#1 – SKIING CANCELLED
Oleh: Nabila Ahda Gina Rahmatiyah
Enam bulan di Norwegia, cerita Ahda cukup berbeda dengan teman exchange-nya yang lain. Dalam waktu sekian Ahda sudah berpindah tempat tiga kali. Tønsberg, Oslo, Dal, dan juga Stord. Tentu ada plus minusnya, salah satunya bahasa Norsk Ahda terganggu karena tiap tempat memiliki aksen yang berbeda. Belum lagi Norwegia memiliki semacam dua bahasa resmi.
Covid-19 masuk Norwegia di awal bulan Maret 2020. Karena jumlah penduduk yang bisa dibilang rendah, pemerintah Norwegia cukup ketat dengan protokol kesehatan untuk mencegah Covid-19. Beberapa hari setelah berita korban pertama Covid-19, pemerintah Norwegia mengumumkan berita lockdown se-Norwegia.
Ahda masih ingat pengunguman itu hari Kamis, tepat ketika jam olahraga Ahda di sekolah. Pulang sekolah, di dalam bis Ahda melihat suasana supermarket yang tiba-tiba penuh. Parkiran terlihat sesak dan orang-orang membawa paling tidak dua plastik besar dari supermarket.
Turun dari bus, Ahda melihat jalanan putih ditutupi salju. Hanya menyisakan jejak roda bus yang Ahda naiki tadi. Memang di tengah perjalanan salju turun tadi. Karena dingin, Ahda memutuskan untuk menunggu mom di busstop. Biasanya ia akan berjalan sedikit sambil menunggu jemputan. Jarak antara busstop dan rumahnya cukup jauh, perlu dijemput untuk menghemat waktu dan tenaga.
Baru sebentar Ahda beristirahat. Ia mendapatkan e-mail dari AFS untuk jadwal pulangnya. Tentu karena pandemi. Yang lebih membuat Ahda dan keluarganya terkejut adalah jadwalnya hari Minggu.
Tentu Ahda sedih, ia bahkan belum mencoba ski di Norwegia. Ia dan keluarganya berencana ski beberapa hari lagi, ketika libur sekolah di Bergen. Dan semuanya gagal.
Singkat cerita, Ahda sudah di Oslo dari tanggal 14 Maret 2020. Ada banyak hal yang harus ia persiapkan sebelum meninggalkan Norwegia. Salah satunya baju musim dingin yang harus ia titipkan agar bisa digunakan oleh orang yang membutuhkan. Toh, Ahda tidak mungkin menggunaka jaket musim dingin di Indonesia.
Tanggal 15 Maret 2020. Beberapa jam sebelum bandara di Oslo resmi ditutup. Ahda dan beberapa temannya dari Thailand meninggalkan Norwegia menuju Qatar. Selama penerbangan Ahda menyesalkan banyak hal. Mulai dari bahasa, teman yang masih sedikit hingga rencana ski-nya yang gagal. Pandemi membuat exchange student sedih seketika.
Kamar – Sesekali mengecek Asya yang sedang sakit | (16/03/2021)
_____
#2 – PANDEMI VIRUS CORONA
Oleh: Hana Zulhulaifah
Sekarang di Indonesia terjadi pandemi covid-19. Peristiwa ini awal mulanya terjadi pada tanggal 4 Maret 2020. Pada saat itu saya pulang dari asrama ke rumah pada hari sabtu. Ketika saya mau balik pada hari Senin setelah sholat subuh, ternyata ada pengumuman mendadak bahwa sekolah diliburkan. Karena disurabaya sudah ada yang terkena virus covid ini. Tetapi informasi ini masih belum pasti. Akhirnya saya memutuskan untuk berangkat ke Surabaya.
Pada saat sesampainya di depan asrama. Saya membaca obrolan grup di WhatsApp yang sudah ramai. Ternyata ada pengumuman bahwa sekolah benar-benar diliburkan. Awalnya saya berfikir sangat senang sekali karena libur sekolah. Pada pertengahan liburan ini diadakanlah pembelajaran daring. Di mana yang kegiatan pembelajarannya pada mulanya dilakukan dengan tatap muka. Tetapi sekarang memanfaatkan hp maupun laptop.
Ketika setiap melakukan daring saya mengikutinya dengan giat. Meskipun terkadang terjadi kendala pada jaringan maupun saya tidak bisa memahami apa yang sudah dijelaskan. Kegiatan ini tetap saya ikuti dengan senang maupun susah. Karena kegiatan daring ini sangat membutuhkan waktu yang sangat banyak untuk ngezoom dan sebagainya. Dan kegiatan daring ini membuat saya sangat bosan sekali.
Meskipun saya mengisi waktu luang dengan memasak kue, membersihkan rumah, dan berolahraga. Pandemi covid-19 ini banyak sekali orang yang terkena dampaknya. Mulai dari penurun ekonomi yang sangat derastis dan banyak orang yang kehilangan pekerjaan. Apalagi ketika kita bertempat tinggal di kota yang membutuhkan biaya yang sangat mahal.
Kini pandemi covid-19 ini sudah satu tahun dan semoga segera selesai. Dan keadaan di dunia ini kembali semula. Seperti pada awalnya banyak orang yang mempunyai pekerjaan. Dan bisa melakukan pembelajaran secara tatap muka.
Ruang Belajar, Sunyi | 11 Maret 2021
_____
#3 – BERTAHAN
Oleh: Renata Jasmine Ramadhanty F.T
Saat aku menulis bab ini, maka sudah setahun pandemi Covid-19 ada di Indonesia. Terhitung sejak kasus pertama di Indonesia dilaporkan yaitu pada tanggal 2 Maret 2020. Dilanjutkan dengan pemberlakukan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) yang dimulai pada tanggal 16 Maret 2020. Dalam setahun terakhir banyak sekali hal yang berubah.
Tatanan ekonomi, kehidupan sosial dan kegiatan sehari-hari semua berubah. Pemberlakuan kegiatan jarak jauh yang mengharuskan seluruh warga Indonesia tetap berada di rumah masing-masing menjadi tantangan tersendiri. Kegiatan sehari-hari harus tetap berjalan tetapi dengan cara yang baru yaitu dimulainya era new normal. Bab ini akan menceritakan kisahku selama masa pandemi.
16 Maret 2020 selepas sholat Shubuh, aku membuka grup kelas di Whatsapp yang sudah penuh dengan pesan chat. Muncul pesan dari Pak Oni yang berisi tentang pengumuman bahwa sekolah akan diliburkan sementara. Saat membaca pesan tersebut, aku merasa senang karena bisa beristirahat sejenak dari rutinitas di sekolah. Selama libur, berita kasus Covid-19 di Indonesia terus bertambah setiap hari sehingga belum bisa diprediksi kapan PSBB akan selesai. Sampai pada akhirnya pengumuman PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) diumumkan dari sekolah.
Hari pertama PJJ dimulai, kita belum langsung menjalankan KBM tetapi masih melakukan penyesuaian di berbagai hal sampai beberapa hari kemudian barulah KBM dilakukan secara efektif. Aku pribadi tidak terlalu merasa kesulitan saat melakukan KBM secara daring. Awal masa pandemi aku belum merasa perbedaan yang berarti, masih mengikuti beberapa lomba mulai dari lomba individu maupun kelompok dengan tim Turcham Media, masih semangat menonton film secara maraton, mencoba berbagai resep masakan, melakukan kegiatan hobi baru dan sebagainya.
Sampai tak terasa, pembagian rapot kenaikan kelas 12 dibagikan daring dan semester 5 dimulai. Memasuki semester 5 barulah aku merasakan perbedaan dan sedikit khawatir. Semester 5 bisa dibilang waktu kritis bagi siswa kelas 12. Terlebih berbagai ujian sekolah baik praktik dan teori mulai berdatangan. Ditambah kita harus mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian masuk ke PTN dan memilih jurusan kuliah yang akan diambil. Di saat itulah aku merasa kangen dengan suasana kelas, terlebih seharusnya kita bisa menghabiskan waktu di akhir masa SMA, melakukan ujian praktek dan teori bersama-sama dan sebagainya. Karena adanya pandemi ini, semua tidak bisa kita lakukan.
Kisah selama pandemi yang paling kuingat adalah saat omaku di Jakarta dinyatakan positif Covid-19. Ketika mendengar berita tersebut, kami di Surabaya hanya bisa berdoa. Semua terkejut, tidak tahu bagaimana oma bisa tertular. Hal yang paling sedih adalah membayangkan saat tanteku di Jakarta bercerita oma dijemput ambulan sendirian tanpa didampingi keluarga. Tanteku hanya diizinkan melihat tubuh tua oma naik ambulan sendiri dari kejauhan, oma melambaikan tangan dan nampak wajah pucatnya tersenyum dari balik kaca mobil ambulan. Beliau dirawat di RS Pertamina Simprug tanpa satupun dari anak cucu yang mendampingi. Kami hanya bisa berkomunikasi dengan vc di Whatsapp. Setengah bulan lebih oma dirawat dan Alhamdulillah oma sembuh dan sehat kembali.
Waktu terus berjalan, Alhamdulillah aku dan orang-orang yang kusayangi masih diberi kesehatan selama pandemi. Aku tetap bisa berkomunikasi dengan teman-teman maupun guru-guru melalui media sosial dan sebagainya. Setahun bersama pandemi banyak hikmah dan pelajaran yang bisa diambil, yang paling penting semoga kita selalu diberi kesehatan, bertahan, tabah dan kuat menjalani hari-hari. Semoga pandemi segera pergi dan takkan pernah kembali. Aamiin Allahumma aamiin.
Santai – Kamar | (6/3/2021)
_____
#4 – MBAH DUKUN BACA MANTRA
Oleh: Musrifah Anjali
Bersamaan dengan pandemi yang tiba secara mendadak, duniaku juga terasa berubah secara mendadak. Tidak pernah disangka, ayahku pensiun dan memutuskan membuka warung di daerah Jasem, Jawa Timur.
Awal kami membuka warung terasa biasa, banyak pembeli yang mengunjungi warung kami karena ingin tahu rasanya. Tapi, berjalan seiringnya waktu pelanggan yang kami temui tiba-tiba menghilang. Mereka diambil oleh depan warung dan samping warung kami. Pernah, dua pelanggan kami menjadi pelanggan warung depan kami di seberang jalan raya, mereka selalu melihat warung kami dan pemiliknya selalu mencuci pikiran mereka dengan hal-hal buruk tentang warung kami.
Karena perlahan warung samping dan depan mengambil pelanggan kami, akhirnya ibuku memutuskan untuk membicarakannya dengan Gus. Dan alhasil, ternyata warung depan dan samping kami telah bekerja sama dan percaya tidak percaya nyatanya ada mbah dukun yang ikut campur dalam masalah ini. Haduh… Berasa seperti di sinetron televisi. Gus, mengatakan bahwa kami disuruh untuk tirakat setiap harinya dengan satu hari membaca yasin sebanyak 41 kali.
Hingga pada suatu saat, salah satu dari banyak pelanggan kami kembali dan mengatakan, “Kemarin mau datang, tapi kok tutup?” Ibuku yang mendengarnya langsung manyangkal bahwa kami buka setiap hari. Memang sebuah keajaiban tidak akan langsung terjadi, butuh beberapa bulan akhirnya beberapa pelanggan kami kembali. Tapi, tidak lama kemudian surut kembali. Ujung-ujungnya, ayahku hanya bisa berusaha dengan menyewakan toko dan tempat cuci mobil kepada orang lain. Di pandemi saat ini, kedua orangtuaku hanya bisa bingung mencari uang untuk biaya kuliahku nantinya, uang mereka menipis untuk pernikahan kakak perempuanku yang tiba-tiba menikung tajam.
Sudah lama kisah mbah dukun mulai surut, tapi sekarang muncul lagi. Aku hanya bisa menepuk dahiku dan mengatakan, “Tertarik sekali mbah dukun ini dengan kehidupan keluargaku.” Kakak perempuanku harus menerima kenyataan pahit akibat ulahnya sendiri selama ini. Cerita tidak bisa kusambung, karena tidak baik untuk diceritakan.
Entah, hingga kapan pandemi ini akan tinggal bersama manusia di bumi ini. Rentetan tugas membuat mogok otakku untuk bekerja, tugas aku tinggalkan dan undur-undur semauku. Otakku seperti memiliki jalan bercabang dimana-mana begitu aku membuka portal. Dari mana pangeran akan datang menjemputku dan membantu menyelesaikan ini? Tidak, aku hanya bercanda. Zaman moderen ini, siapa yang akan menjadi pangeran berkuda putih?
Di masa pandemi, air mataku lebih memilih keluar dari tempatnya. Setiap melihat kedua orangtuaku menopang semua beban kehidupan, membuatku ingin menangis. Di umur mereka sekarang yang seharusnya bisa menikmati indahnya hidup, harus memutihkan rambut dengan memikirkan ketiga anaknya. Iya, semesta terlalu baik jika memberikan keindahan tanpa memberi liku tajam sebelumnya.
Kisah mbah dukun ini terlalu cantik bukan untuk diceritakan pada masa pandemi ini? Tentu saja, karena mereka melibatkan kedua orangtuaku dan membuat kehidupan mereka gonjang-ganjing, membuatku ingin menjadi Kapten Amerika dan menangkis semua mantra menggunakan wajannya yang bergambar bintang.
Di sisi lain, aku beruntung bisa mengembangkan keinginanku untuk menulis selama pandemi ini. Membuat tokoh yang aku harap bisa menemani para pembaca selama masa pandemi. Tokoh Raya dan kawan-kawan tercipta disaat tengah-tengah pandemi, menemani jalan kehidupanku. Semoga, kalian yang mengalami hal sama denganku bisa dengan segera otak kalian bergegas mencari ide baru untuk membantu kalian melonggarkan pikiran kalian.
Merasakan telinga berdenging || Pepes ikan || Lagu Hold On jadi nyata (7/2/2021)
_____
#5 – DUKA
Oleh: M. Rafli Azrial Al Qorni
Malam itu, sekitar jam 10 malam, Surat Edaran Gubernur cepat-cepat disebarkan. Surat itu berisi perintah meningkatkan kewaspadaan terhadap virus Covid-19 di Jawa Timur. Esok paginya, hari Senin, 16 Maret 2020, seluruh pelajar di Jawa Timur diharuskan untuk belajar di rumah. Sebagai seorang pelajar, saya merasa sangat senang.
Disebutkan pada surat itu bahwa belajar di rumah berlangsung sekitar dua minggu. Akan tetapi, setelah dua minggu menjalani sekolah via daring, virus Covid-19 tidak kunjung mereda. Mau tidak mau, Gubernur pun menyurat kedua kalinya yang kali ini berisi penundaan sekolah tatap muka. Tentu saja saya semakin senang. Surat ini tidak disebutkan sampai kapan penundaan sekolah tatap muka ini berakhir. Bisa 1 bulan, 2 bulan, bahkan 1 tahun.
Awal pandemi, hati saya sangatlah gembira. Namun, tatkala mendekati bulan puasa, saya harus menerima kenyataan bahwa pemerintah menganjurkan dan membatasi untuk berkegiatan di masjid. Sangat menyedihkan.
Selama pandemi ini saya tidak merasakan susahnya komunikasi dengan teman. Saya sangat sering atau bahkan hampir setiap hari berkomunikasi dengan teman-teman saya lewat panggilan video. Saya juga sudah mulai belajar kembali. Bukan karena saya adalah orang yang rajin, tetapi karena UTBK semakin dekat.
Saya menemukan hobi baru yakni tidur. Saya juga mulai memanjangkan rambut dan saya sangat bahagia dengannya. Akan tetapi, bulan Februari adalah bulan yang menyedihkan karena saya harus memotong rambut gondrong yang keren ini. Miris.
Hampir genap 12 bulan, sekarang saya masih belajar di rumah. Bisa jadi wisuda kelulusan pun akan tetap via daring karena tidak ada yang tahu kapan pastinya pandemi ini akan berakhir. Kecuali Allah. Setelah pandemi ini berakhir, saya ingin mencuri resep Krabby Patty dari Tuan Krab. Takbir! Allahu Akbar.
Asia Tenggara. kenapa Pakta Warsawa dibubarkan? | 16 Februari 2021
_____
#6 – BERBEDA
Oleh: Nabilah Itaqlala
Masa ini, masa pandemi, masa berbeda dari tahun-tahun sebelumnya selama aku hidup di dunia. Menerapkan hidup bersih dan membuat kebiasaan baru seperti harus memakai masker jika keluar rumah, harus membawa hand sanitizer, harus lebih sering cuci tangan, harus jaga jarak dan keluar rumah hanya untuk suatu hal yang penting. Semua kebiasaan baru itu sekarang kami kenal dengan “protokol kesehatan”. Terjadi begitu saja karena adanya sebuah virus yang tak kasat mata, datang tanpa diundang. Kami mengenalnya dengan virus Corona.
Saat ini kami memang di rumah, tidak ada forum sekolah tatap muka. Tidak bertemu dengan guru baru, dan hal yang paling signifikan adalah pembelajaran di kelas dua belas. Mengenal materi baru dengan belajar mandiri. Karena jujur aku adalah tipe murid yang tidak bisa satu kali pemahaman. Menggunakan gawai atau laptop sebagai media belajar. Bertemu hanya melalui layar gawai, mengenal walikelas baru dengan aplikasi yang ada di gawai. Semuanya berubah, semuanya berbeda.
Tapi apa boleh buat? Memberontak ke pemerintah pun bukan menjadi sebuah solusi, tidak berguna. Karena ini juga bukan kehendak mereka, melainkan kehendakNya. Selama hampir satu tahun menerapkan protokol kesehatan, menikmati kehidupan akhir zaman ini. Mencoba tabah dan menerima takdir. Tahun terakhir masa SMA pun menjadi korban. Memulai panggilan video jika dirasa rindu di antara kami. Hehe.
Berharap pergantian tahun mendapat kabar baik yang salah satunya berakhirnya masa pandemi ini. Malah terjadi bencana lain. Semua pun juga terjadi di luar kendala manusia. Banyak rencana yang tertunda di tahun sebelumnya, semoga tahun ini satu per satu rencana dapat terwujud. Berharap juga untuk diri sendiri, semoga bisa berkembang dengan baik walau hanya di rumah saja, menjadi diri ini lebih taat kepada Pencipta, dan dapat menggapai misi di dunia ini dengan mudah. Aamiin.
Di halaman rumah menikmati angin fajar | 12 Februari 2021
_____
#7 – KESIBUKAN DI WAKTU PANDEMI
Oleh: Muhammad Azmi Hanif R.
Singkat cerita ketika menikmati serunya di Jogja, hal tak terduga pun datang yaitu musibah yang terjadi di berbagai macam negara dan salah satunya Indonesia juga terkena musibah. Musibah tersebut yaitu masuknya virus mematikan yang dapat menyebabkan manusia sesak nafas hingga menyebabkan kematian. Nama virusnya yaitu korona atau Covid-19. Pemerintah menghimbau agar semua masyarakat tidak keluar rumah terutama tempat kerumunan.
Aku dan keluargaku menjaga diri agar tidak terkena virus korona dengan menghindari kerumunan dan berjaga diri di rumah. Berbagai macam kegiatan yang aku lakukan dirumah termasuk kegiatan kelas online. Karena pandemi ini sangat berbahaya, maka sekolah yang ada di Indonesia ini ditutup dan dilakukan pembelajaran online dirumah masing masing.
Aku mengikuti pembelajaran online sangat rutin dan berbagai macam tugas online pun harus diselesaikan secara maksimal. Namun pembelajaran online tersebut memiliki dampak negatif yaitu tidak efektif ketika melakukan video call atau zoom meeting dengan guru. Berbagai macam kendala seperti koneksi jaringan yang lambat, aplikasi zoom yang bermasalah dan lain lain. Tetapi aku menyesuaikan dengan kondisi tersebut.
Selain pembelajaran online, aku membantu orang tuaku membersihkan rumah, mencuci piring, mencuci pakaian dan sebagainya. Meskipun tidak boleh melakukan kegiatan keluar rumah, aku tetap melakukan kegiatan di dalam rumah. Terkadang juga aku keluar rumah ngumpul bersama teman tetanggaku dengan menjaga jarak dan mematuhi protokol kesehatan. Hingga saat ini aku melakukan hal yang sama karena pandemi ini yang belum kunjung berhenti.
Menunggu waktu | 2021
_____
#8 – PANDEMI DAN PATAH HATI
Oleh: Heranita Salma Putri Tjaraka
Kisah ini dimulai sejak pengumuman mendadak bahwa sekolah diliburkan dua minggu. Wah, senang sekali rasanya (saat itu) bisa merasakan rehat sejenak dari kepadatan tugas sekolah. Namun ada kisah lain dibalik ini.
Aku kehilangan seseorang yang menjadi tempatku bersandar. Entahlah, mungkin karena kesalahanku? Atau kesalahannya? Dan ya, beberapa hari kemudian kuhabiskan waktu untuk mencerna apa yang sebenarnya terjadi.
Saat awal pandemi, sudah umum bahwa banyak orang merasa stres karena tidak bisa kemana-mana, tidak bisa melakukan ini itu dengan bebas pula. Dan ini terjadi juga kepadaku, emosi tak stabil. Sudah setres karena pandemi, ditambah aku kepikiran dengan kegalauanku.
Sejujurnya saat itu aku sangat membutuhkan dukungan moral darinya, untuk mendampingi di kala stres akibat pandemi tentu saja. Untungnya, galau-galauan yang berlebihan ini terjadi saat awal aku berpisah dengannya saja, aku malu jika mengingat.
Tak butuh waktu lama, ternyata ke-galau-an itu perlahan menghilang dengan sendirinya. Aku pun merasa bisa bertambah dekat dengan sahabat-sahabatku, dengan keluargaku, dan aku juga bisa bertemu orang baru. Semoga seseorang itu tak menyadari bahwa aku menceritakannya.
Pandemi ini juga mengakibatkan aku gagal merayakan pesta ulang tahun ke 17. Saat itu, peraturan dari pemerintah benar-benar ketat seperti tak boleh keluar, tak boleh berkerumun, tak boleh hajatan, tak boleh pulang kampung, dan lain-lain. Sedih sekali, padahal aku pun ingin merayakan Sweet Seventeen seperti teman-temanku sebelumnya.
Di kamar tidur, sedih | 18 Maret 2021 (cerita ditulis tepat satu tahun setelah kejadian patah hati dalam bab ini terjadi)
_____
#9 – TENGAH PANDEMI
Oleh: Adinda Rachmayani
Di dalam kehidupan ini, kita tidak pernah tahu apa yang direncanakan oleh Allah selalu tidak terduga. Kita sebagai manusia hanya bisa menjalankan kehidupan masing-masing dan tidak berhenti untuk selalu bersyukur atas segala nikmat yang telah diberikan.
Ada saja bencana yang melanda terhadap bumi kita. Di era sekarang, kita sedang diberi bencana yang sangat berat itu pun harus kita lewati bersama. Bencana yang melanda ditengah-tengah kehidupan kita adalah Virus Covid-19. Dimana virus tersebut tidak terlihat oleh manusia. Betapa hebatnya sang Maha Kuasa memberikan bencana yang sangat tidak disangka.
Tentu kita diberikan peringatan yang penting. Peringatan itu berupa untuk selalu mentaati apa yang sudah ditetapkan dan tidak boleh melanggarnya. Kita harus mengetahui hidup hanyalah sementara, apa yang kau punya tidaklah untuk selamanya.
Banyak kenangan di masa SMA teringat sangat jelas. Di kelaslah tempatku untuk belajar dan meluapkan kebahagiaan bersama teman.
Di tengah-tengah masa sekolahku, ada kejadian yang sangat tidak terduga yaitu COVID-19. Dari situlah sekolah perlahan-lahan dihentikan, akhirnya pihak pemerintah memutuskan untuk sekolah daring. Banyak kenangan yang tak terlupakan bersama teman maupun guru nya.
Tentu sekolah daring banyak dampak negatif dan positif. Dampat tersebut seperti belajar kurang efektif, kurang bersosialisasi dengan orang lain, dan lain-lainnya. Dan juga memiliki banyak waktu di rumah bersama keluarga, sebagian anak merasa nyaman belajar dari rumah dan sebagainya.
Pada saat itu aku harus meninggalkan sekolah tercinta ini, ruang kelas akan menjadi tempat yang dirindukan. Banyak memori kenangan diruang kelas tersebut yang teringat sampai sekarang dan tidak akan terulang kembali.
Ruang kelas adalah tempat belajar untuk mengejar segala harapanku. Disini aku dapat termotivasi untuk menumbuhkan semangat belajarku, walaupun belajar dari rumah. Terkadang aku merasa lelah karena banyak tugas yang belum kelar tetapi karena ada kenyamanan yang bisa bangkit dari rasa lelah tersebut.
Di sela-sela hariku, aku merindukan suara canda tawa, bagaimana keluh kesah hadir, sentuhan tangan jail, kekompakan bersama teman kelas, rindu suasana belajar bersama, dan segala baik buruknya hal yang pernah terjadi.
Semoga wabah Covid-19 cepat memulih dari bumi ini. Juga bisa kembali beraktifitas normal dan bertemu dengan teman-teman. Dan bisa mengejar semua segala harapan yang selama ini diimpikan.
Menikmati cuaca yang cerah, bahagia | 16 Maret 2021
_____
# 10 – WABAH TAK KUNJUNG USAI
Oleh: Indah Pratiwi
Perjalanan yang masih panjang dan selalu tidak terduga, apapun yang terjadi hanyalah rahasia Allah SWT. Kita sebagai manusia hanya bisa menjalankan apa yang telah ditetapkan dan tidak henti bersyukur atas segala nikmat yang telah diberikan.
Sekali nya ujian yang sangat berat melanda pun harus kita lewati bersama, ujian yang menggoncangkan seluruh dunia, memperlihatkan betapa hebat nya sang Maha Kuasa hanya dengan virus yang tidak terlihat bisa memberikan kita semua peringatan yang penting. Bahwa hidup hanya lah sementara apa yang kau punya tidaklah untuk selama nya.
Virus corona adalah wabah yang sangat berbahaya berawal dari Kota Wuhan Di China akhirnya menyebar ke seluruh dunia, tidak hanya bisnis, kegiatan belajar mengajar pun sulit dilakukan karena adanya wabah ini.
Berawal dari bulan Maret, ada suatu pesan masuk ke hp ibu saya bahwa pengumuman libur untuk semua siswa, saya yang baru bangun pun terkejut dan senang mendengar itu tanpa saya kira akan berakhir seperti ini.
Dan ini adalah tahun terkahir saya di SMA. Saya dan teman – teman tidak bisa merasakan betapa asyik nya belajar di sekolah dan bertemu dengan teman – teman. Merasakan susah senang bersama menghadapi kelas 12 sebelum masuk ke perguruan tinggi, banyak kenangan yang kami lewatkan dan tidak terwujud.
Kegiatan belajar mengajar daring bisa dibilang susah untuk bisa efektif, materi yang banyak dan waktu yang singkat belum lagi jika harus ada koneksi yang teruputus atau elearning yang lemot.
Tapi selain itu KBM daring memberikan saya banyak pelajaran dengan membiasakan disiplin secara mandiri walaupun kami tidak selalu online tetapi apa yang disampaikan guru harus kita mengerti dan itu adalah sebuah tantangan besar untuk saya dan teman – teman lainnya.
Tetapi saya bersyukur memiliki teman – teman yang mempunyai solidaritas tinggi, yang mau mengingatkan dan bersedia diajak diskusi agar mempermudah kami untuk bisa mengerti materi.
Kegiatan saya hanyalah bangun pagi, sholat, sarapan, membaca materi sekolah, mengerjakan tugas, olahraga, dsb. Karena kondisi fisik adalah yang terpenting untuk sekarang. Sangat bosan tapi mau tidak mau kita harus melakukan nya dan menjalankan protokol kesehatan dimanapun kita berada.
Saya dan teman – teman lainnya sesekali bermain bersama hanya untuk sekedar melepas rindu suasana kelas yang menemani kita 2 tahun terakhir dan tidak akan bisa kami dapatkan lagi setelah ini.
Yaaa begitulah kelas 12 saya banyak cerita dan kejadian yang tidak terduga sedikitpun, banyak sedih nya untuk kali ini. Entah sampai kapan ini berakhir tetapi, saya sangat merindukan teman – teman saya, guru saya dan sekolah saya.
Saya harap pandemi ini cepat berakhir dan kami memiliki sisa waktu untuk bisa bersekolah tatap muka di tahun terakhir kami.
Di depan tv, sedih | 31.01.2021
_____
#11 – BERTEMU SECARA VIRTUAL
Oleh: Annisa Nur Nabillah
Akhir tahun 2019 dan awal tahun 2020, dunia sedang tidak baik – baik saja. Tiba – tiba hadir pandemi dari sebuah virus baru, Covid-19. Virus yang terjadi di sebuah kota di China dan juga belum jelas asal usul penyebabnya.
Dampaknya semua jadi serba di rumah saja. Sekolah dari rumah, kerja dari rumah bahkan bimbingan belajar juga di rumah. Tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasanya. Dan jadinya punya kebiasaan baru yang harus diterapkan seperti, memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak.
Karena semua dari rumah, kita jadi jarang bertemu teman, kerabat, rekan – rekan sekalian bahkan sang kekasih. Salah satu kegiatan yang bisa dilakukan jika rindu ya melalui video call. Bertemu secara virtual.
Selama pandemi, saya selalu di rumah. Tapi ya nakal sedikitlah, colongan keluar rumah dan bertemu dengan teman dan keluarga tersayang. Hanya sebentar dan melepas rindu yang tidak tertahankan.
Seperti saat saya bertambah usia, bapak menyuruh saya mengajak teman – teman saya untuk makan bersama. Ya, walaupun hanya sebentar dan sedikit orang saja karena pandemi. Tapi, saya senang bisa bertemu semua teman – teman saya. Setidaknya saya bisa bertemu wajah – wajah mereka lagi. Untuk mengobati kerinduan.
Menatap langit mendung, melamun | 27 Januari 2021
_____
#12 – WAHAI PANDEMI
Oleh: Vania Nirmala Marchelita
Engkau sungguh kecil bahkan tidak pernah terlihat sama sekali wujudmu. Kami sangat takut denganmu, padahal kami tidak bisa melihat dan memegangmu. Mengapa engkau sungguh kuat, hingga dapat memusnahkan banyak jiwa yang berusaha melawanmu.
Mungkin engkau memang tentara yang diturunkan oleh Tuhan untuk mengingatkan kami kepadaNya. Kini kami telah sadar akan itu semua, jadi janganlah berlarut – larut untuk tinggal di bumi kami.
Telah muncul diberbagai media mengenai sebuah wabah virus telah memasuki negeri kami tercinta Indonesia, yaitu Covid-19. Terpaksa semua kegiatan yang kami lakukan harus di rumahkan.
Memang tidak menyenangkan bahkan sering kali merasakan kesepian. Tetapi, ini adalah hal yang dapat kita lakukan untuk membantu dalam memutuskan tali penyebaran virus ini.
Kini Covid-19 menjadi pandemi di seluruh negara. Perbedaan yang terjadi pada masa pandemi ini pun dapat kita rasakan, dan perubahan itu terjadi sangat drastis. Mau tidak mau kita harus melakukannya.
Di mana yang sebelumnya dapat bertemu secara tatap muka, kini hanya dapat melalui kamera atau virtual. Yang selalu berjabat tangan, kini tidak bisa saling bersentuhan, hanya dapat melambaikan.
Yang sebelumnya dapat menghirup udara segar di luar sana dengan leluasa tanpa terhalang masker, kini sedikit terhambat karena harus selalu menggunakan masker. Dan menerapkan kebiasaan baru yaitu budaya mencuci tangan.
Mungkin pada masa pendemi ini tidak terlalu banyak cerita yang terukir dengan teman. Tetapi kita dapat mengambil hikmah dari itu semua. Karena kita dapat berkumpul dengan keluarga untuk mengukir sebuah cerita.
Ketika aku keluar rumah untuk suatu kepentingan. Selalu terpikir di dalam diriku mengenai keluargaku di rumah. Aku sudah terbiasa dengan mereka. Ketika aku pergi sebentar untuk meninggalkan rumah, aku selalu merasakan kerinduan.
Seperti halnya ketika kita menyukai atau mencintai sesuatu dengan sungguh. Maka kita akan sulit untuk melepaskannya. Walaupun kita bisa, tetapi akan selalu merindu untuk melakukannya kembali, ya begitulah kawan.
Mungkin wabah ini tidak cepat untuk berlalu. Kita hanya dapat berharap, tetapi jika tidak ada kesadaran dalam diri untuk memutus tali penyebaran ini, ya bagaimana bisa?. Mari kita saling membantu untuk memutus tali penyebaran virus ini.
Di sofa, mengantuk | 15 / 02 / 2021
- Penulis merupakan alumnus SMA Khadijah angkatan Elfascto
594 total views, 1 views today