Game

Assassin’s Creed Mirage: Back To The Old

Pengulas: M. Abu Zayid

Yang lama memang sulit dilupakan, seperti yang Ubisoft lakukan dalam Assassin’s Creed Mirage yang kembali menerapkan sistem stealth-assassinate-run yang benar benar membuat player merasa menjadi assassin dengan kelincahan dan kebebasan di dalam game.

Tidak seperti pendahulunya yang menerapkan sistem RPG dimana pemain dapat menjelajah dunia yang sangat luas dengan eksplorasi yang menjadi khasnya. Perubahan ini membawa angin segar dengan menawarkan pengalaman yang lebih terarah, memungkinkan pemain untuk fokus pada aspek-aspek yang paling disukai.

Namun, Mirage tak hanya menjadi “iming-iming” bagi pemain lama untuk bernostalgia, Ubisoft turut memasukkan fitur baru dan detail-detail kecil dalam gameplay hingga lokalisasi yang terlihat lebih serius, tidak hanya mengubah voice-over karakter.

  • Plot

Berlatar pada Kota Baghdad, Irak, pada abad ke-9. Pemain akan menjadi Basim Ibn Ishaq, seorang pencopet di jalanan Kota Anbar yang bermimpi menjadi bagian dari The Hidden Ones dengan berusaha merampok penguasa yang memiliki artifak berharga dan diinginkan The Hidden Ones, ia tidak sengaja menyentuhnya hingga artifak itu membawa basim mengalami pengalaman “spiritual” tak tergambarkan dan bersamaan dengan kondisi basim yang menjadi buronan sang penguasa, Basim dan teman seperjuangannya Nehal melarikan diri dari sang penguasa yang berujung pada basim ikut kabur bersama Roshan, salah satu anggota The Hidden Ones yang memberinya misi menuju Alamuth untuk dilatih hingga Basim menjadi bagian dari The Hidden Ones.

Pada saat itu, masa kekhalifahan Abbasiyah dipenuhi dengan ketegangan dan konspirasi yang dikoordinasikan oleh The Order, sebuah organisasi rahasia yang bertanggungjawab atas penindasan dan penyalahgunaan kekuasaan. Di tengah kengerian ini, Basim ingin melawan The Order yang sama saja seperti melawan sistem kekuasaan di negaranya sendiri. Dengan tekad yang kuat untuk melindungi rakyatnya dari kekejaman The Order dan mengembalikan keadilan, Basim akhirnya menemukan jalan hidupnya yang sejati sejak ia bertemu dengan Roshan.

“lambat di awal, terlalu cepat di akhir”

Adalah jalan cerita Mirage secara keseluruhan. Memiliki story yang cukup kompleks yang akan membingungkan pemain yang baru saja mencoba seri Assassin’s Creed, karena Mirage merupakan perluasan dari jalan cerita Assassin’s Creed Valhalla yang telah diwujudkan Ubisoft, namun bagi pemain yang mengikuti seri Assassin’s Creed, game ini menjadi jawaban atas pertanyaan yang muncul saat memainkan seri-seri sebelumnya, hal ini menjadi masalah yang cukup mengesalkan karena sulit untuk memahami ending dari game ini.

  • Gameplay

Bukan assassin jika tak lincah, dengan fitur parkour yang membuat player merasa lebih bebas untuk memanjat hampir seluruh bangunan di Kota. Ciri khas dalam bermain Assassin’s Creed adalah mencari cara untuk menyusup dan membunuh musuh satu persatu yang menjadi pengalaman yang tak tergantikan oleh game lain. Namun, sebuah game tidak ada yang sempurna, terkadang dalam Mirage banyak bug saat memanjat di bangunan dan juga kontrol permainan juga membutuhkan waktu yang lama untuk beradaptasi. Dan juga banyak fitur yang lebih bagus seperti quest log yang diganti menjadi investigation board yang membuat tampilan lebih mudah dicermati.

Pilihan untuk bertempur frontal memang ada, namun lebih baik hanya dilakukan dalam keadaan yang terpaksa, seperti saat posisi Anda ketahuan atau memang bawaan cerita. Sistem game ini lebih realistis daripada Valhalla dan Odyssey yang memiliki super-power. Mirage hanya punya serangan ringan dan berat sebagai opsi serangan, tanpa ada kekuatan super di dalamnya. Mungkin yang hampir mirip yaitu assassin focus yang masuk ke dalam mode yang membuat waktu melambat dan dapat membunuh banyak orang sekaligus.

Dengan peta yang tidak terlalu luas, hal itu membuat Mirage memakan waktu yang tidak selama pendahulunya yang membutuhkan lebih dari 15 jam untuk menyelesaikan cerita utama, bahkan dalam Valhalla untuk mencapai 100% butuh waktu 267 jam. Mungkin beberapa pemain kecewa karena Mirage bukan RPG lagi, namun hal itu menjadi titik balik bagi pemain yang tak memiliki banyak waktu namun ingin memainkannya dengan tak perlu membuang waktu lebih lama untuk membuat game berjalan dengan mudah.

  • Visual

Ubisoft telah dikenal sebagai pengembang yang sangat ahli dalam memvisualisasikan sejarah dalam setiap literasi dari seri Assassin’s Creed mereka, dan Mirage tidak terkecuali. Kualitas visual dalam game ini memang luar biasa dengan menawarkan detail yang lebih baik daripada sebelumnya. Setiap aspek lingkungan dalam game ini divisualisasikan dengan detail, termasuk daerah perkotaan yang sibuk, padang pasir yang luas, savana yang indah, dan oasis yang menakjubkan.

Keindahan dan keragaman lingkungan ini dapat dinikmati dengan penuh detail, dan pemain bahkan dapat mengabadikan momen-momen ini dengan menggunakan fitur Photomode yang sangat berkualitas tinggi. Ini memberikan kesempatan kepada pemain dengan jiwa seni yang tinggi untuk mengekspresikan kreativitas mereka dan merasakan keindahan dunia yang diciptakan dalam permainan.

  • Audio

Audio yang layak diacungi dua jempol, bahkan lebih jika bisa. Soundtrack-nya dirancang dengan serius dan terlihat memiliki niat yang dalam dalam memproduksinya, musik latar belakang yang memukau, dan suara percakapan dari warga sipil yang terasa hidup semuanya menyatu dengan indahnya.

Implementasi suara yang detail menghidupkan dunia Mirage dengan cara yang sangat autentik. Bahkan, dapat mendengar lantunan Adzan yang merdu, yang merupakan salah satu contoh nyata bagaimana permainan ini menghormati budaya dan suasana waktu yang digambarkan.

  • Kesimpulan

Dengan kembalinya sistem stealth-assassinate-run yang seolah olah menjadi surat cinta dari Ubisoft kepada pemain lama yang rindu akan sistem itu. Bergantinya sistem ini memang sangat mendadak namun saya setuju dengan langkah yang telah Ubisoft lakukan, supaya kembali ke jalan yang semestinya dan tidak menghilangkan cita rasa Assassin di dalam game nya seiring berkembangnya zaman.

Beberapa pecinta RPG mungkin akan kecewa, namun Ubisoft pasti memiliki alasan untuk tak menjadikannya RPG. Mungkin karena jalan cerita yang memang pendek dan akan flop jika dipaksa dibuat sepanjang pendahulunya, mungkin kedepannya Ubisoft akan menerapkan sistem RPG kembali.

Source pict: Ubisoft

359 total views, 3 views today

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *