Oleh: Penyair Amateur
Pak Tolstoy bilang begini ~ semua orang berpikir untuk mengubah dunia, namun tidak ada seorang pun yang berpikir untuk mengubah dirinya sendiri. “Dawuh-nya” sastrawan top ini jika dihubungkan dengan suasana kebatinan siswa-siswi SMA Khadijah pasca PSTS mungkin saja relevan.
Seperti sisi mata uang, tentu ada yang gamang dan lainnya girang. Gamang sebab banyak variabel yang membuat jempolnya selalu ragu dan kerap buntu memilih jawaban yang tertera di layar. Girang karena bisa melakoni PSTS dengan gemah ripah loh jinawi.
Mari mundur ke hari-hari perdana di jenjang baru. Tentu sebagian anak-anak telah merilis apa yang menjadi target semester ini. Bisa detail maupun hanya dalam angan-angan.
Nah, kini mumpung di pertengahan semester, waktunya ‘bercermin’. Apakah target-target itu sudah sesuai? Atau melenceng? Atau justru berkebalikan arah?
Deteksi yang demikian itu penting. Selanjutnya mengatur ulang rencana-rencana berdasar realitas yang ada. Bahkan dimungkinkan mengubah target jika memang hanya itu alternatifnya. Sederhana, tetapi memiliki dampak signifikan.
Kembali ke paragraf pembuka. Bahwa refleksi diri itu perlu. Apalagi jika dilakukan secara siaga dan terus-menerus. Sebuah jalan yang akan menuntun kita menuju target yang telah kita bidik.
Selebihnya, mari beri penghargaan untuk diri kita, seberapapun usangnya, jalan menuju harapan-harapan itu. Di toilet sekolah ada cermin yang katanya “segede gaban” itu. Sempatkan berdiri di depannya. Ucapkan dengan tulus (disarankan di dalam hati saja biar tidak menimbulkan prasangka, heuehu)
“Kamu hebat. Terima kasih sudah bertahan. Ayo lebih bersemangat lagi merebut impian kita”.
Sebuah kutipan bagus dari akun Akal Buku di X yang menyitir Pak Einstein. Bunyinya, seseorang berubah karena dua hal: pikirannya terbuka atau hatinya terluka.
Semoga kita bisa berubah karena pikiran terbuka. Tidak berubah menunggu waktu terluka. Hokya.
*Penulis merupakan admin grup WA Kambing Hitam
105 total views, 3 views today