#PilihKhadijah

Pilih Khadijah – Verenigen #1

#PilihKhadijah merupakan jawaban dari pertanyaan ~ Mengapa pilih SMA Khadijah? yang edisi ini dijawab oleh klan Verenigen. Selamat membaca!

LAGI LAGI

Khadijah, tidak asing sekali dengan nama itu. Hampir 12 tahun aku berada di tempat itu. Masih makan di kantin yang sama, berolahraga di lapangan yang sama, dan melihat pemandangan yang sama selama 12 tahun ini.

Sebenarnya, ini bukan keputusanku untuk melanjutkan sekolah disini karena seperti yang kujelaskan pada bab sebelum nya, aku sangat ingin merasakan suasana sekolah yang berbeda. Tapi apa boleh buat, lagi lagi Bunda tetap mempercayai Khadijah.

Aku pikir sekolah di tempat ini tidak seseru yang aku pikirkan. Sempat terlintas dibenakku bahwa masa SMA ku tidak akan seseru orang lain yang bisa bersekolah di sekolah pilihannya. Ternyata aku salah, aku menemukan banyak hal disini. Teman teman yang gila, pacar baru pada semester awal SMA (hehe), guru guru yang seru, dan masih banyak hal hal lainnya.

Meskipun aku hanya bisa merasakan 7 bulan serunya dunia SMA dan sisanya online, tapi aku bersyukur masih bisa menikmati masa masa terakhirku di SMA secara offline meskipun harus dengan masker dan dengan obrakan Pak Chaq kalau kita berkerumun.

~ Maida Mallindha
Jam 3 dini hari
| sudah mulai mengantuk
Surabaya, 24 Desember 2021

KEBERUNTUNGAN

Lagi lagi pilihan sekolah menegah atas negri menjadi pilihanku. Setelah ditolak mentah – mentah  masuk SMP negri. Tekadku untuk mencari sekolah negri tidak memudar sedikitpun. Okelah, jika saat smp aku tidak masuk sekolah negri kali ini saat sma aku harus masuk SMA Negri kataku saat itu.

Entah sudah berapa lama mataku melihat layar kotak yang ada didepanku. Saat itu pandanganku tak terlepas sedikitpun sambil merapal doa agar namaku tidak tergeser oleh nama orang lain. Namun, tanpa sadar aku terlelap hingga saat menjelang pagi kulihat halaman web  yang  kupantau tadi malam tidak ada lagi namaku seperti yang kulihat tadi malam.

Pupus sudah harapanku untuk sekolah negri dijenjang sma ini. Lagi lagi aku ditolak untuk kedua kalinya. Saat itu aku benar benar kecewa namun disisi lain aku takut tidak diterima sekolah dimanapun. Karena aku benar tidak mempersiapkan sekolah swasta.

Tetapi beruntung masi berpihak padaku saat itu pendaftaran SMA Khadijah gelombang terakhir masi dibuka. Tanpa berpikir panjang akupun memilih sma khadijah sebagai tempatku untuk menimba ilmu di jenjang ini.

~Devi Heriawati
Bersandar
|Mengisi perut
Surabaya, 25/1/22

Bab 12 | JALAN MASING-MASING

Cerita ini kutulis bersama gemuruh hujan dan petir di siang bolong, langit yang mendung hingga listrik yang mati seakan memaksaku untuk melanjutkan kisahku. Baiklah semesta, dengarkan baik-baik ya aku bercerita. Kuputar dunia ini kembali ke 2019.

Saat itu, teman-temanku sibuk berlomba-lomba untuk bisa masuk ke SMA negeri favorit. Pertanyaan seperti “mau masuk sma mana?”, sudah tidak asing lagi di telinga kami. Saat itu tentu saja teman-teman ambisku menjawab “libels” atau “smada”. Sedangkan aku? Aku dengan bangga menjawab Khadijah. Pertanyaan kedua yang paling sering ditanyakan adalah “apa nggak bosan sekolah di Khadijah?”, dan jawabanku selalu tidak. Bagi seorang introvert sepertiku, berkenalan dengan orang baru merupakan sesuatu yang ingin kuhindari, seperti buang-buang waktu saja, belum lagi aku harus beradaptasi dengan lingkungan baru, tidak, deh, terima kasih.

Ada beberapa fakta menarik dibalik masuknya aku di sma ini. Masih ingat dengan teman-temanku di bab 7? Ya, awalnya kami semua berbondong-bondong mendaftar SMA Khadijah.
Mulai melaksanakan tes bersama hingga merencanakan hal-hal yang akan kami lakukan saat memasuki dunia putih abu-abu. Bahkan kami sudah janjian kalau beda kelas harus tetap berteman. Namun nyatanya? Hanya dua dari kami yang jadi masuk, yakni aku dan Memet. Kalau dipikir-pikir, konyol memang.

Cindy berakhir di SMAMDA dan Lia memilih Hang Tuah untuk menjadi dunia selanjutnya. Namun pertemanan kami tidak selesai sampai situ saja, setelah lulus, kami tetap saling mengabari satu sama lain, menyempatkan untuk bertemu meskipun hanya setahun sekali. Enam tahun bersama mereka dan masih menghitung.

~ Sofie Bella
Dalam ruangan gelap
| Menggulung rindu
-Sidoarjo, 12/1/22

BONDO NEKAT

Kalau diibaratkan, aku adalah Bonek. Sekalipun aku buat perandaian demikian, sebenarnya sukar aku pahami artinya Bonek apa. Lontaran pertanyaan, selalu dibalas dengan ilustrasi yang beraneka ragam. Ada satu hal homogen yang aku tangkap dari pengertian Bonek ini. Kata “nekat”.

Seklias, ketika aku dan keluarga sedang liburan, Bapak lantas mengambil satu keputusan mengerikan. Ini mungkin sebuah tawaran, tapi aku tidak pandai bernegosiasi. Pertama, beliau bertanya apakah aku mau bersekolah di Surabaya. Pertanyaan ini diajukan karena alasan-alasan privasi yang tidak bisa aku beberkan. Aku kalang-kabut. Kedua, beliau mengulangi hal yang pertama, aku tetap mencari pecerahan. Ketiga, aku setuju. Entah kenapa hari itu sukar aku berkata tidak. Sebenarnya prosesnya tidak sesingkat yang aku tulis, ada roller coster yang harus aku naik sebelum akhrinya berkata “ya”.

Sebelumnya, namaku pernah diartikan secara spesifik oleh salah satu guru di kelas 10. Beliau mengatakan nama Mutia berarti anak yang penurut. 90% aku membenarkan dan 10% sisanya masih diperhitungkan kembali. Mungkin inilah yang membuat aku mengiyakan permintaan Bapak.

Sudah berselang hampir 3 tahun di SMA Khadijah, akhirnya aku sadar. Kebimbangan yang merajalela — kenapa aku meninggalkan Banda Neira, keluargaku, teman-temanku— terbalas. Ada harta karun yang aku jamin tidak aku temukan ketika aku tetap bersekukuh mengurungi diri di tanah Banda. Berbagi hal spektakuler terjadi. Salah satunya, akhirnya aku bisa membedakan e pada bebek dan e pada leker. Wkwk…

~ Mutia Bahalwan
|Sejuk di balik bimbang
Surabaya, 27 Januari 2022

JADI YANG MANA?

Awalnya saat kelas 9 aku sudah mempunyai semacam target masuk SMA mana. Ya tentu saja pilihanku ada SMA komplek, siapa sih yang gamau masuk sana? pasti pada mau kan.

Pilihanku gak cuma itu aja, SMAN 6 adalah pilihanku setelah SMA komplek. Bersama temanku Zabrina Rossabel Nandizha, kita sama-sama ingin satu sekolahan lagi. BFF istilah zaman sekarang. Tapi Mamaku ingin meneruskan yang tidak lain tidak bukan adalah SMA Khadijah Surabaya. Karena memang benar sih fasilitasnya juara banget. Yasudah aku mengikutin test PPDB SMA Khadijah. Hasil langsung keluar dengan nilaku yang A, bangga Mamaku melihatnya.

Dihari itu langsung fitting baju seragam sekolah, aku sudah punya feeling untuk masuk di SMA Khadijah karena Mama sudah sangat meyakinkan. Bimbang lagi karena aku ingin masuk negeri karena tentu biaya lebih murah ketimbang swasta. Yang tentu saja mengocek kartu ATM Mama dan Papa. Tapi aku sudah membuat kesepakatan sama Abel untuk masuk SMAN 6. Pusing, Gelisah dan gundah karena bingung dibuat oleh masuk sekolah mana.

Hari demi hari, ulangan demi ulangan. Tentu saja Mama dan Papa sudah membayar DP sekolah, PD sekali mereka. Karena sistem zonasi, semakin yakin bahwa aku bisa keterima di SMA komplek karena alamat KKku dengan SMA komplek dekat. Yah tetap saja Mama gamau aku sekolah di negeri karena takut aku masuk pergaulan bebas. Emangnya aku nakal ya?.

