Oleh: Nirbita Aufa A.
“Bita tolong bikin web opini ya buat penyemangat murid baru”
– Penyair Amatir
MAK DEG. AAKKHH. Jujur saja aku yang baru bangun tidur langsung melek ketika membaca pesan itu. Maka di sinilah aku. Siap untuk bercerita, berharap ada makna yang dapat diambil dari pengalamanku yang tak seberapa. Selamat menikmati!
Sebelumnya, aku ingin menyapa para pendatang baru. Selamat datang untuk angkatan 74! Akhirnya setelah melewati masa MPLS, kalian resmi jadi murid SMA. Hore! 😆🌟
Sebenarnya aku sangat amat bingung, harus memulai dari mana? Apa yang harus aku sampaikan kepada anak baru? Sedangkan aku saja masih berusaha untuk meraba-raba dunia SMA. Sama seperti kalian (angkatan 74), aku juga masih beradaptasi dengan kelas sebelas. Tapi tak apa, lama-lama kita akan mulai terbiasa dengan bab baru dalam kehidupan kita ini.
Aku baca lagi tulisan Kak Ilal beberapa hari lalu, dan aku sangat relate dengan bagian “MPLS itu baru secuil dari kehidupan SMA.” dan seterusnya. Bukan berarti tak penting, tetapi MPLS hanyalah pembukaan.
Kini, kalian akan merasakan dunia SMA yang sebenarnya.
Kompetisi akademik dengan temanmu sendiri, kesalahpahaman dalam pertemanan dan organisasi, tekanan akademik dari segala sisi (bahkan dari diri sendiri), kalian akan merasakan semua itu. Tak bermaksud menakuti. Memang begitu kenyataannya. Eh, tapi nggak seserem itu kok! Setelah merasakannya secara langsung selama setahun ini, aku rasa hal-hal itulah yang membuat kita menjadi lebih baik, lebih dewasa.
Kompetisi akademik yang membuatmu merasa adanya keharusan untuk menjadi sama berprestasinya dengan yang lain, kesalahpahaman yang membuatmu menjadi lebih memahami satu sama lain, tekanan akademik yang mendorongmu untuk belajar dengan sungguh-sungguh, semua itu membuat kita selangkah lebih baik dari sebelumnya. Memang dalam perjalanannya melelahkan, tetapi yakinlah mereka akan berguna bagi dirimu. Yang bahkan kita tak akan sadar efeknya (berdasarkan pengalaman pribadi).
Aku yakin banyak yang muak dengan pembahasan meraih prestasi, TKA, pemilihan jurusan, masuk PTN dan yang semacam itulah! Tenang saja, di sini aku nggak akan membahas tentang harus begini-begini selama SMA biar berprestasi, biar bisa masuk PTN. Aku juga sedikit capek mendengarnya. Rasanya seperti dikejar terus-terusan.
Bukan berarti aku meminta kalian mengabaikan pembahasan seperti itu. Nggak ya, BIG NOOOO, harus tetap didengerin. Karena untuk kebaikan diri kita sendiri. Hanya saja, mungkin di antara kalian sudah merasa pesimis duluan ketika pembahasan ini muncul. Karena aku juga merasa begitu.
“Duh, bisa ga ya aku ngelewatin semua itu? Bisa ga ya aku berprestasi? Bisa ga ya aku nggak mengecewakan orang tuaku?”
Dulu aku berpikir seperti itu. Namun, setelah menjalankannya dan juga melihat pengalaman kakak kelas, aku bisa memberi beberapa pesan untuk kalian.
Sebagai orang yang suka merasa “kecil” ketika melihat teman-temanku berprestasi (jangan salah, aku sangat amat bangga pada mereka. Hanya saja aku merasa ada yang salah denganku karena aku tak memiliki prestasi seperti mereka) aku ingin bilang:
It’s okay to take another route to the same destination.
Wajar, kok. Kan ada pepatah yang bilang: “Banyak jalan menuju Roma.” Kamu nggak harus ambil jalan yang sama untuk mencapai tujuan yang sama. Jalanmu mungkin lebih pelan, tak secepat milik temanmu. Mungkin jalanmu tak semulus perjalanan temanmu, tak apa. Karena itu jalanmu, itu perjalananmu. Tak perlu merasa kecil karena perjalananmu tak sama dengan temanmu. Bukannya lebih nikmat ya? Setidaknya kamu yang menyetir perjalananmu sendiri. Bukan orang lain.
It’s also okay to take your trip in your own rhythm, it’s your own adventure anyway.
Manusiawi jika kita memiliki kecepatan yang berbeda dengan yang lain. A baby step ahead is still a progress. Tidak perlu sama dengan yang lain, kamu yang paling tahu mana kecepatan yang sesuai dengan dirimu. Memang hidup tuh rasanya kita selalu dikejar-kejar oleh waktu, oleh banyak hal lainnya. Tapi kita boleh kok beristirahat sesekali. Kita juga butuh istirahat, tak harus berlari marathon terus-terusan. Asal jangan keseringan, itu sih keterlaluan. Kalau orang Jawa bilang, alon-alon asal kelakon (pelan-pelan yang penting jalan).
Terakhir, (saat aku menulis ini) ini masih Juli. Awal tahun ajaran baru, awal dari bab baru. Mungkin kita masih beradaptasi dengan lingkungan baru yang masih asing (terutama kelas sepuluh), tak apa. Nikmati saja dulu masa-masa awkward dengan teman sekelas. Lama kelamaan akan menjadi lebih nyaman. Nanti juga akan kangen dengan masa-masa ini. Aku sendiri masih belum bisa move on dari Unoxsive (kelasku yang lama) dan masih beradaptasi dengan kelas baru. Jadi buat anak kelas sepuluh, kalian nggak beradaptasi sendirian kok! Kita beradaptasi bersama, perlahan-lahan mencoba menyamankan diri di lingkungan baru.
Cherish every moment, every progress, every mistake, every memory you make in your life. It won’t happen again tomorrow. Besok, mereka hanya akan menjadi sebuah memori yang hanya dapat dikenang, tak mungkin terulang lagi.
[20/7/25] Di dalam selimut, melindungi diri dari dinginnya malam.
– Penulis hanya ingin menikmati waktu istirahatnya dengan tenang.
267 total views, 48 views today