Oleh: Zafarani Gina Putri Sholehah
Rasanya baru kemarin aku merasakan hari pertama menjadi anggota kelas 11, menjalani hari-hari pertama yang penuh dengan canggung dan harapan. Kini, setelah setahun berlalu, saat aku menutup mataku sejenak aku sudah menjadi bagian dari acara turun temurun SMA Khadijah. Tepat setelah jam orang tua mengambil rapor semester yang menakutkan, selanjutnya kita diharuskan melanjutkan perjalanan ke pulau Bali —perjalanan yang panjang dan melelahkan.
Dengan jiwa dan raga siap tidur dan berbekal hati-hati dan penitipan pie susu dari orang tua, aku memasuki bus dengan rasa cemas jika aku mabuk bus.
Selama 14 jam lebih merasakan suasana bus yang kecoh dengan suara musik dj full bass dan lagu-lagu, membuat kepala terasa pusing yang menguasai pendengaran semua anggota bus,
“untung saja aku tidak mabuk karena aku memilih tidur.”
Dengan berbekal suasana hati mengeluh ‘pegal’ dan rasa sabar yang mendominasi, akhirnya waktu berputar menunjukan pukul 03:00 WIB klan Ven2zion merasakan kebebasan dari pemandangan bus.
Turun dari Pelabuhan kita tak langsung dapat bertemu dan menikmati kasur hotel yang begitu empuk, nyatanya Ven2zion harus mengikuti agenda selanjutnya dengan bersiap-siap di rumah makan dan diributkan dengan hujan yang terus menerus turun.
Entah apa yang terjadi dengan Bali selama kita berwisata tiga hari disini, Bali diguyur oleh hujan yang membuat kita kesal. Kita sudah membayangkan keindahan Bali dari dahulu.
Namun, alih-alih melihat pemandangan kita malah disuguhi dengan pemandangan payung dan jas hujan di setiap sisi.
Aku jadi teringat perkataan salah satu pengunjung yang ada di tanah lot
“Mbak Rara (pawang hujan) ngambek kah sama Bali? masa hujan mulu” ucapnya.
Apakah itu faktanya?? Wow. “Aku gak percaya pawang hujan tapi itu lucu” pikirku.
Selesai dengan Tanah Lot yang begitu indah walau tetap melihat pemandangan payung, kita diarahkan menuju tempat oleh-oleh Dewata, disana kita makan siang yang sebenarnya bisa dibilang makan sore. Selepas itu kita mendengar kisah inspiratif Kadek Imawati yang merupakan owner oleh-oleh Dewata, disana kita dijelaskan bagaimana beliau membangun usaha bersama suami dari merintis usaha kecil menjadi tempat oleh-oleh yang wajib dikunjungi.
Pada hari ke-3 Ven2zion harus meninggalkan hotel menuju destinasi berikutnya yang jujur saja membosankan, disana kita melihat kembali pemandangan payung yang jengkelnya kita harus melewati payung ratusan pengunjung dengan jalan yang sempit. Namun, setelah 2 jam membosankan itu terbayarkan oleh destinasi berikutnya, dan yap, sampailah kita ke Pantai Melasti, satu-satunya destinasi yang tak terguyur hujan dan tak melihat pemandangan payung, ombak-ombak yang mengenai kaki dan laut biru yang menyatu dengan langit menjadi hipnotis mata orang yang melihatnya.
Jangan lupa pulang, kita memasuki hari terakhir merasakan indahnya Bali Bersama Ven2zion. Sebelum pulang kita berwisata ke Pura Ulun Danu, ya sama seperti sebelumnya banyak pemandangan payung, tapi merasa puas dengan pemandangan danau yang tenang dan wisata Speedboat (walau aku tak naik karena waktunya mepet) dan rasa penasaran dengan Pura dibalik uang 50.000 lama.
Di hari terakhir ini banyak perpisahan yang terjadi, berpisah dengan Bali yang menemani selama 4 hari dengan senyum bahagia, berpisah dengan teman-teman Ven2zion untuk sejenak libur akhir tahun, berpisah dengan ‘bli’ atau tour guide yang menemani 3 hari dengan fun fact tentang Bali yang dijelaskan didalam bus.
Bukan sekedar perpisahan biasa, hal ini juga menjadi perpisahan kita kepada wisata, senyuman, dan kenangan sebelum beranjak ke tahun berikutnya mengikuti Wali Songo yang artinya sudah menjadi hilal untuk berpisah dari masa sekolah.
Perjalanan Bali ditutup dengan aku yang harus berpisah dengan umurku yang ke 16 tahun, welcome to the new world, terimakasih aku, teman-teman Ven2zion, guru-guru kelas 11, dan Bali yang mengisi senyuman di hari-hari akhir 16 tahunku. See u when I see u Bali
–Penulis merupakan anggota Arsosix yang sedang menunggu mendapat KTP
274 total views, 3 views today