Opini

Diary Anak Rantau

Oleh: Nailal Fariha

Ketika aku akan berbicara tentang rasanya hidup jauh dari rumah, teman temanku sudah berasumsi bahwa hidupku selalu menyenangkan, bebas, tanpa beban. Kebanyakan dari mereka beranggapan seperti ini karena melihat hal hal yang aku posting melalui laman Instagram dan twitter khususnya.

Tak jarang aku mendapat komentar,
“wah, pasti kalo jadi anak rantau gitu bisa bebas pergi pergi, party, intinya senang teruss”

Well, what if I told you that’s not like that?
Tentu ada banyak sekali masalah dan hal diluar kendali yang terjadi, apalagi mengingat kalau aku bukan sepenuhnya dilepas melainkan tinggal di asrama yang punya 1001 aturan. Terlebih ketika masih di 3 bulan awal aku resmi pindah, aku masih mengalami culture-shock dan belum bisa mengatur waktu dengan baik. Tak jarang selepas pulang sekolah aku menangis di kamar mandi asrama karena merasa bingung dan butuh jeda, butuh jalan yang pelan, tanpa ada yang memburu-burukan.

I often feel homesick and it comes unexpectedly. Untuk kalian yang belum tau, homesick itu perasaan sedih karena merindukan rumah atau keluarga saat jauh dari mereka untuk waktu yang lama. For me, Homesick is painfully. It’s because of the fact that you miss out on what’s happening back home, sometimes I find myself missing the little and silly things. I miss cycling with my fam to the beach every Sunday, drinking coffee with my sister and turns out talking random things, accompanying my umi to buy flowers until I miss the arguments about unimportant thing.

Tetapi seiring berjalannya waktu aku mulai bisa beradaptasi dengan segala perubahan yang terjadi, aku mulai merasakan hadirnya nyaman yang diberi keluarga baruku di asrama, mereka dengan senang hati mau merangkul dan mendengar segala keluh kesah ku. Walau terkadang sifatku yang gaenakan ini membuat mereka kesulitan menebak apa yang terjadi denganku hari itu, tapi setidaknya rasa peduli dan sayang itu yang membuatku menemukan rumah baru yakni encofour, chuckles @19A, dan Turcham Media.

Bertemu dengan mereka tentu merubah tak sedikit hal di masa menuju pendewasaan ku ini. Sebagai seseorang yang extrovert, mungkin ini akan terdengar aneh kalau aku pernah di fase tidak memiliki teman, ada orangnya tapi aku tidak bisa merasakan kehadirannya. Hal itu jadi ketakutan terbesarku ketika aku ingin sekolah jauh, takut ga punya teman.

Tapi saat ini teman teman di kelasku berhasil mematahkan rasa takut itu, mereka bisa menerobos masuk ke dalamnya dengan memberi sesuatu yang hangat. Mungkin tak bisa dihitung sudah berapa kali aku mendapatkan semangat dan sayang dengan beragam bentuk, mulai dari lewat chat, kirim makanan, kirim hadiah. Kadang aku masih merasa ini mimpi karena ditemukan oleh orang-orang sebaik mereka.

Bertemu Turcham bisa dibilang pilihan yang tepat, walaupun memang belum ada hal besar yang aku beri untuk turcham tapi setidaknya disini aku menemukan banyak teman dan pengalaman. Kapan lagi bisa ekskul sambil jalan jalan? terus bisa bebas ekspresiin banyak hal, itu yang jadi alasan besar kenapa aku senang masuk didalamya. Meskipun tugas dan deadlinenya tak jarang bikin pingsan dan ngap ngapan tapi itu jadi hal yang lucu sekaligus challenging, bangga jadi kaum omdo nya pak shodiq (SAY IT LOUDER!!!)

Apalagi bertemu dengan chuckles @ 19A, jauh diluar ekspektasi. Tak pernah terbayang sedikitpun untuk hidup bersama mereka, bangun tidur sampai mau tidur lagi lihatnya mereka. Fakta yang akan selalu buat aku amaze adalah ketika aku sadar bahwa kita anak rantau yang punya watak dan ceritanya sendiri namun disatukan untuk mencapai tujuan yang sama. Tak jarang kita melakukan deep talk tentang apapun itu even tho at the end ada yang nangis bombay, ada yang ngetawain hidup, there’s always a lot of reaction.

Tak bisa dipungkiri, yang memilih untuk sekolah jauh dari rumah adalah diriku sendiri tentu aku harus mau dan siap menerima segala konsekuensinya.

“Travel early and travel often. Live abroad, if you can. Understand cultures other than your own. As your understanding of other cultures increases, your understanding of yourself and your own culture will increase exponentially.” — Tom Freston

at the moment, i can proudly say
” the best decision of my life was to embark on this adventure “

Hal ini mengajarkan ku untuk mengexplore banyak hal dan keluar dari zona nyaman. Namun, itu tidak berarti aku dibebaskan dari situasi sulit, kesulitan itu tetap ada, tapi tidak membuat perjalananku buruk namun jadi bagian yang sangat besar. Aku jadi belajar untuk lebih memaknai hidup, melihat seseorang tidak hanya dari satu perspektif, memahami perasaan banyak orang, sampai ikut berkontribusi dalam hal hal kecil di hidup seseorang.

Tentu ini baru permulaan, masih banyak cerita dan perjalanan yang aku harus jalani kedepan, entah bagaimana akhirnya aku akan selalu memilih untuk menyimpan semua cerita dan lika likunya dalam album hidupku selamanya.

Asrama, 11 Juni 2023

*Penulis sedang dilanda pusing akan menjalani hari terakhir ASAT

1,422 total views, 9 views today

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *