Oleh: Luluk Zakiyah, S.Psi
“Ketika Coulson jelang hembus terakhirnya, dia berkata kepada Furry, kematiannya memang perlu agar bisa menjadi motivasi buat Avenger. Lalu di saat Avenger tercerai berai dan kehilangan semangat, Furry menunjukkan lembar-lembar foto yang bercampur bercak darah dari saku Coulson dan berkata bahwa foto foto kalian dipegang Coulson hingga akhir hayatnya karena Ia percaya pada kemampuan kalian. Meski Furry saat itu berlebihan dalam bercerita karena sebenarnya lembar-lembar foto itu diambil dari laci Coulson. Bagi Furry, Avenger perlu motivasi dengan dijadikan idola. Mereka menjadi percaya diri berjuang. Demikian pula warga Amerika bangkit semangatnya karena kehadiran sosok idola yang memiliki banyak kelebihan di tengah-tengah mereka.”
Cuplikan cerita dari Marvel’s The Avengers di atas menginspirasi buat menulis tentang Idola. Mengapa film-film seperti Avenger menjadi Box Office dan ditunggu kelanjutan cerita tokoh-tokohnya, karena di dalam film tersebut berhasil menghidupkan tokoh-tokoh idola.
Setiap manusia dalam teori kepribadian Maslow memiliki hierarki kebutuhan yang di salah satu tahapnya ialah kebutuhan harga diri. Kebutuhan akan harga diri ini terkait penghargaan terhadap diri sendiri dan juga penghargaan dari orang lain. Semakin besar penghargaan itu ada, maka semakin seseorang merasa bermakna dalam hidupnya.
Setiap manusia dalam konsep fitrah merindukan kesempurnaan baik pada dirinya maupun orang lain. Karena itulah manusia seringkali mudah merasa tidak puas karena kesempurnaan pada hakekatnya milik ALLAH SWT. Dan dengan adanya kerinduan akan kesempurnaan, manusia akan terus mencari baik orang lain maupun benda yang terus lebih baik. Manusia pun akan terus berusaha membuat dirinya sempurna hingga industri kosmetik dan fashion menjadi bisnis yang selalu diminati.
Konsep fitrah dan harga diri antara lain membuat manusia ingin dijadikan idola sekaligus merindukan idola. Karena idola adalah seseorang yang sesuai dengan konsep ideal dan dikagumi dengan sangat luar biasa hingga apapun akan dilakukan untuk menyamai sosok idolanya, apapun dilakukan jika diminta idolanya, dan apapun akan dilakukan demi bisa menjadi idola. Hal ini sangat jelas tampak dari sekian iklan yang menayangkan tokoh idola maka produknya akan segera dicari. Demikian pula film, konser, event yang menghidupkan tokoh idola akan ramai pengunjung.
Dikaitkan dengan fenomena learning dan character loss pada remaja. Cukup lama remaja kehilangan motivasi atau daya dorong untuk belajar dan berbuat baik. Di saat bersamaan remaja menemukan idolanya di dunia sosial media baik karakter dalam game, karakter tokoh dalam dunia hiburan musik maupun film.
Witing trisno jalaran soko kulino dalam ungkapan bahasa Jawa yang artinya jatuh hati karena selalu terbiasa bersama. Demikian pula remaja menemukan idola akibat sudah terbiasa dengan sajian dari gawai generasi milenial.
Tokoh yang membuat mereka merasa nyaman karena tidak ada tuntutan. Sementara di dunia sekolah dan keluarga, mereka merasakan dituntut untuk memiliki nilai bagus, dituntut untuk sopan, dituntut untuk selepas sekolah melanjutkan di jenjang yang lebih baik lagi. Padahal mereka tidak kenal dan tidak biasa akibat lama berjarak. Di keluarga pun meski tak berjarak, tapi karena walaupun berada di satu atap yang sama, mereka tetap berjarak di ruang masing-masing dengan gawai di tangan para anggota keluarga.
Menghidupkan idola di dalam anggota keluarga dan juga di sekolah bisa menjadi motivasi berprestasi buat remaja tanpa perlu dipaksa. Siapakah yang bisa menjadi idola? Ialah orangtua dan guru. Jadilah seperti yang mereka harapkan dengan mananyakan apakah harapan mereka.
Dekatilah mereka sebagaimana para karakter game dan tokoh-tokoh di dunia hiburan film, musik, youtuber, selebgram, tiktoker yang selalu muncul dalam story, FYP, beranda, timeline mereka. Berbahasalah sebagaimana bahasa kaummu jika ingin apa yang kau sampaikan bisa diperhatikan, ungkapan yang tak asing baik dalam wacana agama maupun psikologi komunikasi.
Menjadi idola remaja bukan berarti sekadar hanya mengikuti harapan remaja dalam berbahasa dan berpenampilan. Miliki kelebihan diri yang bisa dibanggakan remaja. Seorang Kyai selalu menjadi idola di pondok pesantren karena kelebihan yang dimiliki baik keilmuan maupun spiritual mereka. Sehingga muncul keinginan untuk selalu ngalap berkah Kyai dengan selalu menghormati dan bersedia diperintah apapun. Orangtua yang diidolakan juga akan selalu dirindukan remaja sehingga siap sedia mematuhi dan membantu tanpa keluh kesah.
Tentunya akan semakin kuat seseorang menjadi idola ketika dia dipopulerkan atau diviralkan. Agar bisa menjadi witing tresno jalaran soko kulino. Maka populerkan diri anda baik para pendidik dan orangtua dengan senantiasa muncul dalam kehidupan mereka sebagaimana para tokoh idola remaja di dunia maya yang viral karena sering berseliweran dalam beranda gawai mereka.
Dan hal ini juga bisa dibantu dengan mempopulerkan mereka melalui media yang biasa dibuka remaja. Bergiliran menampilkan cerita para orangtua dan guru teladan remaja agar mereka mengenali dan jatuh hati meski perlu dihias dengan gaya bahasa yang persuasif seperti Furry terpaksa berlebihan bercerita mengenai lembaran foto Avenger di saku Coulson.
Hal penting lainnya yang bisa dilakukan agar menumbuhkan motivasi remaja ialah dengan menjadikan remaja idola kita. Remaja akan tumbuh kepercayaan dirinya karena dia merasa dihargai oleh lingkungannya. Jangan katakan nakal pada remaja.
Sebutlah hal-hal yang membuat remaja bangga bahwa mereka bisa menjadi pahlawan di keluarga dan sekolah. Maka mereka akan bangkit bagai Avenger yang berjanji menyelamatkan bumi. Mari kita jadikan diri kita para orangtua dan pendidik sebagai idola remaja. Dan idolakan remaja dalam kehidupan kita, maka semoga tumbuh lagi semangat remaja menjadi pribadi yang sehat dan berprestasi.
Penulis merupakan seorang Guru BK kelas XII SMA Khadijah Surabaya
Sumber gambar: https://asset.kompas.com/crops/bpeEb0mGjqUqQGTBADJ4CICKxOQ=/144×0:1764×1080/750×500/data/photo/2020/09/08/5f57298f1215a.jpg
460 total views, 1 views today