Kematian Virtual
Kamar itu terang dengan satu sisi menghadap jendela.
Aku memandang keluar dan yang di dalam tinggal diam.
Satu demi satu bahasa pergi meninggalkan lidahku.
Tetes demi tetes air menyurut keruh jiwaku, dihisap habis oleh gerak gerik elektronik.
Meninggalkan jejak-jejak maya yang belum kering.
Aku tertunduk hening.
Pecah oleh rintik bening di atas genting yang seolah mengingatkan dulu kita bukanlah mayat-mayat digital.
– Alifia Xiaoichi Zahira
Penulis merupakan salah satu siswi di SMPN 26 Surabaya.
Bisikan Itu
Akan ada selalu makna di balik setiap jumpa, seperti halnya sukma setiap raga.
Karena kita, Ia sang pencipta ialah makhluk yang berharga.
Walau kecil tak berarti, bagai debu dalam semesta.
Malam ini, kudengar suara bisikan yang memanggilku untuk terus percaya.
Walau dalam suka dan nestapa.
Walau dalam luka sengsara,
Janganlah pernah kulupakan,
Namun dengan gigih terus berjuang,
Merajut asa dalam kenaifan, menganyam harapan dalam ketidakpastian.
Hanya perlu melihat ke bawah untuk memastikan, dan bukan ke atas.
Pecah dan retak tak mudah diperbaiki, percaya dan khianat tiada tandingnya.
Hanya perlu menunggu arahan dari-Nya untuk kehidupan selanjutnya.
– Alifia Xiaoichi Zahira
Penulis merupakan salah satu siswi di SMPN 26 Surabaya.
pict: indonesiamendesain.com