Cerpen

Harap Selalu Ingat Jalan Kembali ke Rumah

Oleh: Kishi

Hari ini, dua orang paling penting dalam hidupku meninggalkan rumah mereka, meninggalkan tanah tempat mereka dibesarkan, kami tumbuh besar dan pergi ke suatu tempat yang jauh.

Yang satu melakukannya untuk mengejar karir sebagai tentara angkatan udara, yang lain melakukannya untuk melanjutkan studi.

Di usia 18 tahun, aku sudah berdamai dengan diriku sendiri agar baik-baik saja dengan orang-orang yang meninggalkanku demi kebaikan. Agar masa depan mereka lebih cerah. Oleh karena itu, aku berusaha sebaik mungkin untuk mengendalikan emosiku setiap kali aku mendengar atau mengakui bahwa orang lain sedang pergi jauh. Karena aku tahu, aku secara resmi memasuki fase kehidupan di mana semua orang semakin menjauh, untuk berkembang dan menjadi dewasa muda.

Malam sebelum hari ini, malam sebelum kedua orang itu resmi pergi, aku mendapati diriku mengharapkan sesuatu. Aku belum pernah melakukannya sebelumnya, tetapi entah bagaimana aku melakukannya kali ini.

Aku meninggalkan rumah untuk waktu yang singkat, tahun lalu, untuk belajar di sebuah pulau.

Perasaan meninggalkan rumah setelah terjebak selama 18 tahun sungguh melegakan bagiku. Aku tahu aku seharusnya tidak mengatakan ini tapi rasanya seperti tidak ada tali pengikat di leherku dan tidak ada kamera CCTV yang mengawasi ke mana-mana dan semua yang aku lakukan. Apakah aku rindu rumahku? Aku kira aku bisa mengatakan ya, tapi itu bahkan tidak separah yang dialami teman-temanku. Ya, aku memang rindu dan menangisi keluargaku. Ya, aku juga suka berada jauh dari mereka.

Rasanya seperti menjauh, akhirnya aku bisa merasakan bahwa aku adalah manusia yang dicintai. Aku rasa ada istilah khusus untuk perasaan ini, tapi aku lupa apa namanya karena aku hanya menemukannya di TikTok beberapa waktu lalu.

Malam sebelum mereka pergi, aku menyadari perasaan menjadi orang yang ditinggalkan. Aku belajar di sini, di tanah tempatku dibesarkan karena untungnya, aku diterima di sini. Meski hatiku selalu ingin pergi, kurasa otakku tahu apa yang lebih baik.

Lalu, aku berpikir, bagaimana jika orang-orang yang keluar memiliki pemikiran yang sama denganku?Merasakan perasaan yang sama dengan yang aku alami?

Bagaimana jika mereka juga suka berada jauh dari rumah, membuat rumah sendiri?

Sebut aku egois, sebut saja aku aneh. Namun, ya Tuhan, saat itu aku berdoa dengan sungguh-sungguh agar mereka selalu merasa ada bagian yang hilang dan hanya bisa ditemukan di sini, di tanah tempat mereka dibesarkan.

Aku melakukan itu karena jika mereka pergi demi kebaikan, berarti mereka akan meninggalkanku. Bukannya aku tidak terbiasa dengan orang yang tidak tinggal, tapi saat ini, aku tidak tahan memikirkan kehilangan mereka.

Jadi aku berdoa, aku berdoa, aku berdoa.

Aku berdoa semoga mereka selalu ingat rumahnya.

Jadi aku memohon,“Tolong selalu ingat jalan pulangmu.”

Mereka, mereka akan selalu ingat ada aku, menunggu mereka pulang.

Penulis merupakan siswa yang duduk di bangku kelas XI-4

pict source

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *