Puisi

Ia yang sedang beraya

Oleh: Nailal Fariha

permulaan;

biarkanlah nyanyian jangkrik malam dan redupnya langit petang jadi saksi perjalanan menyusuri akhir dari ibadah panjang
takbir itu beriringan dengan jalan jalan manusia yang berpulang, pergi ke langgar, menata piring di meja makan
lambaian dari tiap tiap pintu yang dilewati, menyampaikan rindu yang berlalu lagi

i. rumah raya

menyapa usangnya rumah rumah renta
begitu juga dengan usia kepulangan pemiliknya
disana ada yang hangat,
bukan tentang kayu bakar di belakang rumah
bukan tentang selimut berbulu domba
bukan juga tentang lampu petromak yang menyala
ini bicara suasana raya
puja puja dari peluk dan kecup
maaf maaf dari terang hingga redup
semua hangat, hanya sesaat, itu cepat

ii. isi rumah

kata nosstress, karena semua yang kau cinta akan pergi,
maka- berbahagialah bersama tawa mereka
peluklah bersama hangatnya
eratkanlah jemarinya
cukupkanlah syukurnya

ingatlah, ketika tiba dalam pekarangan lalu
menuju tangga tangga merah merekah
bersamaan dengan gugurnya kenanga
wanginya menguar memutar kenangan
yang diharap hidup panjang

iii. percakapan dengan pemimpi

perihal deretan pertanyaan dari telinga kiri dan kanan
memang, manusia berhak untuk berbicara melayangkan seruan, mengeluarkan opini
tapi memang, kata siapa manusia berhak untuk menghakimi persoalan diluar perlunya?

layangan pertanyaan,
layangan perbandingan,
layangan perundungan,
bahkan layangan masa depan

terkadang perjumpaan itu tak dimaknai semestinya
terlalu dalam menggalinya
terlalu lampau batasnya
hingga lupa, dengan si pemimpi ia bersua

iv. kembali

mungkin jika opor ayam menyisakan semerbaknya, gelisah hadir membersamainya
penanda berakhirnya sesi jamuan makan bersama dan waktu kembali ke ibu kota
alas tidur yang ditata berkerumun, memanjang, menyisakan angan panjang

jikalau ada waktu, aku ingin tidur disini selalu
jikalau ada waktu, aku tak ingin kembali bertemu gaduh

sampaikanlah beribu ribu harap itu pada penduduk yang tertidur bersamaku, bahwa dengan suara, rupa, kasih dan semua yang ada saat itu, akan ku bawa utuh hingga kembali ke ibu kota

akhir;

ku tutup bait bait puisi ini yang dibuat di segala situasi, bersama seluruh cerita cerita yang coba di ringkas dalam tulisan singkat ini, diiringi sakit perut yang melilit, namun keinginan penuh untuk mempersembahkan karya manis, seperti si penulis;)

terimakasih sudah berkenan dibaca ya, manis!

Pronojiwo, 12-13 April 2024,
di ruang tamu sampai turu

*Penulis merupakan siswi kelas XI 2 yang sedang menikmati sisa waktu libur lebaran sebelum kembali menjadi anak perantauan

249 total views, 3 views today

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *