Ayah …
Anakmu masih gagal.
Ibu …
Lelaki kecilmu belum berhasil
Usia tua kini membayangi hari.
Ayah, hidup anakmu masih luntang-lantung
Terus bertarung mengais rezeki
Tetapi tetap belum sepenuhnya beruntung
Karier masih saja belum mencukupi.
Ibu, putramu ingin untuk mandiri
Walau dalam sehari makan hanya sekali
Tak apa bu, aku syukuri hasil peluh sendiri.
Ayah …
Tameng anakmu masih rapuh
Belum setangguh bahumu
Tak sebanding lapang hatimu.
Ibu …
Aku rindu masakanmu
Telinga ini ingin menjadi wadah
Menampung segala ceramah.
Ayah …
Hari ini aku lelah
Tapi besok aku tetap terus melangkah
Terima kasih untuk segala petuah.
Ibu …
Doakan anakmu
Akan aku buktikan padamu
Menjadi lelaki kebanggaanmu.
Ayah, ibu …
Aku ingin suksesku nanti
Menjadi senyum termanismu.
Dari aku
Malaikat kecil kebanggaanmu.
/Taufiq, Bekasi
—————————————————————
Taufiqur Rahman, pemuda kelahiran 8 September 2003 ini gemar menulis puisi sejak sekolah dasar, tepatnya mulai 2016. Dimulai karena iseng-iseng saja, membuatnya jadi terbiasa menyalurkan perasaan melalui lantunan tulisan indahnya hingga sekarang dan tetap bisa meluangkan waktunya demi menulis di sela-sela kesibukannya bekerja sebagai mekanik motor.
source: needpix.com