Pulang

September (Semoga) Ceria

Oleh: Penyair Amatir

“September Ceria”, demikian judul lagu yang dipopulerkan oleh Vina Panduwinata. Saya pikir, momennya pas dengan kabar dari kanan – kiri saya. Jika siswa akan kembali ke ruang kelas. Bahkan Pak Nadiem dengan tegas bilang jika tatap muka mendesak untuk segera dilaksanakan. Wow.

Di ujung kemarau panjang / Yang gersang dan menyakitkan / Kau datang menghantar berjuta kesejukan/

“Senengnya lihat anak-anak ke sekolah mengenakan seragam. Kangen rasanya.” demikian Pak Zulfa bilang ke saya ketika acara vaksinasi kemarin. Tentu ucapan beliau tidak persis begitu, tapi maksudnya kurang lebih pointnya seperti itu.

Terakhir anak-anak ke sekolah dengan mengenakan seragam ya sebelum pandemi beraksi. Setelah itu, lebih ke kucing-kucingan. Maksudnya?

Ketika kelas XII tahun lalu ujian, mereka masuk sekolah tetapi tidak boleh mengenakan seragam. Begitu juga saat pengambilan e-book kemarin, juga tak boleh berseragam. Bahkan, demikian juga guru dan karyawan. Karena memang tidak boleh aturannya. Bisa berujung sanksi.

Maka, setelah dua kali rencana PTM yang menguap begitu saja, mulai pekan ini, Insya Allah akan kembali digelar. Plus, siswa-siswi bisa memakai seragamnya.

Tentu saja selama daring mereka juga berseragam. Tetapi seperti kata Pak Zulfa, saya juga kangen melihat anak-anak dengan seragam kebanggaan itu di lingkungan sekolah. Kembali ke kelas. Suatu hal yang “menghantar berjuta kesejukan”. Menerbitkan energi yang tidak terperi.

September ceria / September ceria / September ceria / September ceria milik kita bersama/

Jika “September Ceria”-nya Vina, berkabar tentang kisah dua hati yang bertaut dengan segala romansanya, maka “September Ceria” bagi ~ siswa, guru, dan sekolah ~ menjadi semacam kabar yang menggembirakan bagi dunia pendidikan. Terlepas dengan segala konsekuensinya di masa pandemi.

Mengutip istilah yang dimunculkan Bu Khofifah dalam sambutan di Aula Yayasan Khadijah kemarin (saat vaksinasi siswa), pembelajaran “hybrid” merupakan jalan tengah yang paling masuk akal. Yakni pembelajaran yang memadukan antara ruang kelas secara nyata, dan ruang kelas secara maya.

Meskipun saya sudah mulai jatuh cinta pada kelas daring, tetapi ada banyak hal yang tetap memerlukan perjumpaan. Sehingga jika keduanya dikombinasikan, akan menjadi jalan yang “mendamba bahagia” bagi masa depan pendidikan di negeri ini.

September yang tengah kita jalani ini, semoga terus mewartakan kabar-kabar menyenangkan dalam konteks ~ siswa, wali murid, guru, dan sekolah. Setelah setahun lebih menjalani alternatif yang dikeluhkan oleh semua “pelaku” karena dirasa kurang efektif.

Kasih / Kau beri udara untuk nafasku / Kau beri warna bagi kelabu jiwaku/

Sidoarjo
5/Sept/2021
~ Melepas pikiran-pikiran

*Gambar oleh IDN Times

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *