Opini

Bersilih Rupa

Oleh: Azzahratul Balqis

Dua bulan lalu, statusku belumlah anak SMA. Tiga bulan lalu, seragamku masih putih-biru di hari senin.

Empat bulan lalu, saking bosennya tiduran terus di kasur, saking nggak ada kerjaannya, aku tidur di ruang tengah, nonton TV. Menikmati masa-masa tinggal menunggu namanya dipanggil kemudian salim ke orang tua.

Beberapa hari yang lalu, dua minggu setelah resmi menjadi anak berseragam putih-abu abu, ada ramai-ramai di grup ekstrakulikuler yang aku daftar. Katanya besok ada wawancara untuk seleksi pemilihan anggota. 

Waduh, langsung panas dingin. Ngomong sama orang saja nggak pernah, malah wawancara. Sudah nggak bisa mikir pertanyaannya kira-kira apa, apalagi jawabannya. 

Besoknya, ada tugas untuk memberikan opini tentang suatu fenomena, disuruh membuat artikel, membuat resume, membuat podcast.

Ini semua apa??? Benar-benar tersesat sudah.

Semuanya sangat baru. Meskipun angkatan online, aku tetap merasakan atmosfer belajar dengan teman-teman, guru, materi, dan cara belajar yang baru. Jujur sekali, rupanya nggak enak, men

Harus mengulangi proses berteman lagi, beradaptasi dengan cara mengajar guru-guru, keluar dari zona nyaman—contohnya seperti di atas tadi.

Tapi memang benar, kapan lagi belajar hal-hal baru ini kalau bukan di SMA? Kesempatan emas untuk memperbanyak dan memperluas relasi serta pengalaman, bahkan untuk mengenal diri sendiri lebih dalam. 

Sebenarnya aku bisa nggak sih melakukan ini?

Namun kaget juga, melihat dan merasakan peralihan dari ‘anak-anak’ ke ‘dewasa’ yang begini. 

Rasanya seperti kembali ke Taman Kanak-kanak. Biasanya digendong ibu, bermain sama ibu, sekarang bisa bermain di perosotan dengan teman baru dan ibu guru. 

Yang biasanya dibangunkan oleh ibu, sekarang dibangunkan oleh naluri dan alarm biar tidak telat doa pagi dulu (meskipun cuma cuci muka saja). 

Yang dulu lebih memprioritaskan makan nasi goreng tengah malam padahal tugas-tugasnya yang ditumpuk sedang melototin dari jauh, sekarang tukang nasi gorengnya yang harus menunggu. 

Dannn, opening novel non-fiksi saya ini sampai sini dulu. Biar saya nikmati plot ceritanya lebih jauh terlebih dahulu.

-Penulis merupakan siswa kelas X yang masih belum lepas dari culture shock menjadi seorang anak SMA

Gambar oleh Free-Photos dari Pixabay

Similar Posts

One thought on “Bersilih Rupa

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *