Oleh: Shafira Dihyan
Twitter atau aplikasi yang terap kali disebut burung biru sangat populer, khususnya di kalangan anak muda. Jenuhnya masa pandemi pada waktu itu membuat hampir seluruh masyarakat Indonesia menghabiskan waktu untuk bermain Twitter. Kita dapat mencari informasi terbaru, berita viral, gosip, atau sekadar berinteraksi dengan pengguna lainnya.
Pengguna Twitter sangat beragam. Komentar-komentar unik dan meme lucu kerap kali mengundang gelak tawa. Saya sebagai pengguna Twitter sejak 2015 sangat setuju jika aplikasi burung biru ini dinobatkan sebagai aplikasi terseru sepanjang masa.
Namun sejak berpindahnya Twitter dari tangan Jack ke Elon Musk, kebijakan twitter pun berubah. Elon membuat fitur premium yang di mana penggunanya harus berlangganan untuk dapat mengaksesnya.
Alih-alih membuat fitur premium, menurut saya Elon lebih baik menambah fitur yang bermanfaat, seperti unsend DM dan search bookmars.
“Elon ga jelas banget, gue pengen pindah lapak.”
“Mending bikin fitur unsend DM. Malu banget typo tapi ga bisa di unsend.”
Cuitan penuh cibiran kepada Elon kerap kali saya lihat bertebaran hampir setiap hari. Meme rasis dengan tulisan juga tak lupa disertakan. Bahkan banyak orang berbondong-bondong ingin berpindah lapak dan bermain aplikasi lain.
Lantas, apakah saya diam saja dan hanya asik membaca cuitan-cuitan tersebut? Oh, tentu tidak. Sudah pasti saya turut serta ikut meramaikan dan membuat cuitan.
Karena tidak hanya fitur aneh dan berbayar, akun saya juga sering terkunci tanpa sebab. Hal tersebut membuat saya harus mengeluarkan puluhan ribu agar bisa menyelamatkan akun kesayangan yang sudah saya rawat seperti anak sendiri.
Ya, saya tahu, sebagai seorang pengusaha tentu saja ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk mendapatkan pundi-pundi rupiah. Namun, tetap saja kenyamanan pengguna adalah hal yang utama. Seperti dendam pribadi, saya sangat berharap Elon dapat memperbaiki fitur dan keluhan aneh yang sering dialami oleh pengguna. Karena mau sejauh apapun saya pergi, Twitter tetap menjadi tempat pulang, atau sebut saja “my online diary.”
*Penulis merupakan pelajar SMA Khadijah kelas XII MIPA 1 Penulis novel Putri Permata
408 total views, 1 views today