JEPANG
Sebelum kita masuk kepada kehidupannya Allam di SD, ada berberapa hal yang aku perlu jelaskan tentang masa kecilnya dia.
Allam lahir di Sidoarjo pada tanggal 15 Mei 2000. Sepuluh bulan kemudian, orangtuanya dia diberi tawaran beasiswa di Jepang. Mereka membawa seluruh anggota keluarga mereka ke negara itu. Karena itu, Allam tidak mengingat apapun tentang tempat lahirnya. Kamu sendiri pasti tidak mengingat seribu kejadiannya kamu menangis pada saat kamu lahir, kan?
Sejak kecil, Allam telah belajar dua bahasa: Bahasa Indonesia dan bahasa Jepang. (Apa yang kamu pikir? Bahwa dia belajar bahasa Jepang?) Dia menjadi mahir dalam kedua bahasa tersebut. Sayangnya, dalam jangka waktu satu tahun ia datang di Indonesia, dia lupa cara berbahasa Jepang. (Anak ini mempunyai bakat untuk menerjemahkan anime, dan ia membuangnya seperti mobil mainan yang rusak…)
Bukan hanya bahasa Jepang saja yang ia lupakan. Kehidupannya di TKnya yang di Jepang pun ia lupakan. Karena aku hanya bisa mereferensi keingatannya dia, aku tidak bisa bicara banyak tentang itu. OK, tidak semua detail dilupakan olehnya. Dia masih ingat bahwa dia sering menunggu sampai jam malam di TK itu, karena orang tuanya sibuk dengan kuliahnya mereka. Dia mengingat bahwa ia sangat dekat dengan guru-guru yang mengajar di TK itu. Dan, berkebalikan dengan dia sekarang, dia bisa berinteraksi dengan teman-temannya secara normal dan juga bekerja keras dalam melaksanakan tugas.
Setelah kejadian yang telah tertulis di bab 1, ia pindah ke TK yang lebih dekat dengan rumahnya. Di sini, dia belajar membaca dengan benar, dan ia memperoleh banyak teman. Ada insiden memalukan yang terjadi di TK ini. Pada hari pertama dia masuk ke sekolahnya, ia melihat guru yang mukanya mirip dengan salah satu gurunya di Jepang. Lalu, ia berbicara dengannya dalam bahasa Jepang… Tentu saja, gurunya tidak bisa memahami apa yang ia katakan. Setelah Allam menyadarinya, dia menjadi malu. Mungkin inilah mengapa Allam lupa bahasa Jepang… ia telah menerima sebuah “bukti” bahwa ia sudah jauh dari Jepang, dan tidak mungkin baginya untuk kembali. Aku sendiri tak tahu. Psikologi lebih susah untuk dikuasai daripada Dark Souls.
DEJA VU
Allam sedang dalam situasi berbahaya.
Dia-
Uh, kenapa aku terkena rasa Déjà vu, ya? Rasanya aku pernah menulis tentang cerita ini sebelumnya. Tunggu, aku akan periksa data-datanya Allam…
Ternyata, Allam telah transfer sekali lagi. Peristiwa ini terjadi empat tahun setelah ia lulus dari TK. Kali ini, dia pergi ke India. Seperti sebelumnya, dia pergi ke negara ini untuk mengikuti orang tuanya. (Aku gak tahu kata apa yang tepat untuk menyimpulkan backstorynya karakter ini: Rumit, atau konyol?) Sekarang, dia akan belajar di Learnium School; sekolah yang didirikan oleh orang Turki.
Dan seperti sebelumnya, Allam berada di tengah kelas yang penuh dengan orang-orang asing. Bagaimakah caranya dia akan gagal kali ini? Apakah dia akan berbicaranya seperti sebuah robot? Apakah dia akan berdiri seperti sebuah patung, seperti sebelumnya? Apakah dia akan-
Tunggu. Apakah dia baru saja mengenalkan dirinya. Secara normal? Berbicara tanpa gagap? Tidak mungkin. Jika itu terjadi, berarti dia baru saja mengalahkan hukum fisika! Itu bagaikan apel yang melayang ke atas! Bagaikan ikan berjalan di daratan! Bagaikan matahari terbit dari barat! Bagaikan-
Sabar…sabar. Mungkin semua itu dapat dipercaya. Ya…semua orang pasti pada akhirnya menjadi dewasa. Mungkin sebenarnya tidak mustahil bagi anak seperti Allam untuk berbicara seperti manusia yang biasa. Lagipula, tidak mungkin bagi cerita ini untuk menjadi lebih mustahil lagi. Tidak mungkin anak-anak kelas itu akan berdiri dan memperkenalkan di-
Apa? Mereka juga melakukan itu? Dan juga menjelaskan hobi dan kepribadian mereka? Mustahil! Cerita apaan ini? Aku pikir aku sedang menulis cerita yang nyata! Bukan cerita dongeng! Bagaimana bisa ada satu kelas di mana semua anaknya ramah? Bagaimana bisa Allam berbicara dengan anak-anak asing ini dengan biasa, padahal empat tahun sebelumnya dia tidak bisa berbicara dengan anak-anak yang sebangsa dengan kamu?! Dan mengapa setiap kali aku ingin mengakhiri paragraf, aku selalu terpo-
OK, OK. Aku sudah tenang. Bagaimanapun, paling tidak kamu (para pembaca) bisa memahami yang sangat normal sampai bisa dianggap aneh. Rupanya, dalam jangka waktu empat tahun, Allam telah meraih kemampuan untuk bicara seperti orang biasa. Atau paling tidak, ia tidak separah dulunya. Dan sepertinya warga sekolah SD ini juga sudah terbiasa menerima murid yang baru, dari negeri apapun. Ternyata, setiap tahun memang banyak murid yang masuk dan keluar dari sekolah ini.
Untuk sisanya hari itu, aktivitas kelas berjalan seperti biasanya. Meskipun ada lumayan banyak terminologi yang Allam belum kenali di bidang IPA dan Matematika, pada akhirnya dia menjadi paham.
Learnium School memang sangat beda dengan sekolah SDnya Allam di Indonesia; ruangan-ruangannya lebih sempit, jumlah muridnya jauh lebih sedikit, dan banyak pelajaran yang tidak diajarkan di sekolah SDnya yang di Indonesia. Tetapi, dalam berberapa hari, Allam mulai menikmati waktu-waktunya yang dia gunakan untuk belajar di sekolah ini.
Tanpa ia ketahui, pengalaman-pengalaman yang ia peroleh di sekolah ini akan merubah kehidupannya untuk selamanya….
Episode 1 – DUNIA ALLAM