Oleh: Arifania Pratiwi
Desember 2019 lebih tepatnya akhir semester satu kelas 11 aku menghabiskan waktu liburan semester bersama teman-teman untuk berwisata di Jogja. Saat bulan itu juga virus corona ini pertama kali muncul di Wuhan, salah satu kota di China. Simpang siur kabar soal sumber kemunculan virus ini, mulai dari makanan hingga hewan-hewan unggas. Hal ini dikarenakan belum adanya informasi jelas soal asal muasal kemunculan virus tersebut.
Awal tahun 2020 sudah mulai muncul berita-berita di media sosial mengenai virus corona ini, tetapi virus ini masih belum ada di Indonesia. Dan saat itu hari-hariku masih masuk sekolah tatap muka seperti biasanya, bangun pagi – sholat – mandi – berangkat sekolah. Sampainya di sekolah kemudian melakukan aktivitas sama seperti hari-hari sebelumnya, melaksanakan do’a pagi bersama kemudian mengaji dilanjut pembelajaran di kelas. Semua itu berubah semenjak adanya pandemi.
Pada bulan Maret mulailah muncul pandemi di Indonesia yang disebabkan oleh virus corona ini. Sehingga Indonesia menerapkan sistem belajar dan bekerja dari rumah. Seluruh kegiatan dianjurkan untuk dilakukan di rumah saja karena virus ini dengan cepat dapat menginfeksi banyak orang dan dapat menyebabkan kematian, begitu juga dengan kegiatan belajar mengajar, mulai dari siswa maupun kalangan mahasiswa dianjurkan untuk belajar dari rumah dan tugas di berikan oleh guru-guru melalui online.
Awalnya sekolah meliburkan muridnya selama dua minggu. Mungkin murid senang mendengar kata “libur sekolah”, tetapi senang itu berganti menjadi adanya rasa bosan dan jenuh di rumah saja, karena pemerintah mengumumkan bahwa libur akan diperpanjang dan sekolah yang awalnya tatap muka diganti menjadi daring.
Satu bulan merasakan sekolah daring rasanya bosan, jenuh, dan sebagainya. Rasa ingin sekolah tatap muka dan bertemu dengan teman-teman sangat tinggi sekali tapi mau bagaimana lagi kondisi sangat tidak memungkinkan. Di rumah saja untuk sampai waktu yang tak ditentukan kapan pandemi berakhir ini tentu membuatku tidak nyaman. Kondisi ini memaksaku harus merubah rutinitas yang aku lakukan di luar rumah. Biasanya aku pergi bermain dengan teman-teman satu minggu sekali dan itu aku ganti dengan melakukan hobiku yaitu menggambar.
Dulu sangat berharap sekali saat kelas 12 rencana pihak sekolah mengadakan pembelajaran tatap muka meskipun ada pembatasan kapasitas murid yang masuk ke sekolah itu beneran terwujud. Yang awalnya muncul pandemi saat aku kelas 11 sampai sekarang kurang beberapa bulan lagi aku sudah menjadi mahasiswa harapan itu tidak terwujud. Semakin hari kasus pasien virus corona semakin meningkat dan pihak sekolah membatalkan rencana tersebut. Entah sampai kapan pandemi ini akan berakhir, kita harus tetap menjaga protokol kesehatan, menjaga pola makan dan imun tubuh.
Kamar, Jenuh | 04 Februari 2021
- Penulis merupakan alumnus SMA Khadijah angkatan Elfascto
416 total views, 1 views today