuk memberi energi perangkat itu.

Tetapi hal tidak terduga terjadi. Tak ada tanda daya masuk. Saya yang semula santai, menjadi serius. Setelah beberapa kali berusaha sekuat tenaga, akhirnya menyerah juga.

Apakah saya panik? Iya dong, panik. Harus panik biar manusiawi. Heuheu.

Jika laptop mati, maka koneksi akan terputus. Buyar. Untuk berganti perangkat, perlu persiapan dan waktu tidak bersahabat.

Maka, saya percepat ulasan. Lalu dengan terburu-buru memberikan hadiah (baca: tugas). Tak lupa saya perbanyak minta maaf pada anak-anak. Dan akhirnya tiba waktunya, laptop “wafat”.

Terbayang di kepala, harus mengganti charger. Atau jangan-jangan laptop yang bermasalah. Sungguh bayang-bayang yang tidak menyenangkan. Saya pernah mengalaminya di perangkat sebelumnya. Dan itu sangat menyebalkan. Selain mahal juga. Heuehu.

Setelahnya saya turun ke lantai 2. Yang kemudian memberikan sebuah pencerahan. Dua bapak berseragam PLN berpapasan dengan saya. Sebuah informasi penting hari itu. Ternyata, lantai 3 dan separuh lantai 2 listriknya padam.

“Why?????”

Tentu saja dalam “tragedi” itu persiapan saya yang bermasalah. Bukan karena listrik yang padam. Seandainya saya menyiapkan daya perangkat dengan maksimal, gangguan seperti itu tidak akan terjadi.

Untungnya, setelah molor berjam-jam, saya dihibur ketika menjuri standup comedy. Penampilan perwakilan kelas yang luar biasa, membuat terpingkal-pingkal. Karena susah mencari lucunya. Heuehu.

Selamat merayakan kemerdekaan. Selamat buatmu yang kelasnya mendapat juara. Maupun yang sudah berpartisipasi di berbagai lomba.

Salam merdeka. Merdeka untuk tumbuh. Merdeka untuk tangguh. Mau?

~ Dihajar lagu dangdut yang mendayu-dayu
Sidoarjo, 20 Agustus 2021

*Gambar oleh canva.com

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *