Cerpen

Fearful Eleena

Oleh: Ayesha Fazilatunnisa

“Lagi-lagi nilaimu yang jelek di kelas ini “ ucap wali kelas Eleena saat pembagian hasil ujian.

Eleena hanya tertawa. Entah dia menertawakan nilainya atau dia sudah lelah & frustasi dengan kehidupannya.

“Haha.. ukuran sepatu, buset yang inimah nomer absen” gumamnya sembari melihat nilai-nilainya.

Eleena memang dikenal cukup pintar di kelasnya. Saat kelas 10 dia tak pernah lengser dari posisi 10 besar di kelas. Sekarang semua berbeda. Bahkan nilai ujiannya yang mencapai KKM hanya 2 matapelajaran.

“Untuk anak-anak jurnalis yang hari ini masuk sekolah, wajib menghasilkan satu konten hari ini. ” Tulis Pak Ahmad di grup jurnalis.

“Ada-ada aja dah, Pak Ahmad ini. Konten apa emang? Otakku buntu banget lagi”.

[kamu itu anak tidak berguna]
[beban keluarga]
[mati aja kamu]
[masa depan suram]

Pikiran jahat itu muncul kembali dan berputar di kepala Eleena. Cukup membuat dirinya membeku dan lepas dari dunia nyata. Bel pulang memecah pikirannya. Eleena segera berkemas dan pergi meninggalkan sekolahnya.

Sesaat sampai di rumah, dia merasa ada yang lupa.

“Hmm.. OH IYA KONTEN, KAN DISURUH NGONTEN SAMA PAK AHMAD AWOWKWWKWOK dahlah, otak lagi buntu juga”.

Dia merebahkan tubuhnya yang sudah sakit semua. Dia berpikir apakah yang dia lakukan sudah memenuhi ekspetasi orang orang atau dia hanya memperparah keadaan?

Ibunya memanggilnya untuk makan malam. Seperti biasa terjadi percakapan di atas meja bundar itu. Kali ini cukup berbeda, ibunya menyenggol hasil ujian.

“Nilaimu jatuh semua. Tugasmu loh banyak yang numpuk. Padahal kamu waktu kelas 10 pintar & rajin. Kenapa?”

“Gara-gara ekstra jurnalis itu lo Bu.. Kan kakak dah bilang mending kamu keluar aja dari situ. Yang penting itu organisasi kuliah, kalau jurnalis gini kamu bisa belajar otodidak. Buat apa jadi ketua tapi nilaimu jatuh?” ucap kakaknya yang cukup membuatnya sedikit ingin memukulnya.

“KAN AKU UDAH BILANG JANGAN BAWA BAWA EKSTRA SAMA URUSAN SEKOLAH!!” bentak Eleena yang secara tidak sadar membuat suasana menjadi hening.

Eleena langsung berlari menuju kamar. Mematikan lampu, menangis dan menangis.

[kan kamu itu anak nggak berguna]
[kamu kalo hilang pun nggak dicari]
[bundir aja sana!]
[anak bodoh]
[cengeng]

Pikiran jahat itu hadir kembali ditengah tangis Eleena yang sedang pecah.

“AKU SUDAH BERUSAHA SEBAIK MUNGKIN!! AKU SUDAH MENGIKUTI APA KATA BAPAK IBU GURU?! AKU SUDAH BERUSAHA WARAS AKU SUDAH BERUSAHA. AKU HANYA INGIN HIDUP BAHAGIA?!” teriaknya dengan kemarahan menderu.

Tak lama kemudian tangisnya berubah menjadi tawa. Tawa yang menyiksa keluar dari mulutnya seolah-olah memberi isyarat bahwa dia tidak bisa menangis lagi. Akhirnya ia pun terlelap karena kehabisan air mata & kelelahan.

Ia terbangun dari malam yang panjang, berdiri di depan kaca.

“Ayo! Badut jangan sedih! Badut harus bahagia. Ayo badut kehidupan, hidupmu adalah puncak komedi. HIDUP BADUT!!”

***

“HAII ARUN SAYANGKU CINTAKU MANISKU!” sapa Eleena kepada temannya yang bernama Aruna pagi itu.

Aruna hanya menggelengkan kepala sembari menjulurkan lidah. Walaupun kedunya seperti air dan minyak, tetapi mereka sangatlah karib. Bel tanda masuk memisahkan keduanya.

[hai anak tidak berguna]
[lompat dari lantai 3 saja sana]
[kamu tidak layak hidup]
[berbakat? Jiakh berbakatnya musiman]
[kamu tidak layak hidup]

Tiba-tiba pikirannya kacau. Elena memilih pergi ke salah satu ruang kosong di depan aula ketimbang masuk kelas. Air matanya tumpah dengan derasnya.

“AKU CAPEKKKK AKU CAPEKK AKU SUDAH BERUSAHA SEBAIK MUNGKIN, AKU SUDAH BERUSAHA, AKU SUDAH BERUSAHA. EKSPETASI KALIAN YANG KETINGGIAN!!”

Elena menuliskan kata-kata itu di di ding dengan pensil di tangannya. Setelah hatinya tenang, ia keluar dengan perasaan lebih baik.

“Hei, kamu gapapa ta? Kok kayaknya tertekan gitu, ikut aku aja habis ini gausah masuk kelas”

Suara itu membuat Elena terkejut bukan main. Seorang siswi dengan gaya dan dandanannya yang mirip laki-laki tiba-tiba sudah berada di belakangnya.

“Aku ada tempat rahasia yang guru pun gak tahu”

Liliy, demikian nama gadis itu, langsung menyeret Eleena. Tak ada pilihan lain, ia mengikutinya.

Di tempat yang dituju, Eleena bertemu salah satu siswa paling badung di sekolahnya. Orion, demikian biasanya ia dipanggil. Ternyata, ia baru tahu ada tempat tersembunyi di belakang perpustakaan. Sebuah lorong yang terhubung dengan panti. Rupanya, disitulah teman barunya itu merayakan bolos dari kelas. Tak butuh lama, ia merasa nyaman bersama mereka.

[kamu bakal ditinggalin]
[kamu nggak layak dapat kebahagiaan]
[kamu dibenci semua orang]
[semua orang membencimu]

Nafas Eleena semakin cepat, keringat bercucur tak karuan. Lily menepuk pundaknya.

“Tenang aja cuy, kami disini nggak bakalan ninggalin kamu. Soalnya kami sendiri udah pernah ngerasain ditinggalin”.

Eleena agak sedikit tenang mendengar perkataan Lily yang sok tahu itu.

“iyaa, soalnya di sini kumpulan anak brokenhome. Eh nggak sih, cuma Lily doang sebenernya yang broken home. Lainnya masa depan suram” ucap Orion dengan memonyongkan bibirnya.

“MAKSUT LOH? BERGELUD KITA SINI” balas Lily yang sudah siap memukul Orion.

“Bentar… Kamu…? Eleena kan? Dari IPS 3?” tanya Orion untuk memastikan.

“IDIH BARU SADAR, sesuai nama sih. Namamu kan oon” ejek Lily.

“OON OON MUKELU OON, ORION YE” balas Orion ngegas.

Eleena tertawa dengan sikap mereka. Selama ini, Eleena menyadari jika hidupnya lebih sering dihabiskan dengan orang-orang yang cukup “serius”.

Setelah berbicara panjang, lebar, dan tentu saja tidak jelas, mereka tidak menyangka bahwa mereka memiliki satu kesamaan dan seolah-olah dipertemukan oleh takdir.

Eleena merasa ia menemukan kebebasannya, menemukan jati dirinya. Menemukan dirinya yang “Sesungguhnya”.

“Oke, mulai sekarang kita adalah Trio. Eleena ketuanya. Aku wakilnya. Dan Lily anak buahnya”

Kami bertiga terbahak-bahak. Hingga kemudian, wajah yang menyeramkan itu perlahan dan pasti telah menemukan persembunyian Trio yang baru saja dibentuk itu. Ketiganya digiring ke lapangan dengan banyak mata yang memandangi langkah mereka.

Penulis merupakan salah satu siswi di SMA Khadijah Surabaya sekaligus Ketua Ektrakulikuler Jurnalistik.

Source pict: Pinterest

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *