Opini

Jejak Harapan Dari Serbuk Kegagalan

Oleh: Zahwa Laudya Reffa

Halo, akulah salah satu bentuk manusia asli yang berhasil menuntaskan SNBT, yang akhirnya diberi kesempatan untuk tampil di sini pada detik-detik masa aktifku sudah kadaluarsa di Khadijah.

Akan kubagi sedikit ceritaku yang kurang menginspirasi (setidaknya menurutku sendiri) dalam mencapai tuju dengan harapan yang membaca ini menerima banyak harapan nyata saat menuju ke jenjang selanjutnya.

Sebelumnya aku juga adalah alumnus SNBP warna merah. Pada saat itu yang kuingat adalah untuk mencapai biru, aku harus realistis dengan mengambil prodi sepi peminat yang jelas-jelas aku juga nggak minat.

Aku perkecil tujuan hidup dengan maksud tidak perlu mencoba jalur lain yang tentunya akan menghabiskan energiku. Setelahnya, malah muncul perasaan gelisah, ragu-ragu, cemas, yang menguasai hingga tiba hari pengumuman dan hasilnya betulan seperti prasangka yang selama ini aku bayangkan.

Untungnya aku sedang tidak ingin berduka saat itu. Malahan bersyukur karena memang terbayang aja enggak untuk aku berada dan belajar di sana. Bagusnya, aku langsung memperbesar usahaku dan menuju jurusan yang memang aku minat. Bukan memperkecil tujuan seperti kemarin.

Hari setelah merah, aku langsung mendaftar SNBT padahal 0 persiapanku untuk jalur tes ini. Aku baru memulai aksi setelah ditolak, dengan tidak bimbel, dan dengan sifat tidak hobi belajar. Aku cuma mengandalkan buku PIB dari sekolah dan sesekali ikut tryout gratisan.

Waktuku sebulan sampai aku tes, dan dalam waktu sebulan itu aku selalu mengusahakan diriku untuk tidak stres tentunya dengan menonton film, pergi ke tempat jauh, makan-makanan enak, ngobrol dengan bapak-bapak parkir, main cooking frenzy (aku sudah tamat 5 negara) dan lain sebagainya.

Karena aku betulan belajar secukupnya, dan memfokuskan diri hanya kepada pembobotan nilai pada subtes-subtes tertentu. Prodi yang kuambil kebetulan jauh dari matematika, jadi PK (Penalaran Kuantitatif) dan PM (Penalaran Matematika) sama sekali tidak pernah menjadi perhatianku. Waktu ku kuhabiskan untuk membaca artikel, berita, cerpen untuk meningkatkan literasi.

Terlihat seperti aku tidak menerjang badai SNBT kan? iya, memang betul karena aku menggunakan jalur lainnya yang adalah membantu dan bermanfaat bagi semuanya.

Tanpa harus SNBT, sudah sepatutnya memang kita bermanfaat, tapi kali ini aku melakukan 2 kali lipat dari sebelumnya. Mengantar orang tua ke pasar, mencuci piring, membersihkan rumah, menyiram tanaman, dengan tanpa disuruh. Sampai setelah tes tiba pun, aku konsisten melakukan itu sambil menunggu pengumuman.

Mengambil semua kesempatan berdoa juga menurutku adalah kunci, apalagi saat merasa terdzolimi. Menjadikan sarana terdzolimi menjadi ajang mengirim doa secara fast track.

Menjelang pengumuman, aku dan teman-teman berwisata alam tepatnya di Kawah Ijen. Di perjalanan menuju puncak, aku tanpa sengaja melihat bintang jatuh di langit Kawah Ijen. Karena mungkin kebanyakan menonton kartun, aku refleks berdoa lagi (kepada Allah) supaya dimudahkan menuju universitas negeri.

Betul aja, waktu pengumuman tiba, aku diterima di pilihan pertama. Mungkin bukan tentang bintang jatuh, jauh dari situ aku memang sangat mantap terkait jurusan yang kupilih. Kukerahkan semua niat dari hati untuk berada di sana dan berprasangka sangat baik kali ini. Setelah memilih jurusan bahkan setelah utbk, perasaan ini damai sekali jauh dari perasaanku saat SNBP yang diguncang-guncang.

Tentunya tidak segampang yang ditulis, akan selalu ada orang-orang entah dari mana yang menguji dengan mempertanyakan sekaligus meragukan pilihan jurusan tersebut. Tapi akan selalu ada juga orang-orang suportif yang percaya aku bisa menjemput impianku.

Lewat fase menuju universitas ini aku belajar banyak dari segala hal di sekitarku salah satunya dari teman-teman seperjuangan yang semangatnya lebih besar dari apapun, yang mengusahakan banyak sekali, mempertaruhkan segalanya, meniadakan jam tidur dan hal-hal keren lainnya. Aku jadi percaya bahwa yang fana adalah hasil, usaha kita abadi. Pada akhirnya aku yakin mereka semua yang berjuang akan berada di tempat paling tepat yang akan selalu memeluk mereka seperti rumah.

Terima kasih sudah membaca sampai sini, aku juga kurang bisa memberi tips and trik tapi semoga bisa diambil hikmahnya ya. Kelas 12 tuh seru banget, semua perasaan ada di dalamnya.

Yang harus dilakukan adalah melewati semua bersama teman-teman dengan tertawa dan jangan sampai tertimbun reruntuhan masa mengejar PTN yang sudah pasti akan tuntas. Mengutip lagu hindia yang berbunyi “hidup bukan saling mendahului, bermimpilah sendiri-sendiri” Selalu aku tanamkan sebagai pegangan hidup di ambang ombang-ambing sistem masuk PTN ini. Tetaplah haus, tetaplah lapar.

source pict

Penulis Merupakan Klan Refty Yang Melanjutkan Studi di Bahasa dan Sastra Indonesia-UNAIR

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *