#GuruKeren

GuruKeren: Membangun Benteng Mental (Eps – 4)

Oleh: Tania Amalia

Orangtua di rumah, ayah dan mama, papa dan mama, ayah dan ibu, dan berbagai macam panggilan lainnya. Namun, orangtua di sekolah, memiliki panggilan tetap dan tidak neko-neko, GURU.

Awal temu saya dengan beliau. Saat pelajaran membaca Al-Qur’an di pagi hari. Dari kelas 10 hingga kelas 11. Setiap pagi, Ustad Zulfa, dengan suara pelan, membimbing kami untuk melafalkan ayat suci Al-Qur’an.

Bukan berarti beliau tidak pernah marah, pernah beberapa kali Tartil A7 terdiam dengan perkataan Ustad Zulfa yang kewalahan dengan kenakalan kami.

“Gak apa kalo gak mau ikut baca Al-Qur’an,seng penting disemak”

“kapan isok e lek gak mbok semak,le,nduk.”

“Keluar aja kalo gak bisa diam. Saya gak butuh nilai,kamu yang butuh nilai.”

Perkataan halus keluar dari mulut beliau, tapi tak jarang digunakan untuk menggertak anak-anak saja. Kisah-kisah yang keluar dari mulut beliau,membuat kami menurut dan memperhatikannya, meski beberapa ada yang mengantuk. Ustad Zulfa dengan kesabarannya pasti akan saya rindukan,sosok yang tidak menonjol namun dirindukan karena kesabarannya.

Lalu ada satu sosok lagi, berkacamata bulat dengan jiwa seni yang beragam, Pak Yusuf. Akrab dengan panggilan ‘Pak Ucup’. Saya yang dulunya bermental tempe, pernah dibuat menangis oleh beliau. Maklumlah, mental tempe. Ruang senilah tempat saya bertemu dengan beliau. Amarah beliau yang mengheningkan seluruh kelas, bahkan satu angkatan sekalipun. Beliau pernah berkata “Kalau waktunya serius ya serius. Waktunya bercanda ya bercanda. Jangan dicampur. Gak akan selesai tugas kalian.” dengan wajah serius beliau. Saya menurut saja. Mungkin saya pernah membuat beliau jengkel ataupun kesal, saya sungguh menyesal.

Bagi saya, mereka yang membuat saya mampu membuat benteng mental saya secara perlahan. Terimakasih, kalian mau membuat saya sadar saya tidak boleh lemah. Saya berterimakasih karena telah bertemu guru seperti mereka.

Gambar: pinterest.com

#Gurukeren merupakan tulisan cinta dari siswa-siswa SMA Khadijah kepada guru-guru yang mereka anggap meninspirasi di kelas.

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *