Judul: Ocean’s 8
Genre : Drama, Komedi
Durasi : 110 menit
Rilis : 8 Juni 2018, Spin-off dari Trilogi Ocean’s 11 (2001) dan Ocean’s 12 (2004), dan Ocean’s 13 (2007)
Pemain : Sandra Bullock, Rihanna, Cate Blanchett, Anne Hathaway, Mindy Kaling, Sarah Paulson, Awkwafina, Helena Bonham Carter
Rating Umur : 13+
Rating IMDb (September 2021): 6.3/10
Status : Telah tayang di bioskop pada tahun 2018
Sutradara : Gary Ross
Perusahaan Produksi : Warner Bros. Pictures, Village Roadshow Pictures, Smokehouse Pictures, Larger Than Life Productions
Debbie Ocean baru saja keluar dari penjara setelah dijebak dan dijebloskan ke penjara oleh Claude Becker, seorang dealer lukisan yang dahulu merupakan partnernya. Lima tahun di penjara memberinya waktu untuk menyusun sebuah rencana perampokan besar-besaran yang telah matang ia perhitungkan. Toussaint, kalung Cartier seharga 150 juta dollar di Met Gala, acara yang akan diadakan tidak lama setelah itu, adalah targetnya. Namun ia dan Lou, partner in crime-nya kekurangan orang untuk mewujudkan hal ini.
Mereka berkeliling kota dan bertemu dengan beberapa orang yang sangat cocok dengan kualifikasi mereka: Constance, si pencuri jalanan yang licik; Amita, si ahli perhiasan, hacker Nine-ball; dan teman lama Debbie, Tammy si pencuri berkedok bisnis di rumahnya. Mereka membuat replika dari kalung dengan harga mencapai ratusan juta ini dengan bahan cubic zirconia yang tidak sebanding harganya.
Debbie dan Lou berencana menjebak Daphne Kluger, aktris yang akan menggunakan kalung incaran mereka pada Met Gala tersebut, maka dari itu mereka memerlukan seorang desainer yang akan berperan sebagai perancang busana Daphne. Mereka bertemu dengan Rose, perancang busana yang hampir gulung tikar dan memberikan penawaran yang besar untuk menjadi perancang busana Daphne. Lou menjadi seorang ahli gizi, Tammy menjadi staff, Amita menjadi seorang tukang cuci piring, dan Constance menjadi pelayan dalam acara tersebut. Ketika mengetahui bahwa kalung Toussaint ini hanya dapat digunakan menggunakan sebuah magnet khusus yang hanya dimiliki oleh pihak Cartier, Nine-ball meminta bantuan adiknya untuk membuat replikanya.
Rencana dimulai. Lou memasukkan sesuatu pada makanan Daphne yang membuatnya muntah di kamar mandi, dan memberikan Constance kesempatan untuk mengambil kalungnya tanpa disadari. Lalu kalungnya diberikan ke Amita di ruang cuci, dan Amita segera membaginya menjadi beberapa bagian. Setelah disadari bahwa kalung yang digunakan Daphne hilang, seluruh gedung diisolasi dan dikosongkan. Kesempatan tersebut digunakan Lou dan kenalannya, The Amazing Yen seorang akrobatik, melakukan pencurian untuk semua perhiasan yang ada pada gedung tersebut, dan mengganti mereka dengan replikanya. Potongan-potongan kalung Toussaint itu dibagikan Amita kepada teman-temannya secara sembunyi-sembunyi, lalu Tammy berlagak seperti menemukan ‘kalung’ tersebut di dalam kolam di TKP.
Daphne sebenarnya mengetahui tentang perampokan ini dan memilih untuk bergabung dengan sekelompok pencuri ini dan meminta bagiannya agar ia tidak melaporkannya ke polisi. Kembali ke Cartier, ditemukan bahwa kalung tersebut adalah palsu dan polisi segera melakukan investigasi. Daphne berkunjung ke rumah Claude Becker dan menjebaknya, memberikan bukti palsu bahwa Becker memiliki potongan kalung tersebut, dan Debbie membuat beberapa permainan tuduhan palsu kepada Becker. Becker berakhir dijebloskan ke penjara. Wanita-wanita tersebut mendapatkan bagiannya masing-masing dan melanjutkan hidup mereka seperti biasa, dengan kekayaan yang melimpah.
Mengamati jalan cerita film ini sangatlah menegangkan. Banyak sekali plot cerita yang tidak terduga, seperti fakta bahwa Daphne sebenarnya mengetahui semuanya, bahkan pada pelaksanaan perampokan utama yang terlihat sempurna ini. Sayangnya, ada beberapa skenario dimana apabila penonton tidak mengerti referensi atau konteksnya, jalan cerita akan sedikit membingungkan.
Eksekusi dari cerita utama film ini, perampokan secara sembunyi-sembunyi, tak bertele-tele atau langsung to the point, tanpa adegan atau dialog tambahan yang tidak berdampak besar kepada jalan cerita, sehingga penonton tidak bosan mendengarkan dialog tanpa informasi yang jelas. Lelucon-lelucon garing yang membumbui film ini sangat sering juga diselipkan dalam beberapa skenario, meskipun tidak terlalu berfokus kepada leluconnya.
Secara keseluruhan, film ini berhasil membuat saya (dan bisa jadi para penonton lainnya) takjub akan keterampilan penulis ceritanya untuk mengepaskan adegan dalam kesempatan-kesempatan yang tidak terduga, membuat penonton tidak dapat melewatkan satu adegan sedikitpun. Tetapi, meskipun terlihat rapi dan sangat perfect-timing, kesempurnaan ini membuat film ini terlalu ‘fiksional’ sehingga membuat penonton kebingungan dan bertanya-tanya tentang bagaimana suatu adegan yang mustahil dapat terjadi.
Film ini cocok untuk ditonton dengan keluarga dan termasuk tidak terlalu berat untuk ditonton hanya sebagai hiburan.
Pengulas: Azzahratul Balqis