Opini

Langkah Awal Menuju Mimpi

Oleh: Iqbal Hafizh Althaf Prabowo*

Aku masih ingat kala itu (kelas 8) aplikasi tiktok dipenuhi berbagai konten tentang reaksi mereka membuka pengumuman SNMPTN (saat ini SNBP). Rasa tangis bahagia ketika mereka yang diterima ke perguruan tinggi negeri favoritnya, sampai tangis sedih dan mencoba menerima ketika melihat pengumuman berwarna merah.

Saat itu aku sadar, bahwa beberapa tahun lagi, aku akan menghadapi situasi seperti mereka. Situasi yang akan menentukan jalan kehidupanku selanjutnya.

Kelas 12 pun tiba, tepatnya tahun terakhir dimana aku menjadi siswa. Aku yang merasa belum siap meninggalkan masa sekolah mau tak mau harus memaksakan diri untuk harus siap apapun tantangannya. Banyak sekali tantangan-tantangan yang harus kuhadapi, salah satunya adalah menghadapi pertanyaan “mau kuliah di mana?”. Dari yang dulu aku sangat yakin oleh satu tempat sampai ragu dan beranggapan bahwa tidak apa-apa kuliah di mana saja.

Setelah liburan semester ganjil, tibalah pengumuman eligible sekolah. Jujur saja, aku sangat yakin bahwa namaku akan berada di daftar ranking paralel satu Angkatan. Benar saja namaku berada di urutan 10 ranking satu Angkatan. Aku bersyukur, akhirnya usahaku untuk menaikkan nilai dari kelas 10 hingga kelas 12 semester satu terbayar tuntas! Berbagai lomba seperti olimpiade matematika dan fisika serta ujian Cambridge IGCSE juga rutin kuikuti. Kini bekalku untuk mendaftar PTN favoritku aku rasa cukup.

Tanggal 18 Maret 2025. Momen yang dinanti-nanti oleh semua siswa-siswi kelas 12 yang namanya terdaftar sebagai peserta SNBP 2025. Semua usaha yang mereka lakukan dan doa yang mereka ucapkan, akan terjawab pada pukul 15.00 WIB. Deg-degan dan takut memenuhi sekujur tubuhku, aku sendiri tidak yakin akan diterima di perguruan tinggi negeri yang telah kupilih. Yang bisa aku lakukan kala itu adalah berserah, menyerahkan semuanya kepada Allah Swt, karena Allah adalah sebaik-baiknya perencana.

Rencananya aku tidak ingin membuka sendiri pengumuman SNBP. Aku ingin membukanya di rumah bersama keluarga, tetapi di satu sisi aku takut ketika aku gagal maka aku akan mengecewakan mereka.  Berpikir ketika aku gagal maka orang tuaku tidak bangga kepadaku. Akhirnya aku memilih untuk pergi ke luar mengikuti les sembari berusaha menenangkan diri dan menghilangkan rasa takut yang kualami

Tetapi pikiranku tidak bisa kuajak kompromi. Mau sekeras apapun aku berusaha untuk tetap tenang menghadapi situasi saat itu, pasti akan muncul perasaan ragu tidak diterima. Tapi sekali lagi aku yakin, bahwa Allah Swt. adalah yang paling mengerti mana yang terbaik  dan tidak akan menempatkan aku di tempat yang tidak seharusnya. Dengan menyerahkan kepada Allah, aku bisa menjadi lebih tenang.

Tiba-tiba pintu diketuk. Guruku masuk ke dalam ruangan dengan wajah sumringah. Beliau tidak mengatakan apa-apa melainkan langsung menuju ke tempat dimana aku duduk. Beliau menyodorkan tangannya seraya ingin berjabatan tangan. Aku yang kala itu tidak bisa berpikir apa-apa langsung saja menyalaminya. Beliau berkata “Selamat, kamu diterima teknik sipil ITS”

-BOOM!

Aku awalnya tidak percaya. Lalu memutuskan untuk melihat sendiri pengumumannya. Alhamdulilah berwarna biru yang artinya aku diterima, tidak sampai situ, bahkan aku diterima di pilihan pertamaku. Aku senang setengah mati, aku langsung memberi tahu kepada keluargaku dan teman-temanku kalau aku berhasil diterima. Bukan hanya aku yang senang tapi juga mereka, yang selama ini menemaniku untuk membantu berjuang di jalur SNBP ini.

Satu hal yang terlintas di pikiranku adalah JJ (jedag jedug) hehe. Aku rasa itu adalah hal wajib yang harus dilakukan ketika mengetahui telah diterima di PTN pilihan. Ada rasa bangga tersendiri ketika mengunggah jedag jedug ptn ke media sosial. Berjuanglah sampai kalian bisa mengunggah jedag-jedug ptn itu. HAHAHA!

Mungkin memang ini jalannya, memang ini takdirku untuk berkuliah di ITS. Aku yakin Allah memberikan jalan ini bukan semata-mata karena aku pantas, tetapi ada kebaikan di dalamnya yang nantinya bisa aku ambil dan terapkan. Akan ada pengalaman hidup yang berguna yang bisa aku jadikan pembelajaran di kehidupan setelahnya. Di sinilah tempatku, di sinilah memang aku seharusnya berada.

Sampai sekarang pun, saat aku mengetik ini aku masih dipenuhi rasa syukur mengetahui aku akan menjadi mahasiswa ITS beberapa bulan lagi. Keinginan yang selalu kusebut di setiap sujud terakhirku, sekarang aku bisa peroleh dan berada di tanganku. Masih banyak cita-cita yang harus dikejar dan masih banyak keinginan yang harus dilakukan, ini akan menjadi langkah awal untuk perjalananku selepas menjadi anak ‘sekolah’.

Teruntuk kalian para pejuang PTN, jangan pernah lelah untuk mengejar keinginan kalian, jangan pernah berhenti ditengah jalan ketika sudah memulai sesuatu, percayalah akan ada masanya dimana kalian memperoleh apa yang kalian cita-citakan, terakhir serahkan semuanya kepada tuhan yang maha segalanya. Let god do the rest.

Jadilah sesuatu yang tidak akan pernah bisa hilang!

*Murid SMA Khadijah, penulis novel Dari Kemarin Untuk Esok sekaligus penerima SNBP 2025 | Teknik Sipil – ITS

Sumber gambar: Klik

37 total views, 6 views today

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *