Opini

Jejak Cerita yang Tertinggal di Pulau Bali

Oleh: Saka Ayattusyifa Hati P.S.

Pergantian WIB ke WITA kala itu sampai saat ini masih saja bersarang di memoriku, kurasa ini adalah perjalanan pertama ku yang berhasil setelah sebelumnya aku sempat tertinggal rombongan lainnya, saat itu aku berencana untuk merayakan tahun baru di Bali bersama keluarga. Kesialan itu jelas tidak ada di dalam kalender manapun  jelasnya, aku dan keluargaku bangun ketika matahari sudah diatas rata rata.

Tak tahu mengapa perjalanan ini terasa begitu sangat lama, bahkan kurasa ada sesuatu yang tidak beres karena hujan deras yang turun,  jalan demi jalan terus berlanjut hingga aku menemukan jawaban dari rasa kebingungan ku, malam itu jalan menjadi macet total karena adanya pohon tumbang  di area Paiton.

Perjalanan jauh membuka agenda kali ini, duduk di bus selama berjam-jam bukanlah masalah yang besar bagiku, waktu begitu cepat berganti hingga aku sendiri tak sadar bahwa aku telah berada di perbatasan antara Banyuwangi dan Bali.

Langit cepat berubah warna dari gelap menjadi terang menandakan pagi telah tiba, Tanah Lot menjadi destinasi pertama study tour kali ini. Disana terdapat beberapa spot untuk mengambil beberapa foto bersama, cuaca hujan kali ini bukanlah halangan untuk diam di bus.

Hujan sudah mulai reda, sekarang kita sudah berada di tempat UMKM Pie Susu Dewata. Sesampainya kita disana kita diberikan pemaparan materi oleh founder Pie Susu Dewata yakni, Kadek Imawati tentang bisnis awal Dewata yang ia dirikan. Setelah pemaparan materi selesai anak anak diberikan waktu bebas untuk berbelanja oleh-oleh. Malam kembali hadir seperti biasanya, dan sekarang sudah waktunya beristirahat.

Hotel Nirmala dengan beribu mistis malam itu menurutku tidak begitu menyeramkan, justru berbanding sebaliknya. Hari selanjutnya kita memiliki tiga destinasi wisata, yang pertama kita pergi ke Desa Adat Penglipuran. Disana terdapat banyak sekali candi-candi kuno yang terlibat begitu mengesankan, aku sangat takjub.

Aku bahkan tak sanggup menahan diri ketika aku berhenti di setiap area yang kita tuju, begitu banyak penjual baju dan makanan khas sana yang menarikku untuk membawanya pulang ke rumah.

Sejujurnya kita hanya memiliki sedikit destinasi study tour, hanya saja perjalanan dari satu titik ke titik lainnya yang membuat waktu cepat berlalu.

Semua terlihat begitu antusias ketika tiba di Pantai Melasti, mereka berjalan sedikit cepat untuk mengambil beberapa gambar aesthetic di pantai, warna laut yang begitu cantik sangat menarik perhatian kita semua.

Aku dan temanku nekat untuk pergi ke area seberang batu karang. Sayangnya, temanku yang tidak sabar lari menerobos tanpa memperkirakan datangnya ombak, alhasil dia basah setengah badan karena tercium ombak.

Istilah istimewa tidak hanya terletak dalam kalimat  “Yogyakarta Kota Istimewa”, tetapi Bali juga. Perjalanan dari lokasi awal dan seterusnya kurasa itulah jawaban kenapa Bali juga memiliki momen yang tak kalah istimewa dengan Yogyakarta.

Sunset sore itu mulai memancarkan auranya ketika kita sudah meninggalkan Pantai Melasti. Aku duduk tenang di dalam bus perlahan mulai memejamkan mata. Destinasi terakhir kita hari ini ialah Krisna tempat perbelanjaan oleh oleh dan setelah itu kita semua kembali ke hotel untuk beristirahat.

Harusnya aku dan teman temanku beristirahat total malam itu karena itu adalah malam terakhir kita tidur di hotel. Bukannya beristirahat cepat, kita malah disibukkan dengan agenda packing hingga tengah malam. Semua berjalan begitu menyenangkan.

Pagi terakhir kita dibuka oleh Fun Games yang sudah dipersiapkan oleh para panitia study tour, Bali kali ini tidak terdapat agenda “Malam Inagurasi” tak seperti study tour tahun lalu.

Cuaca hari ini begitu cerah tidak seperti hari kemarin, sebelum meninggalkan kota Denpasar, di Bali kita memiliki dua destinasi akhir yaitu Joger, dan Pura Ulun Danu. Joger memiliki keunikan tersendiri melalui kata kata yang ia tuliskan dalam baju cetakannya, tetapi disana aku tidak merasa enjoy karena badan ku mulai terasa lelah.

Hujan deras tiba-tiba datang saat kita sudah berada di Ulun Danu tapi hujan itu berdurasi sangat pendek, kurasa ia sengaja lewat. Di Ulun Danu terdapat banyak wahana air salah satu yang ku naikin bersama teman-temanku adalah Speedboat, durasi 15 menit mengelilingi danau bisa saja dibilang momen yang paling aku tunggu.

Hal paling menyenangkan yang paling ku ingat yaitu diperbolehkan menyetir Speedboat dengan supir nya, meskipun menyetir Speedboat membuat temanku kesal, hal itu terus ku lanjutkan hingga aku merasa puas.

Bali begitu menyenangkan sampai aku sendiri tidak menyadari bahwa hari itu adalah hari terakhir dimana aku menapakkan kaki di sana. Langit gelap kembali datang menyambut bulan yang hampir datang, semakin malam terasa semakin dingin karena aku tidak membawa baju tebal lebih. Untung saja ada yang meminjami ku Hoodie tebal, mungkin kalau tidak aku sudah menggigil kedinginan malam itu. Terimakasih banyak, ya.

28/12/24 dua jempol sibuk bergerak menekan keyboard di tengah kandang ayam

Penulis merupakan anggota tweexy yang sedang meluangkan waktu untuk menulis opini disaat nenek menyuruh penulis untuk memanen telur

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *