source : apple music
“Matehatika” merupakan lagu dari Figura Renata yang dirilis pada tahun 2019 dalam album yang bertajuk Bingkai Siklus.
Dari judul saja sudah cukup membuat saya menerka-nerka makna di dalamnya. “Matehatika” merupakan gabungan dari ‘Matematika’ dan ‘Hati’ yang sama-sama rumit kah? Hipotesis ini terjawab seiring lagu ini hinggap di playlist Spotify saya untuk waktu yang cukup lama. Now, let’s jump into the lyrics and analyze this song from my perspective!
Andai saja pikiran kita sebuah arsip
Dan misal kepala kita proyektor rasa
Mulut menganga
Mata bercahaya
Kuping merekam
Badan menyangga
Namun hati
Tak bisa di andai-andaikan
Namun hati
Tak bisa di andai-andaikan
Di bait pertama lagu ini, kita dibuat berandai-andai. Bagaimana jadinya kalau pikiran kita sebuah arsip, dan misal kepala kita proyektor rasa? Tentunya hidup akan jadi lebih mudah, namun tak ada sensasi euforia ketika kita berhasil menang ataupun setelah menyelesaikan suatu masalah. Karena semua kepala insan di bumi adalah proyektor rasa, menciptakan suatu presepsi yang sama. Namun, di bait kedua, kita seperti dibawa kembali ke realita bahwa hati itu tidak bisa diandai-andaikan. Pada akhirnya, hati akan membuat kita kembali pada tempat yang nyaman, yaitu kehidupan yang sebenarnya.
Andai saja bahasa kita sebuah prinsip
Dan misal rupa warnanya bukan kendala
Miskin peranan
Ibarat bahaya
Matematika
Semiotika
Namun hati
Tak bisa di andai-andaikan
Namun hati
Tak bisa di andai-andaikan
Andai saja bahasa kita sebuah prinsip. Pasti kehadiran kapitalisme, liberalisme, anarkisme dan macam-macam ideologi lainnya tidak akan ada, karena beragam perspektif jadi satu prinsip yang serupa. Menuju baris kedua, andai hidup kita mempunyai satu warna yang sama, akankah kita merasakan kerasnya dunia? Tentu tidak. Membayangkan hidup tanpa warna-warni, pahit manis, senang sedihnya dunia layaknya mengamati matahari tanpa tahu arah ufuk, atau membaca cerita yang telah kita ketahui secara runci alurnya. Hidup dalam satu skenario yang telah kita ketahui bagian akhirnya. Dan kembali lagi, hati tidak bisa diandai-andaikan. (Ketut Ghina)