Sudah ketebak dari kalian baca dari awal, dimana aku masuk SMA kali ini. Yap, benar SMA Khadijah Surabaya. Tapi jujur aku juga senang masuk sini, karena mempunyai kurikulum Cambridge. Fasilitas yang mendukung membuatku semakin betah dan baju seragam yang bagus. Tapi sayang masa SMAku sangat pendek karena ulah COVID-19

Ainaia Zahwa Firmansyah
sama seperti bab 11
| Lapar
9 Februari 2022

PILIHAN TERAKHIR

Yah, setelah ” MIMPI UNTUK BERSERAGAM TARUNA “, itu kandas di ujung perjuangan, aku hanya punya satu pilihan terakhir yup, benar sekali SMA KHADIJAH.

Sekolah dengan pandangan penuh dengan kemewahan dari sudut pandang masyarakat sekitar, pandangan akan ” oh, yang punya ibu Khofifah ya? “. Kurang lebih kata kata itu yang sering ku dengar dari masyarakat sekitar. ” Memang nilai UN-nya berapa? ” ” Gamau mencoba di negeri dengan nilai segitu ? “. Beberapa pertanyaan sejenis dan sebangsa itu kerap terdengar, mungkin bukan hanya aku yang mengalami tetapi teman teman sebayaku, teman satu angkatan ku juga kerap mengalami itu.

Semua ini terjadi karena ulah pemerintah, dan semua ini karena keegoisan pemerintah yang mengingin kan pemerataan pendidikan, yang menginginkan semua sekolah dari jenjang SMP hingga SMA sama tanpa embel-embel ” FAVORIT ” tanpa meratanya sarana pendidikan negeri yang merata ditiap tiap wilayah. Pada akhirnya? Rumahku yg berada 1,945KM dari SMA NEGERI terdekat pun harus terkalahkan oleh mereka mereka yang masih dalam lingkup SMA tersebut sejauh 500 meter atau bahkan hanya bersebelahan dengan SMA tersebut.

Apakah aku terima? Tidak sam sekali, sebuah seruan unjuk rasa dari organisasi yang pernah aku ikuti didorongkan dengan protes para wali murid telah dilayangkan sampai pada akhirnya anggota dewan DPR memberikan sebuah wadah kepada pengunjuk rasa untuk menyampaikan aspirasi ke tidak terimaan atas Sistem “ZONASI” di gedung DPR yang berada tepat di seberang Masjid Kemayoran, meski pada akhirnya tidak berimbas pada apapun.

Dan pada akhirnya niatanku berlayar di SMA Negeri tersangkut oleh batuan karang “ZONASI” Dan mengharuskan ku untuk berlabuh di SMA KHADIJAH, atau lebih tepatnya tetap tinggal di Khadijah untuk 3 tahun kedepannya setelah 9 tahun sebelumnya bersinggah di SD dan SMP Khadijah.

NUR RACHMAD FAUZI PUTRA
meratapi kelakuan teman yang membingungkan
Surabaya, 9 feb 2022

JALAN PENGHUBUNG

Niat masuk sekolah biasa namun sifat gegabah orang tua yang terburu” melunasi pembayaran di SMA KHADIJAH. Berawal saat masih kelas 9 smp, aku mengikuti tes masuk SMA Khadijah bersama dengan teman”ku.

Masuk pagi seperti biasa lalu masuk ke beberapa ruang yang ada untuk mengerjakan beberapa soal yang menurutku mudah (kecuali tes ngaji ya). Tesnya pun kuselesaikan dengan perasaan biasa” saja dan hasilnya pun biasa” saja menurutku. Peringkat B lumayan menurutku karena saat itu isi kepalaku sedang kemana” memikirikan berbagai hal.

Sedikit namun tidak banyak drama terjadi sebelum akhirnya aku tercap sebagai murid SMA Khadijah. Aku percaya pada diriku untuk bisa melanjutkan ke SMA negri favorit seperti SMA 15 dan kawan”nya yang lain. Namun karena nasibku yang belum seberuntung pemenang” undian saat itu aku pun tidak bisa masuk ke SMA favorit yang kuinginkan.

Waktu terus berjalan sampai lulus SMP namun kebingungan semakin menguasai isi kepalaku. Bukannya gamau masuk SMA sebagus Khadijah namun masih banyak pilihan SMA lain yang menyenangkan menurutku dan beberapa ajakan teman untuk masuk ke SMA tersebut. Ada temanku yang bernama (laki”) dalam arti bahasa indonesianya. Dia mengajakku ke SMA Trimurti sekolah yang katanya sangat menyenangkan untuk menikmati masa muda yang penuh pesona kesenagan. Aku pun tertarik dan karena saat itu kursi siswa sudah mencukupi akhirnya namaku pun dijadikan cadangan untuk menggantikan siswa” yang mengundurkan diri dari kursi mereka saat itu.

Waktu selalu berjalan semakin lama banyak kejadian yang terjadi di kehidupanku. Namun satu bunyi telepon merubah segala rencanaku dan rencana keluargaku yang mengharuskan aku untuk masuk ke SMA Khadijah. Tentu saat itu aku tidak dirumah, aku sedang diluar bersama teman”ku menikmati pesta kecil”an setelah kelulusan. Namun setelah motor yang kupakai saat itu parkir di depan rumah, mamaku langsung memberitahukan bahwa aku keterima di SMA Khadijah untuk mengisi beberapa kursi kosong dan merelakan beberapa uang yang sedikit banyak yang sudah dibayar ke SMA Trimurti.

Rafelraditya S.Y
Duduk meratapi indahnya ciptaan tuhanku
Surabaya, 09 02 2022

NGIKUT AJA

Alasan masuk SMA karena keinginan orang tua sih, karena aku sejak kecil sudah masuk sekolah swasta. Alasan orang tua memasukkan aku ke SMA Khadijah ini, tentunya ingin anaknya menjadi lebih baik, lebih mengenal agama, dan katanya sih berangkat sekolah bisa bareng ayah sama ibu (nyatanya awal awal saja berangkat bareng, seterusnya aku diantar kakak hahah) Saat lulus SMP, aku ingin memasuki SMA komplek di dekat rumahku.

Sayangnya sekolah itu negeri, dan ayahku tidak membolehkan aku masuk ke sekolah tersebut. Ya aku mewajarkan alasan ayah tidak membolehkan aku masuk kesana, karena memang keluarga ayah sendiri pun agamanya kuat.

Sejujurnya aku suka suka saja sih masuk ke SMA ini, sekolah nya bagus, pelayanan nya juga ramah. Sebelum memasuki sekolah ini, aku mencari teman angkatan ku yang ingin masuk SMA Khadijah juga. ternyata ada, dan aku senang karena ada teman yang aku kenal meskipun hanya tiga orang saja. Aku berbincang bincang banyak dengan mereka tentang sekolah ini, ada satu anak yang masih ragu mau masuk sekolah mana. Tetapi, aku dan teman teman yang lain merayunya agar masuk SMA Khadijah. Dan ya.. berhasil heheh.

Kita berencana daftar ke SMA Khadijah bersama sama, tetapi ternyata dua temanku tidak daftar secara bersamaan. Hanya aku dan teman lelaki ku saja yang daftar barengan, kita ngobrol banyak. Apalagi orang tua kita yang saling bertukar cerita, tapi biasanya kebanyakan ghibah sih heheh.

Kintamara
Surabaya, 09 Februari 2022
cie kepo ya aku ngapain

MASIH DI LAMBANG YANG SAMA

Setelah lulus smp aku sempat berfikir untuk mencari SMA negeri atau SMK, namun setelah berfikir lagi akhirnya aku memutuskan untuk sekolah di sekolah yang sama yaitu KHADIJAH.

Sebenarnya ada zonasi di sekitar sekolah daerah rumah namun pilihanku tetap di lambang yang sama. Aku tidak menyesali pilihanku ini karena juga Banyak teman SMP ku yang sekolah di Khadijah, lumayan dapet temen baru plus temen lama. aku mendapat banyak teman baru di SMA ini dan sering pula kami nongkrong setiap waktu pulang sekolah.

di tahun pertengahan 2019 itu terdapat banyak moment menarik yang didapatkan ketika aku SMA salah satunya yaitu tribun, sumpahh itu best si soalnya bener bener seneng. nyanyi bareng , joget bareng walaupun keringetan dan pengap namun tetap seneng waktu itu.

di SMA ini terdapat juga masalah, ya pastilahh tapi bisa diselesaikan dengan baik setiap masalah yang ada baik itu pribadi maupun yang menyangkut angkatan. ya itulah kisah awal ku di SMA Khadijah ini tapi emang the best part di awal masuk.

09/Februari/2022
~kelass
Dimas Rizah

H-1 TES MASUK

Kantin saat itu ramai dipenuhi anak-anak yang antri untuk membeli makan. Aku dan teman-temanku pastinya juga ikut meramaikan suasana kantin. Tiba-tiba salah satu temanku membuka suara, bertanya pada kami dimana kami akan melanjutkan pendidikan di SMA nanti. Sudah pasti kami menjawab yang pasti negeri, iya itu adalah cita-cita kami semua.

Aku dan temanku saat itu bercerita kepada salah satu guru dan beliau bercerita bahwa ada alumni yang masuk SMA Khadijah. Kami bertanya, dimana itu? Bagaimana lingkungannya? Pertanyaan itu terlontar begitu saja. Aku dan temanku mencari tau tentang sekolah ini. Kami memutuskan untuk mencoba daftar H-1 sebelum tes masuk.

