Pulang

Biar Takdir yang Bekerja

Penyair Amatir

Kali pertama, Tim Jurnalistik (Turcham Media) mendapat kesempatan untuk ambil bagian dalam diklat bersama tahun ini (2022). Sebelumnya, hanya perwakilan saja sebagai wartawan.

Sebelum muncul diklat bersama, beberapa ekskul memiliki program diklat tersendiri: PMR, Teater, dan Paskib. Waktunya pelaksanaan berbeda. Biasanya tempatnya di Pacet.

Ketika Pak Ghofar menjabat kepala sekolah, pelaksanaan ketiga diklat tersebut waktunya disamakan. Namun dengan tempat yang masih berbeda. Hingga berdasar pertimbangan ini itu (efisiensi), lahirlah diklat bersama (Dikma). Waktu dan tempat yang sama.

Dikma perdana (2018) dilaksanakan di Obiscamp (Trawas). Kala itu, Pak Bahron menjadi komandannya. Saya dipaksa menjadi tim acaranya. Tentu karena pertama, maka rumitnya minta ampun. Tiap ekskul yang sudah bertahun-tahun diklat sendiri, mengajukan program ini itu. Sifatnya lebih ke harus begini. HARUS. Sementara, panitia sifatnya mengakomodasi kegiatan tiap ekskul dengan tetap tidak menghilangkan “bersama” nya itu. Sehingga lobi-lobi edisi perdana menjadi lebih “horor”.

Dikma perdana, diikuti empat ekskul: PMR, Teater, Paskib, ISCA. Seperti Dikma, ISCA juga edisi perdana di diklat. Sementara itu, tema besar kala itu: Aksi, Kreasi, dan Prestasi. Pointnya, eskul harus menelurkan prestasi. Titik. Secara pelaksanaan, agenda pertama bersama ini lancar.

Tahun selanjutnya, dengan formasi sama Dikma dilaksanakan di Pondok Claket Indah, Pacet. Saya tidak ikut terlibat dalam kegiatan ini. Tapi saya hadir di hari terakhir untuk mengunjungi ISCA. Alhamdulillah, kegiatan berlangsung dengan lancar juga.

Dua tahun selanjutnya vakum. Pandemi menyerang negara api.

Nah, 2022 Dikma kembali digelar. Formasi berubah. Teater tidak ikut serta. Sebagai ganti, GCC masuk. Tak tanggung-tanggung peserta GCC 40 peserta, awalnya. Hingga kemudian berkurang hingga separuh. Situasi ini membuat anak jurnalistik (ajur) dilirik. Untuk mengisi kuota GCC tentu saja. Padahal, sebelumnya sebagian ajur akan mengisi kuota ISCA. Jadi begitu singkat ceritanya, seluruh ajur ikut diklat bersama tahun ini.

DIKMA PERDANA

Selain pembina, tiap ekskul juga diikuti oleh panitia dari alumninya. Maka Turcham juga ikutan tren, Ayesa (Ketua TM 2021) dengan terpaksa diseret. H-1, karena ada beberapa panitia alumni sakit, Tara (bendahara TM 2021) juga ikutan kena seret. Jauh sebelumnya, saya sudah minta bantuan Faiz (Ketua 2018), Citra (Ketua 2020), dan Fira (Koord. IG 2020).

Akan seperti apa diklat Turcham? Mulanya saya buat sederhana: reportase masing-masing aktivitas ekskul. Tetapi kok sepertinya terlalu standar. Sama dengan aktivitas selama di sekolah.

Makanya, di hari pertama saya ajak panitia alumni untuk diskusi. Saya bilang saja, acara diklat ajur harus diubah. Terserah mau diubah apa saja, yang penting positif, saya dukung. Panitia alumni ini antusias. Apalagi Tara, yang loadingnya bikin kami geregetan.

Akhirnya kami dapat formula itu. Citra yang mulanya saya minta tolong materi mini vlog, atau Faiz yang saya minta materi fotografi, menjadi pengawal kegiatan. Dari A hingga Z.

Sayangnya, kesehatan menjadi catatan untuk ajur. Noura (tanpa K) sakit mulai hari pertama hingga hari terakhir. Dia tidak bisa mengikuti semua agenda yang dijadwalkan. Nadia, yang sempat akan tidak ikut, tumbang di hari kedua (mulai pagi) hingga hari terakhir. Audrey, tumbang dihari kedua (setelah sholat duhur). Balqis (tumbang di hari kedua setelah outbound).

Praktis tersisa: Rizki, Fauzan, Loris, Krisna, Fatma, Nurul, Navy, Bilbina, Fariska yang bisa menuntaskan semua jadwal kegiatan.

Harapan saya, diklat ini bisa merekatkan chemistry tim. Semua menjadi dirinya sendiri. Kelas X tidak lagi hidup dalam bayang-bayang kelas XI. Itu saja, lainnya biar takdir yang bekerja.

16.10.22
ekshumasi

556 total views, 3 views today

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *