Buku

I Am A Survivor: Superhuman Menembus Batas

Pengulas: Nailal Fariha

Bisa dibilang aku cukup terpaku ketika mendapatkan kesempatan untuk memegang buku karya penulis terkenal di era 80-90an. Siapa yang tidak tercengang? Bagiku namanya sendiri sangat asing ditambah dengan ukiran tangan yang jelas menuliskan kata Gol A Gong.

Jujur saja first Impression ku, mungkin buku ini akan memiliki pembawaan yang berat dan terkesan seperti tuturan penyemangat. Entahlah yang jelas ada sekelebat perasaan enggan membaca sampai tamat.

Namun ketika membuka lembaran “Prolog: Tubuhku Sebetulnya Rusak”, rasa keingintahuanku mengikuti alur cerita ini pun mencak-mencak. Takjub bukan main! menelan fakta bahwa ternyata penulis buku ini merupakan Superhuman berlengan satu yang mampu melahirkan 126 buku, hingga buku “I Am A Survivor” ini terbit beberapa hari selepas perayaan ulang tahunnya yang ke 60 di Agustus tahun lalu.

Judul Buku: I Am A Survivor
Penulis: Gol A Gong
Penerbit: Epigraf
ISBN: 978-623-7285-41-0
Tahun Terbit: 2023
Jumlah Halaman: 200
Jenis Buku: Otobiografi

Buku ini merupakan bentuk implementasi dari perjanjian cicilan maskawin yang ia berikan kepada Tias, sang istri. Dalam buku ini, Gong menceritakan perjalanan hidupnya yang tak luput dari banyak peristiwa unik, menantang, menarik.

Aku setuju dengan statement, buku ini bukan buku motivasi, namun jika butuh suntik semangat, sempatkanlah baca sesaat. 

“Janganlah jadi manusia loyo, yang diam di kamar dengan gawai di tangan, tapi merasa sudah jadi pemenang dan pergi melanglang buana ke seantero negeri. Padahal sebetulnya kamu adalah pecundang dan tidak pergi kemana-mana. Kamu harus malu kepadaku!”

hal.13

Bagian ini begitu menohok bagiku, sebagai gen Z yang 24/7 bersama gadget, jelas jadi muncul banyak pertanyaan di dalam benak, sudah seberapa jauh aku melangkah hingga mudah menyerah padahal satu langkah saja belum tentu ada.

Tak hanya berisikan cerita perjalanan hidupnya namun juga terdapat selipan puisi puisi yang disajikan di beberapa halaman pada tiap sub-bab nya.

Akhirnya, banyak pelajaran penting yang aku dapatkan selepas membaca buku ini. Aku meringkasnya dengan kata “GONG“.

  1. Gigih Menggapai Mimpi 

Berkaca darinya, tentu dengan kekurangan yang ia lihat sebagai kelebihan, membuatnya berani tampil berbeda dan menyepelekan pendapat buruk orang-orang. Ia mampu menunjukkan kelebihannya dalam bidang sastra dan olahraga. Kedua hal ini bak jadi senjata baginya. Tak sedikit orang yang terkagum hingga diam seribu bahasa saat ditunjukkan bukti nyata. 

Hidup dengan menulis-berkeliling- membaca-bertualang sudah menjadi khasnya. Seperti yang tercantum di dalam buku ini, ia memberi julukan untuk dirinya sendiri “Si Avonturir Bandel” yang memiliki prinsip; 

“Tanpa traveling, hidupku serasa hampa. Sekolah atau kuliah bagiku nomor dua. Aku ingat perkataan Ki Hajar Dewantara bahwa anak-anak kita tidak boleh dikurung di dalam empat tembok kelas. Robohkan satu dinding, agar bisa melihat cakrawala.”

hal.53
  1. Orang tua jadi alasan dari jalan hidupnya 

Seperti manusia pada umumnya, tentu ada waktu dimana ia merasa down dan menyalahkan hal yang sudah terjadi di hidupnya. Namun pada buku ini diceritakan sosok Bapak yang menjadi tokoh favorit dalam hidupnya karena menjadi penguat, pemberi motivasi, pembangun percaya diri.

Disini sosoknya ia ibaratkan sebagai pembuat perahu yang menyuruhnya mengarungi samudera kehidupan (dari bait puisi Bapak- Gol A Gong). 

Sedangkan Emak sendiri menjadi sosok penyayang yang mudah gusar ketika berada jauh dengan satu satunya anak bandel hobi traveling ini. Kekhawatirannya selalu mampu membawa Gong kembali pulang bahkan hingga Emak tak lagi bisa mengenalinya, tak sadarkan diri, menutup mata pergi. Gong menyimpan tangisnya dari semua orang yang menyambutnya di Ambon. 

“Mereka tidak pernah tahu, saat sedang sendirian di kamar mandi hotel, air mataku tumpah menyatu dengan air yang keluar dari lubang-lubang kecil pancuran.”

hal.133
  1. Nekat ambil keputusan untuk dapat beribu pengalaman

Bisa dibilang hampir keseluruhan isi buku ini menjelaskan ide-ide gila atau diluar nalar terjadi dalam garis hidup Gol A Gong. Pada bab awal juga lebih memfokuskan cerita masa lalunya yang cukup nakal dan penasaran banyak hal hingga alasan yang membuatnya harus mengalami gangguan kepala dan kehilangan lengan kirinya. 

Namun pada bab pertengahan, ia menjelaskan dampak dari kejadian ini, ia merasa banyak mimpi dan imajinasi yang berkembang. Keputusannya mundur kuliah sebagai mahasiswa Sastra Indonesia di Universitas Padjadjaran adalah hal yang ia syukuri sebab hal ini menjadi langkah awalnya traveling keliling Indonesia untuk mewujudkan impiannya sebagai penulis.

“Jika diam saja di rumah, aku akan jadi orang kebanyakan, yang kata Buya Hamka: jika hidupmu rutinitas saja, bangun pagi, bekerja, pulang sore, babi di hutan juga bisa.”

hal.103
  1. Gercep diiringi niat yang kuat

Dari bab awal hingga akhir ada nama yang selalu di mention yakni Tias atau sang istri yang mendampingi sejak Gong masih bertahap hingga menjadi sosok yang hari ini. Tias yang digambarkan sebagai sosok tangguh, setia, dan penyayang jelas tergambarkan melalui perwujudan buku ini. 

Pada hal.24 yang menjadi subbab dengan judul “Maskawin Keliling Dunia” benar adanya. Perencana hal hal gila, ia juga menyebutkan bahwa bab ini ditulis ketika ia sedang di rawat pasca Fistula Ani (penyakit yang diidap Gong). Dengan cicilan maskawin, mampu menjadikan alasan ia terus giat dalam menulis- mengurus komunitas literasi mereka berdua (Rumah Dunia)- menyunting buku- revisi- menghadiri pers dlsb.

Niatnya membahagiakan dan memenuhi janji itu sangat berpengaruh akan kinerja nya yang menjadi orang Gercep (Gerak cepat) agar semua cepat tuntas dan menikmati buah dari kesungguhannya.

Setelah menyelesaikan hingga halaman terakhir dari buku ini, tak hanya prinsip dan pemikiran baru yang aku dapatkan. Aku juga dapat menilai apa yang sekiranya menjadi poin lebih dari buku ini. Menurutku, buku ini banyak memberikan pesan penyemangat walaupun tersirat. Adakalanya tersurat melalui puisi karangannya (walaupun tak banyak) atau kutipan tokoh-tokoh. Namun, tak sedikit yang harus dipahami situasi ceritanya baru dapat menangkap sinyal motivasi tersebut. 

Disamping itu ada hal yang memang perlu diperbaiki atau poin kekurangan dari buku ini. Mungkin ini tidak mempengaruhi isinya sendiri, tapi kualitas dari cetakan bukunya mudah lepas karena tidak dijahit namun sekedar di tempel. Lalu untuk cover, mungkin bagiku yang suka hal simple ini sudah cukup, tapi untuk menarik perhatian remaja seumuranku, cover buku ini perlu dibuat lebih menarik agar tidak memberi kesan yang boring atau terkesan buku motivasi banget.

684 total views, 3 views today

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *