Pulang

APA YANG MEMBUATMU GEMBIRA?

Oleh: Penyair Amatir

Apa yang membuatmu gembira? Jika itu ditanyakan pada saya, ini jawabannya.

Melihat parkiran lantai dua (sekolah) yang berpenghuni. Ya, parkiran lantai dua merupakan salah satu spot favorit saya di sekolah. Tak ada alasan untuk itu. Heuehu. Suka saja. Bagaimana awal mula suka, saya juga bingung menjelaskan.

Selama pandemi, parkiran itu tentu tidak berpenghuni. Memang masih ada beberapa warga sekolah yang bermukim di sana. Kadang motor saya. Kadang motor bapak security. Kadang motor Pak Maman, tim IT yayasan. Yang jelas, tetap saja lengang.

Seperti yang semua tahu, kelas XII dan XI punya jadwal ke sekolah. Ambil rapor dan buku. Yang tentu saja dengan jimat: sesuai dengan protokol kesehatan. Semua bermasker. Sebelum masuk dideteksi suhu tubuhnya. Disemprot di ruang disenfektan. Woww.

Tapi apapun itu, toh mereka sangat antusias. Melihat temannya dari jarak dekat. Memandang guru-gurunya. Menghirup udara sekolah. Meski dikawal oleh tim satgas supaya tak bergerombol, toh berhasil juga mereka mengabadikan momen bersama. Saya juga ikut foto, eh. Heuheu.

Saya gembira juga melihat mereka. Meski masih tidak bisa mengenali dengan baik. Sekilas info saja (barangkali berguna), saya mengajar kelas XII. Di situasi daring begini, saya hanya bisa bertatapan virtual dengan kelas yang saya ajar. Itupun tahun ini baru dua kali via zoom.

Jika ada yang menyapa saya, pasti akan saya serang dengan pertanyaan tidak terpuji. “Halo, namamu siapa dari kelas berapa?”

Semua pasti berharap, situasi ini segera berakhir. Kembali seperti sebelum pandemi. Bangun pagi. Berangkat sekolah. Belajar di kelas. Bertemu teman dan guru. Juga menghidupkan perekonomian kantin dan koperasi sekolah, yang kini sedang mati suri.

Saya yakin, akan tiba saatnya. Entah kapan itu. Walau berat, saat ini kita harus kembali pada kata sifat yang mudah diucapkan dan sulit dilaksanakan: sabar. Sabar menunggu waktu itu tiba.

“Apabila sesuatu yang kau senangi tidak terjadi, maka senangilah apa yang terjadi.” – Ali bin Abi Thalib

Petuah dari Sayyidina Ali tersebut mari kita pegang. Senantiasa berkhusnudzon terhadap ketetapanNya. Menjalani hidup dengan sabar, sekaligus tak luput bersyukur.

Semoga saja, parkiran lantai dua kembali berpenghuni. Kelas-kelas kembali hiruk pikuk. Alfatihah.

Menatap senja dan
secangkir kopi pahit
~ Sda, 12/8/21

*Gambar oleh Wiki Kusnadi dari umma.id

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *