Oleh: Zaidan Wira
Sejauh apapun aku menolak dan denial, faktanya, kelulusan ku telah diumumkan sejak beberapa hari yang lalu. Entahlah, semuanya masih terdengar aneh bagiku. Aku yang biasanya dibuat keteteran untuk membuat sarapan lalu berangkat sekolah, kini harus dibiarkan tertidur nyenyak seusai subuh. Dan ketika aku kembali bangun, tinggallah suasana rumah yang sunyi.
Itu membuatku berpikir, apakah semuanya berakhir? Secepat itu?
Hahh, aku kembali denial sekarang. Baiklah, aku akan menerima fakta bahwa aku sudah lulus sekarang. Harusnya aku bersenang-senang, bukan? Bersantai ria tanpa memikirkan tugas presentasi Bu Hayunah, atau bahkan memikirkan tugas sketchup rumah dari Pak Yusuf. UTBK pun sudah ku lalui, walaupun aku dibuat linglung saat keluar dari ruang ujian hari itu. Dan kini, hanya menunggu pengumumannya saja.
Namun, sejenak aku merenung. Sepertinya aku tidak bisa merelakan semua itu dengan mudah. Eum, kau tahu, 3 tahun masa SMA itu bukan waktu yang sedikit. Jenjang pendidikan setelah SMA adalah hal yang sangat abstrak menurutku. Bukannya aku mengada-ada. Tapi nyatanya, setelah kau lulus dari SMA, kau bisa memilih untuk lanjut berkuliah, bekerja, atau bahkan kasarnya menganggur. Ini terjadi tepat didepan mata kepalaku sendiri.
Disaat para calon lulusan pelajar sepertiku harus menghadapi persaingan ketat menuju kampus negri ternama, tak sedikit dari mereka memilih untuk mundur dan mencari kampus swasta. Adapula di lingkungan yang pernah ku temui akhir-akhir ini, banyak pula dari mereka yang gagal mencapai impiannya dan berakhir gapyear di dalam suatu LBB. Bahkan, ada yang rela bekerja dahulu mencari banyak uang alih-alih ingin berkuliah. Tentunya, itu terjadi karena perekonomian yang mereka alami tidak memungkinkan untuk melanjut studi.
Setelah mencoba memahami situasi tersebut, aku rasa ini sangat wajar. Mulai SD hingga SMA, aku sudah terbiasa dengan siklus ini. Bangun pagi, sarapan, sekolah, dan pulang. Tak bisa dipungkiri memang aku menghabiskan sebagian besar waktuku untuk sekolah. Bila kuingat-ingat kembali sekarang, hal-hal kompleks itu begitu menyenangkan.
Apalagi, sekolah tempatku bernaung memberikan kesan yang begitu positif. Sehingga, hal menyedihkan yang kerap terjadi dapat ditutupi kembali dengan mudah.
Hahh, menuntut ilmu dibawah naungan Khadijah selama 12 tahun lamanya. Menurutku itu cukup mengesankan. Bila ditanya bosan atau tidak, jawabannya ‘Ya!’. Tapi nyatanya, Tuhan masih menyuruhku untuk tinggal di tempat hijau asri ini. Aku bahkan saat itu pun sempat merenung, kenapa aku tidak diizinkan untuk diterima di SMA negeri. Karena ku pikir, menghabiskan masa SD dan SMP di Khadijah menurutku sudah cukup.
Tapi akhirnya aku mengetahui dengan pasti alasannya.
Jika saja aku tidak lanjut, mungkin aku tidak akan bisa menemukan pertemanan dalam lingkup kelas yang sehat diluaran sana. Dan di Khadijah, aku mendapatkannya.
Jika saja aku tidak lanjut, mungkin aku tidak akan menjumpai guru-guru yang ramah, tulus mengajar, dan supportif. Lagi-lagi, aku mendapatkannya di Khadijah.
Jika saja aku tidak lanjut, mungkin aku tidak akan menemui kakak kelas atau adik kelas yang juga menyenangkan. Dan untuk kesekian kalinya, aku bisa merasakan hal ini.. pada saat berada di Khadijah.
12 tahun adalah waktu yang cukup lama. Namun nyatanya, itu akan berakhir sebentar lagi. Tidak ada lagi yang namanya jam kosong pada saat mapel Ekonomi, tidak ada lagi classmeet dari osis, tidak ada lagi nonton film di jam istirahat, dan pada intinya.. tidak akan ada lagi kebersamaan yang hangat itu.
Masa lalu akan semakin menjauh, 3 tahun ini akan terkenang, menanti untuk dikisahkan di masa mendatang.
Bagi ku, Khadijah merupakan tempat singgah. Tempat singgah bagi kami untuk merakit bekal pengetahuan dan memori bak zona eden yang penuh kebahagiaan. Hingga pada saat yang akan datang, kami akan meninggalkan zona ini, lalu membuka gerbang utama menuju kehidupan Bumi yang sesungguhnya. Dengan membawa bekal yang cukup, serta doa dan ridho para guru.
Entah sedang apa kita, menjadi apa kita, atau terjadi apa pada kita nantinya, hal-hal indah ini akan terus teringat. Dan apabila dikisahkan kembali di masa depan, ini akan menjadi dongeng nyata yang mengesankan. Tentang lingkungan harmonis yang penuh kehangatan, dibaluti dengan ilmu kehidupan dan pondasi agama yang kuat. Dan juga tentang bagaimana kita dibentuk sebagai pribadi yang luar biasa. Ya, sesuai dengan jargonnya. Santun.. Unggul.. Kompetitif.
Terima kasih banyak, atas semua yang telah diberikan. Dan terima kasih banyak, atas segala hal yang indah.
Aku tidak tahu lagi harus bagaimana. Di titik yang sekarang ini, aku hanya tinggal menanti waktu berakhir. Cukup menyedihkan, namun sudah sepatutnya waktu ini datang. Terkadang, segala hal yang dipertemukan dengan sengaja, selalu dipisahkan untuk sementara waktu, bukan? Setidaknya jika aku benar-benar sudah membuka zona baru, aku akan tetap kembali ke tempat singgah ini meskipun butuh waktu yang cukup lama.
Ya, aku bisa kembali kesini disaat aku berhasil kelak.
*Penulis merupakan alumni SMA Khadijah yang sedang berusaha merelakan kenangan, kebiasaan, kebersamaan hari-hari sekolahnya.
Source pict
612 total views, 6 views today