Kami tidak ada persiapan apapun saat itu, karena saat itu kami juga coba-coba. Ternyata kami keterima di SMA Khadijah. Disini aku mulai bimbang, apa aku harus mengambil ini atau aku harus tetap berjuang untuk masuk ke SMA Negeri. Tetapi orang tuaku menyarankan untuk masuk ke sekolah ini karena berbasis islam.

Aku dan temanku masih tetap ambis untuk menghadapi Ujian Nasional saat itu dan berharap kami semua bisa keterima di SMA Negeri impian. Pengumuman tiba, banyak dari mereka yabg keterima SMA Negeri, ada juga yang di swasta, dan ada juga yang pindah ke Balikpapan. Disini aku sedih karena benar saja aku tak keterima di sekolah impianku. Tak apa, mungkin jika aku tak masuk di SMA Khadijah aku tidak akan bertemu teman-temanku yang sekarang.

~ Jingga Anggreina
| Laper pengen makan
Surabaya, 9 Februari 2022

PILIHAN IBU

Dan namanya manusia, kadang harus berusaha menyesuaikan peran di dalam kehidupannya. Di waktu, tempat dan pada tingkah laku dengan memakai topeng peran yang sedang dijalaninya. Sesuai dengan bab sebelumnya tidak ada kejaiban yang aku inginkan. Sekolah pilihan ibuku jatuh pada Sma Khadijah.

Memasuki Sma Khadijah banyak sekali tantang, dari yang izin untuk mengikuti tes. Aku harus mengafal yasin, jika tidak hafal, maka aku tidak boleh izin. Di pondokku sebenarnya tidak diperbolehkan untuk melanjutkan diluar. Jadi setiap yang izin akan dipersulit. Waktu tes tinggal seminggu. Dengan niat gak niat aku berusaha menghafalnya.

Akhirnya waktu yang ditunggu tiba. Aku dijemput oleh ayahku. Jelas, kalau dijemput ibuku pasti akan lama. Pasca sholat shubuh namaku di panggil dari kamar ustadzah. Dengan modal hafalan seadanya, tak bisa dipungkiri aku harus hilir-mudik ke ustadzah karena surah yasin yang cukup sulit untuk membendakan kelanjuta ayat karena bacaannya yang cukup mirip.

Dan pada akhirnya keberuntungan berpihak kepadaku. Karena ustadzah yang berkoar membantu tiap pelafalaanku.

~ Zulfatuzzakiya
Memecah
| kelas kiyowo
Surabaya, 9-02-22

REUNI

Mungkin aku sudah seringkali membahas tentang adanya sistem ZONASI yang dilakukan oleh pemerintah saat itu. Jujur, saat itu aku sudah tidak ada harapan lagi agar bisa masuk ke Sekolah Negeri. Tapi Khadijah merupakan salah satu opsi sekolah swasta yang ingin kuraih. Sebelumnya papaku ingin mendaftarkanku di salah satu sekolah swasta yang lokasinya ada didekat rumah. Tetapi mamaku kurang setuju karena disana mayoritas beragama non muslim. Aku pribadi juga kurang setuju karena aku sempat mendengar gosip bahwa sekolah disana banyak murid yang rasis.

Dan orangtuaku akhirnya setuju menempatkanku di SMA Khadijah Surabaya. Karena dari TK aku juga bersekolah di TK-SD-SMP Khadijah 2 yang berlokasi di Jl. Darmo Permai Selatan. Lokasi SMA Khadijah terbilang cukup jauh dari rumahku. Aku harus berangkat pukul 5.30 agar tidak macet saat aku menempuh perjalanan ke sekolah. Cukup lelah memang jika aku harus pulang-pergi dari rumah ke sekolah sejauh 12 km. Tetapi aku harus bersyukur, karena masih banyak teman-temanku yang rumahnya lebih jauh dibandingku.

Awalnya aku sedikit takut, aku takut tidak mempunyai teman disana. Tapi ternyata aku bertemu dengan teman-teman SD ku disana, bukan hanya teman SD, tetapi ada beberapa teman SMP yang sekolah disana. Tapi tetap saja, aku takut tidak mempunyai teman. Sampai akhirnya aku mulai beradaptasi dengan lingkungan sekolahku, dan perlahan-lahan aku mempunyai teman.

Singkat memang pertemuanku dengan teman-temanku. Sekarang aku sudah mempunyai banyak teman, bahkan disetiap kelas yang berbeda, mau itu dari jurusan IPA maupun IPS aku sudah mengenal beberapa nama teman-temanku. Aku sangat senang karena saat itu ketakutan yang kualami tidak terjadi. Aku harap pertemanan yang aku jalin sekarang ini tidak akan pernah putus hingga kita sukses bersama.

