Merdeka Yang Tak Nyata
Hampir delapan dekade
Kita berdiri di dua kaki sendiri
Menghadapi badai hujan
Kemarau Panjang yang mengikis hati
Merdeka kita bukan cuma di tangan
Tapi juga di hati dan pikiran
Namun seringnya kita lupa
Sampai merdeka pun hilang harga
Kita percaya kita merdeka
Padahal setiap hari dijajah benda
Tapi kita tak keberatan
Malah suka rela kita berikan
Kita bilang kita merdeka
Tapi diri hilang sekilap mata
Di ambil paksa media social
Dan nafsu semakin tebal
Kita pikir kita merdeka
Padahal perang masih ada
Dalam diri masing masing
Yang terus membuat kita terasing
Sekarang saatnya, sekarang waktunya
Kita harus benar benar merdeka
Bukan hanya raga, tapi juga jiwa
Najah haidarullah subhan –
“Menyesap harapan menjelang petang”
Di belakang warkop tirta86 Trosobo, Sidoarjo , 18 Agustus 2021
—————————————————————————–
Kamu
Aku melihat harapan
Merekah, mengembang dalam sungging senyummu
Dalam suara yang berhembus di dada
Setiap kali kau bercerita
Aku seperti hamparan rumput
Yang perlahan berbunga karena rintik tawamu
Menghijau tersentuh ujung-ujung jarimu
Yang menari bersama angin musim hujan
Adakah kita? Aku semakin dalam bertanya
Adakah kita di penghujung jalan setapak ini?
Ataukah aku cuma berjalan sendiri
Sementara kau sesungguhnya hanya mimpi
Tapi untuk masa yang sekarang ada
Aku hanya ingin menyimpan semua tentangmu
Dalam kotak maha luas dalam hati
Yang mungkin suatu hari hanya akan jadi memori
~Najah Haidarullah Subhan
“Ternyata ada yang lebih asik, itulah yang membuat topik pembicaraan ku tak lagi menarik”
|Kngn
Sidoarjo 28/01/2022
Pejuang SBM yang membenci film horor
Image; https://pin.it/1TW9jTT