Oleh: Aqila Viki Fakhria Ramadani
Hari apes memang tak pernah dicatat di kalender. Tapi siapa sangka aku harus berhadapan dengannya saat ini. Padahal baru saja aku kembali pulang sekolah bersama senja dan menang dari kompetisi adu klakson jalanan. Tepat di depan mata ku, gang utama masuk ke rumah telah ditutup akibat ada suatu acara besar disana. Mau tidak mau aku harus mencari jalan lain untuk bisa sampai ke rumah.
Namun nihil hampir semua jalan di lingkungan ku, baik jalan utama maupun tikus semuanya ditutup.
“Ini mereka janjian apa gimana? Bukannya rame mlaku-mlaku nang Tunjungan malah rame-rame nutup dalan” gumam ku.
Ekspektasi ku rusak sudah, mimpi untuk segera menyelam di pulau kapuk sambil scroll manja video pendek di sosmed harus ditunda.
Entah aku harus menyalahkan diri sendiri karena pulang lewat jam biasa atau menyalahkan senior ku yang kalau evaluasi isinya hanya marah-marah saja sembari adu nasib dengan juniornya.
Aku mulai membuat berbagai rencana, aku bisa saja pulang jalan kaki tapi apakah nasib motor ku harus ditinggal dan berakhir ditilep maling?. Alamat ibu ku murka, kehilangan wadah bekal saja sudah hampir dikeluarkan dari Kartu Keluarga (KK) apalagi kehilangan motor?.
“Ren, ngapain malam-malam masih pakai seragam?” Ega, tetangga ku yang baru bergabung ke lingkungan kami selama 2 bulan.
Kelihatannya baru saja pulang sholat maghrib, karena wajahnya tampak segar habis terkena air wudhu. Untuk bukti? masih terlihat sisa bulir air di pelipisnya, atau keringat ya?
“Iya, itu ada acara apa? Kok pake nutup gang?”
“Lah? Kan memang ada gawe, HNTG”
Aku mengernyit bingung
“HNTG Ren, Hari Nasional Tutup Gang. Nggak ada itu di kalender, makanya cek pesen di grupchat RT kalau ada tirakatan. Selamat nunggu bareng motor mu!”
–Penulis merupakan siswa SMADIJAH Yang berasal dari kelas ethofora
Pict source
303 total views, 3 views today