~Naila Ramadhani
duduk dikelas dan menyetel geboy mujaer
|Dibikin panik oleh pak shodiq – Surabaya, 9 Februari 2022

KEPUTUSAN

Seperti yang telah di ketahui pada bab sebelumnya, bahwa si busu sangat ingin keluar dari penjara suci tersebut. Alhamdulillahnya, kali itu permohonan si busu terkabul. Tetapi saat itu, si busu sangat bimbang, karena tidak tahu arah tujuan. Tidak tahu ia akan kemana selanjutnya, karena orang tua si busu sedari si busu lahir tidak terlalu men-support apa tujuan si busu. Sampai sekarang…

Akhirnya pada suatu malam, si busu terbangun karena adanya suara-suara tidak mengenakkan. Ternyata suara tersebut berasal dari kedua orang tua si busu yang sedang berbincang di ruang keluarga. Di tempat agak gelap, si busu mendengar pembicaraan tersebut dengan cermat. Dengan samar si busu mendengar bahwa ia akan di sekolahkan di tempat yang bagus dan juga sangat religius, namanya SMA Khadijah.

Saat itu si busu memang agak tercengang, karena adanya beberapa suatu alasan. Yang pertama, ada kemungkinan si busu takut akan hal tentang pertemanan. Yang terakhir, ada kemungkinan si busu merasa terpaksa karena tidak sesuai keinginan si busu lagi, melainkan keinginan kedua orang tuanya.

Tetapi, jika selalu berada pada momen seperti itu, si busu selalu menenangkan dirinya, bahwa mungkin ujian ataupun sesuatu keputusan yang telah di turunkan kepadanya, yang telah di takdirkan untuknya. Adalah bentuk kasih sayang Allah dan kedua orang tuanya kepada si busu. Karena Allah dan kedua orang tuanya pasti tahu menahu apa yang terbaik buat hamba-Nya, apa yang terbaik buat anaknya.

~ Amalia Syafitri
Taman tak berarti
| Masih terbebani perasaan
Surabaya, 26/01/2022

PASRAH

Kaki berjalan dan tak henti – hentinya terus berputar. Suara bergemuruh telah memenuhi semua lantai 2 bangunan ini. Disertai wajah dan perasaan yang telah diselimuti oleh rasa gugup. Kali ini aku sudah berdiri di depan sebuah kelas yang mungkin sudah tidak lagi asing bagiku.

Hari ini adalah hari pengambilan rapor disertai oleh hasil ujian. Aku merasa masih belum maksimal dengan apa yang aku kerjakan saat itu. Meskipun aku telah mengikuti bimbel. Dan Aku beranggapan akan mendapat nilai yang cukup untuk masuk ke dalam SMA Favoritku.

Namun hal itu semua hilang seketika, saat aku melihat hasil nilai tersebut. Nilai yang tertera pada secarik kertas yang tidak memungkinkan untuk memasuki SMA yang Aku inginkan. Perasaan yang sudah tidak bisa dijelaskan bagaimana keadaanku saat itu. Merasa malu merupakan kata yang cocok untuk aku deskripsikan kepada orangtuaku.

Nasi sudah menjadi bubur. Penyesalan akan selalu diakhir. Kita tidak harus berlarut dalam penyesalan, langkah wajib kita untuk memperbaiki hal tersebut adalah memperbaikinya. Aku bersama dengan ayah berusaha untuk mencari SMA terbaik. Namun hal tersebut tidaklah mudah, karena beberapa sekolah saat itu sudah menutup pendaftaran.

Akan tetapi Aku terus berusaha, dan akhirnya mendapatkan informasi bahwa saudara sepupuku bersekolah di SMA Khadijah. Aku cukup mengenal sekolah ini, sekolah yang bernuansakan Islami. Tak lama kemudian ayahku pun menyetujui bahwa aku harus bersekolah di SMA Khadijah.

Bisa dibilang aku memasuki sekolah ini bukan kemauanku, yaa.. terpaksa. Bisa dibilang aku kurang menyukai sekolah Islami, salah satunya adalah memiliki beberapa pelajaran keagamaan. Tapi apa boleh buat, ini merupakan keputusan dari ayahku sehingga aku harus menerima dengan lapang dada. Namun siapa sangka bahwa keputusan ayahku memilihi sekolah ini berdampak positif pada kehidupan di masa putih abu – abuku.

~ Zulfa Ulinuha
Duduk santai dengan balutan selimut
| Bosan
Sby, 10/02/22

SEPERTINYA ASYIK

Pada saat masih duduk di bangku kelas 9, saat itulah masa masa dimana aku sebagai murid SMP mulai mencari tempat belajar pada jenjang yang lebih tinggi yaitu SMA. Setelah pengumuman nilai UNBK, mamaku langsung mendaftarkan aku di SMKN 5 Surabaya.

Saat itu mamaku sudah sampai membuatkan ku surat sehat untuk bisa masuk sebagai siswa SMKN. Tetapi saat itu kakakku, yang lebih tua 1 tahun setengah dari aku bersekolah di SMA KHADIJAH. Hal itu sedikit memengaruhi ku. Dalam hatiku “sepertinya asyik juga bersekolah di SMA KHADIJAH.”

Akhirnya aku memutuskan untuk memberitahu mamaku bahwa aku ingin masuk surga, dengan melalui jalan SMA KHADIJAH.

~Syechan
| Menahan kantuk di pagi hari
Say, 22 Februari 2022

ZONASI

Siang hari aku mendapatkan panggilan dari ibu bahwa aku akan didaftarkan di sma al hikmah sebagai sekolah cadangan.Karena saat itu aku lagi dipondok jadi aku iyakan saja karena tidak tau sekolah sma al hikmah seperti gimana sekolah nya.

Anak kelas akhir di pondok mempunyai pilihan yaitu mau lanjut modok disitu lalu melanjutkan sekolah MAN disitu atau boyong. Yah aku memilih opsi yang kedua yaitu boyong karena aku ingin mencari suasana baru. Disaat aku ingin berpamitan kepada ibu (sebutan Bu nyai di pondok). Ibu mewanti-wanti aku agar tidak boyong istilah di gandoli, tetapi aku tetap kekeh dengan pilihanku.Ibu pun menyetujui pilihan ku dan aku berpamitan.

keesokan harinya aku ingin daftar ke smanita. Walaupun aku sudah memiliki cadangan tapi ternyata pengumuman dari pemerintah bahwa angkatanku diberlakukan zonasi. Itu membuat ku kecewa karena jarak rumah antar smanita lumayan jauh kemungkinan sudah pasti kalah dengan orang yg mempunyai rumah disekitar sekolah smanita.

Saat itu orang tua mencari cari sekolah lagi dan menemukan sekolah sma khadijah. Butuh pertimbangan yang lama antara memilih Al hikmah dan Khadijah keduanya sama sama bangusnya.Akhirnya orang tua memutuskan keputusan bahwa aku akan sekolah di sma Khadijah.

~ Nur Lailatul M
di kamar
| mendengarkan rintik hujan
Sidoarjo,09/01/2022

TERPAKSA

Membahas awal masuk SMA jadi teringat masa-masa dimana aku sangat pasrah akan bersekolah dimana. Bagaimana tidak? Pemerintah menggunakan sistem zonasi untuk masuk ke SMA. Senang pasti nya untuk yang rumah nya dekat dengan SMAN, tapi tidak untukku yang rumah nya jauh dari SMAN. Sebenarnya ada sih paling dekat dua kilo tapi ya begitu tidak mungkin bisa diterima karena yang diterima final nya dijarak 500 meter.

Rundingan, ya itu yang aku lakukan dengan mama ku saat bingung mempertimbangkan akan daftar di SMA mana. Mama menganjurkan untuk daftar di SMA Khadijah begitupun Ibu RT komplek ku yang menganjurkan untuk daftar di SMA Khadijah. Tapi disisi lain aku tidak mau, karena aku sedari kecil bersekolah negeri jadi kalau SMA tiba-tiba swasta Islam aku takut kaget.

Bingung, karena saat itu sekolah-sekolah swasta sudah full kuota siswa nya. Akhirnya aku pun dirayu dengan embel-embel “di SMA Khadijah itu gak ada bahas sejarah kayak Muhammadiyah” dan dipaksa “udahlah Khadijah aja, keburu keabisan formulir pendaftaran terus wes kehabisan sekolah km mau sekolah dimana?” Yaudah lah lagi-lagi aku pasrah.

Selain karena aku takut kaget saat masuk Khadijah, aku tidak enak sama orang tua karena seperti yang diketahui biaya masuk SMA Khadijah tidaklah murah “bagiku yang sebelumnya selalu Negeri” tapi mama meyakinkan untuk jangan dipikir karena itu bukan masalah besar.

Ketakutan ku tidak hanya itu sih tapi juga takut karena tidak memiliki teman, takut aku dikucilkan atau apalah itu dan masih banyak lagi. Tapi ternyata teman dekat ku waktu masih SMP daftar juga di SMA Khadijah pastinya aku senang. Ya itu cukup untuk menghilangkan ketakukan ku saat bersekolah di Khadijah. Juga aku mencoba menyenangkan diri sendiri dengan berfikir “enak nanti pulang sekolah langsung nge mall ke Royal”. Kalau ditanya sampai saat ini pun saya terpaksa masuk SMA Khadijah. Tapi gapapa jalanin aja dengan happy kiyowo.

~ Aldora Belva
Di kelas
| bingung menyusun kalimat
Surabaya, 26 Januari 2022

SEMANGAT YANG MEMBARA

Seperti yang aku ceritakan di bab sebelumnya bahwa aku tertarik sekolah di SMA KHADIJAH karena aku ingin merasakan bagaimana bermain & mengadu skill ku di dbl .

Awal memasuki ekskull ini aku sangat bersemangat disamping karena fasilitas dan coach yang bagus , semangatku masih sangat membara untuk terus berlatih .

Seiring berjalannya waktu entah mengapa teman” basket ku satu persatu mulai mundur dari ekskul ini , awalnya sempat terpengaruh dan mulai malas , tapi kembali ingat niatku kesini untuk apa membuatku kembali bersemangat .

Mengingat bundaku juga sangat suka melihat aku bermain basket membuat niatku kembali terkumpul seperti semula , ditambah dengan adanya fasilitas dari bunda yang membuatku sangat bersemangat hahaha

-M Maula Falihuddin
melihat dimas menggosok mata
| rodok kademen
Sby, 1 maret 2022

KECEWA

Sekolah di Khadijah selama 12 tahun terasa membosankan. Lingkungan yang sama, jajanan kantin yg sama, bahkan teman yang sama selama 12 tahun. Tentu pada tahun ke 9, aku sudah mulai bosan sekolah disini. Tapi mau di swasta mana lagi klo ngga di khadijah? Aku awalnya didaftarkan di khadijah untuk jaga” jika tidak diterima di SMA Negri.

Aku pernah menjadi pejuang masuk salah satu SMA Negeri Favorit surabaya yang ada di tengah kota. Ingin sekali berada disana. Aku rela menghabiskan waktuku untuk les dari sepulang sekola hingga malam. Dengan harapan aku bisa lolos kesana.

Dengar berita di awal bulan 2019 bahwa sistem masuk SMA Negeri menggunakan sistem zonasi. Senang rasayanya dengar berita itu, karena hanya 1,6Km dari rumah.

Danem UN pun keluar, nilai ku sangat memuaskan untuk ku yang mempunyai kepintaran standart dan merasa sebanding dengan perjuanganku selama itu. Disini semakin yakin kalau aku bisa masuk SMA Negeri yang aku impikan.

Tapi, Allah berkendak lain. Ternyata jodohku bukan disana. Banyak anak yang memiliki rumah jauh lebih dekat dengan SMA Negeri yang ku tuju dan banyak juga nilai yang lebih tinggi daripada aku. Akhirnya aku tidak masuk di pilihan pertama maupun ke dua. Dari situ, aku mau tidak mau harus bersekolah di SMA Khadijah.

Inaztasya D. Atiqarahma
Sarapan mie goreng di kelas
|Lapar
01/03/2022

TUJUAN SEBENARNYA

SMA Khadijah, pilihan terakhir dari sekolah yang kuinginkan. Aku bimbang dalam memilih sekolah dikarenakan sekolah yang kuimpikan selain SMA Khadijah berlokasi di pedalaman malang.

Seperti yang aku tulis di bab sebelumnya, SMA Khadijah memang paling sesuai dengan kriteriaku. Aku memilih sekolah lain karena ingin mencari suasana baru tapi takdir berkata lain.

Akan kuungkapkan tujuanku bersekolah di SMA Khadijah yang sebenarnya diparagraf ini ada 3 yaitu mencari ridho Allah, menghidupkan agama Allah dan menghilangkan kebodohan.

-Muhammad Akmal Aqila
| Di kelas yang dingin
Surabaya, 28/10/2021

AKTIF & TERLIHAT

Saat ia mendengar nama sma khadijah waktu itu yang terbesit di pikirannya hanya suatu sekolah swasta elite di kota surabaya , itu saja ia hanya mengikuti arahan sang ayah yang memintanya tes masuk sekolah pada hari itu.

Semua berjalan dengan baik , ia suka dengan teman” kelas maupun asramanya , yang penting dia sudah bebas dan merasakan masa abu-abu yang indah , setelah mengenal sedikit dunia ini tiba tiba dia tertarik menjadi seorang yang menarik perhatian semua orang di sekolah itu.

Pada waktu demo ekskul ia tertarik dengan salah satu kakak kelasnya yang terlihat sangat aktif di bidang apapun dan terlihat sangat ceria , setelah melihatnya tiba tiba terbesit bahwa ia harus menjadi kakak itu .

Pilihan ekskulnya jatuh kepada Dj production, ia ingin menjadi orang yang terlihat dan memang dari dulu menyukai akting & fotografi , ia juga berjanji harus terus menjadi orang yang aktif dan terlihat , tiap ada yang membutuhkan bantuannya ia harus sigap dan siap.

~ Dita Rosiana Octavia
Di pasar malam
makan mi ayam
surabaya , 26 februari 2022

10,606 total views, 1 views today

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *