Oleh: Azzahratul Balqis
Tanggal delapan Januari tahun dua ribu dua puluh dua.
New year, new me, katanya.
Siapa sangka, ternyata kalimat sepele ini sangat susah untuk diimplementasikan di kehidupan nyata (setidaknya bagi saya). Ketika membahas diri baru, saya asumsikan bahwa perubahan yang dimaksud berkonotasi positif. Bukan tambah nakal dan membangkong.
Memperbaiki apapun, apalagi diri sendiri bukanlah hal yang mudah. Meskipun sesimpel;
Di 2021, bangun jam 06.00, di 2022 maunya jam 04.00.
Di 2021, tidak menabung sama sekali, di 2022 maunya menabung 50 ribu per bulan.
Di 2021, belajar waktu mau ujian saja, di 2022 maunya belajar setidaknya sehari sekali.
Di 2021 saya berpikir, bahwa jika saya belum terbiasa melakukan hal-hal kecil yang baik untuk diri saya sendiri dan lingkungan sekitar, berarti saya belum berhasil menjadi orang yang baik dan bermanfaat. Saya selalu berjanji dan berusaha untuk memperbaiki hal itu di kemudian hari. Mungkin akan ada beberapa dari anda yang membaca yang tidak setuju dengan persepsi saya itu, karena saya saat ini juga kurang setuju dengan gagasan tersebut.
Saat ini, saya mulai melakukan apapun dengan niat yang baik dan apapun yang saya lakukan tidak dengan tujuan hanya untuk menjadi orang baik dan bermanfaat. Saya anggap bahwa perubahan persepsi dan pandangan saya ini menjadi salah satu new me pada diri saya.
Sebenarnya, apapun bisa dilakukan kok, asal mau berusaha dan beneran ada usahanya, asal maunya nggak yang instan-instan saja ( sekelas mie instan saja harus dimasak dulu). Sekecil apapun progresnya, tetaplah disebut proses dan perubahan.
Dan tak lupa, perubahan juga tidak perlu menunggu tahun baru. Jadi, jika bisa mulai sekarang, mengapa tidak?
Photo by: freepik