Oleh: Adhipramana Bhumi Vadiaputra
Tentu seru rasanya menikmati liburan khususnya ke Jogja dikala derasnya hujan yang turun di Surabaya. Kami berangkat bersama teman-teman yang ceria dan menyenangkan juga dengan kru bus yang humoris dan akrab, salah satunya Mbak Sofi, sebagai tour guide pada bus 4 dia dapat memposisikan dirinya di tengah para siswa dengan candaan-candaan kecil yang dapat membuat tertawa.
Kami menikmati perjalanan ini hingga tak terasa sudah sampai di Batik Benang Ratu, tujuan pertama kami. Di tempat inilah kami belajar membatik. Sempat ku kira tinggal mencelupkan canting ke lilin cair lalu dilukiskan pada kain, namun tidak semudah itu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membatik, seperti posisi cucuk harus mendongak ke atas dan lain-lain.
Kami menikmati kegiatan ini dengan saling mengapresiasi hasil karya kami satu sama lain dengan cara menertawakan, karena beberapa kesalahan yang kami lakukan selama memproses yang berakhir tampak aneh sesudah membatik. Kebetulan aku memilih pola wajah, aku merasa ini mudah saja namun saat selesai nampak seperti berjerawat banyak.
- Berkunjung ke kota lama
Dengangapura bertuliskan “Soerabaja” rasa-rasanya pernah kami ke sini, seperti melihat cermin dari kota kami yang modern tapi ini versi yang lawas, lebih klasik. Kami tiba di Wisata Alam Gamplong setelah dari Batik Benang Ratu. Masih ada kendaraan trem di sini, lengkap dengan rel dan juga haltenya. Dengan nuansa klasiknya, cocok sekali untuk dijadikan tempat berfoto dengan gaya orang-orang di zaman dahulu ataupun bernostalgia suasana zaman dahulu.
Setelah itu kami makan malam di RM Ambarketawang dan ada kejadian menarik, ada salah dari seorang teman kami ternyata sedang ulang tahun jika tak salah dengar. Cukup ramai saat sesi mengucapkan itu dan semua orang menoleh karena mendengarnya. Dimeriahkan oleh salah satu kru travel membuat suasana semakin seru. Selamat ulang tahun!!!!
- Menyimpan rasa di jalan Malioboro
Ada sesuatu di Jogja, yang menyimpan rasa cukup dalam apa lagi jika bukan Jalan Malioboro. Di samping Benteng Vredeburg yang berdiri gagah nan kokoh, terdapat pusat keramaian di Kota Jogja dengan ceritanya sendiri. Aku dengan 2 temanku bersama naik bentor (becak motor) menuju pusat keramaian.
Mungkin ini adalah bagian menarik, karena ada 3 penumpang yang naik bentor dengan kapasitas hanya 2 penumpang saja. Kami naik bertiga sembari menahan malu di tengah keramaian jalan raya karena kelebihan kapasitas, 2 teman ku duduk sedangkan aku jongkok di depan, bisa dibayangkan jika mengerem mendadak.
Kami pun tiba lalu berjalan santai di keramaian yang ada. Tujuan kami adalah ke Mall Malioboro untuk mencari diecast juga sambil mengingat masa lalu. Di sini juga aku sempat melihatnya membeli sesuatu dan rasanya dia melihat balik ke arah ku, segera aku memalingkan wajah dengan melihat arah yang lain. Kami hanya sebentar saja di Malioboro karena ada ketentuan tentang batas jam malam yaitu sampai jam 22.30 yang sudah diterangkan oleh Bu Medina.
- Menyusuri reruntuhan hingga bertukar kebahagiaan di kala senja
Terbangun karena alarm ku yang menggemparkan, kami sekamar bangun pagi untuk menunaikan shalat subuh dan mandi pagi lalu bersiap menuju gunung merapi untuk mengikuti kegiatan lava tour. Kami menaiki mobil offroad untuk menyusuri jalan yang dihiasi bentangan alam hijau di sisi kanan-kirinya.
Salah satu pemberhentian dari lava tour ini adalah Museum Sisa Hartaku. Banyak sekali peninggalan pasca erupsi Merapi tahun 2010 dan salah satu yang menyita perhatian ku adalah rumah dari salah seorang penduduk dan sebuah mobil Suzuki APV yang digunakan untuk mengevakuasi almarhum Mbah Maridjan.
Lanjut setelah itu kami merasakan sensasi sesungguhnya melewati offroad melalui beberapa halang rintang menggunakan jeep, seperti melintasi jalan yang tertutup air lalu diguyur air dari atas dan berakhir sudah baju kami basah kuyup, namun tidak dengan diriku hehehe.
Beranjak dari megahnya merapi, kami tiba di Obellix Village. Kami tiba saat rintik hujan mulai turun memberikan suasana syahdu dan damai. Tempat ini memiliki suasana yang rindang, sangat menenangkan walau hanya sekedar duduk untuk melihat ikan berenang.
Agenda di sini adalah untuk bertukar kado kepada sesama teman sekelas. Aku membawa kopi kemasan saset sebagai hadiah, walaupun sedikit konyol juga karena yang menerima adalah teman perempuan ku. Lalu aku mendapatkan hadiah wafer, ya hitung-hitung tukar tambah karena sesama produk yang mengandung kafein hehe.
- Menutup buku harian dengan badai
Sekitar jam 4 pagi, kami bangun dengan jendela kamar yang berembun, mungkin menjadi yang paling pagi di saat yang lain masih terlelap dalam mimpi, tentu dengan penyebab yang sama karena alarm ku yang keras.
Hari itu adalah hari terakhir, hari yang kami tunggu-tunggu karena akan pergi ke Pantai Drini. Namun, di pagi hari sudah turun hujan deras sedari kami bangun tidur. Kami tetap optimis saja mungkin sudah reda sesaat setelah kami mampir sebentar untuk membeli Bakpia Pathok 25, tapi memang kebetulan saat itu kondisi sedang ramai dan sangat padat sehingga hanya beberapa dari kami saja yang turun.
Aku turun, tapi aku beli di bakpia tugu dan sama saja kondisinya. Tetap ramai dan antri panjang, aku bertemu Bu Anik yang juga mampir di Bakpia Tugu tapi sepertinya beliau hanya melihat-lihat saja. Aku membeli 4 bakpia saja untuk oleh-oleh keluarga di rumah.
Setelah membeli oleh-oleh, kami menuju Pantai Drini. Namun, kondisi tetap sama yaitu sedang hujan. Mulai mendekati lokasi sebenarnya, cuaca sudah memburuk dan hujan juga semakin deras. Sesaat setelah kami mencapai lokasi parkiran bus, angin terlihat menggebu-gebu dari arah timur, menunjukkan seperti terjadi badai dan tidak mungkin juga bermain pantai dengan kondisi seperti ini karena bisa jadi gelombang laut sedang tinggi-tingginya.
Setelah diskusi antara mbak Sofi dengan Pak Galuh, disepakati bahwa rombongan lebih baik segera menuju lokasi makan siang karena efisiensi waktu. Sebenarnya ini adalah lokasi makan siang yang paling ku sukai, karena aku bersama temanku menghabiskan tempe mendoan dan juga semangka yang telah disediakan, segar sekali rasanya di tengah cuaca yang seperti ini.
Beberapa temanku juga menyempatkan diri untuk membeli salak dari pedagang-pedagang yang mampir di tempat makan. Setelah itu, kami melanjutkan perjalanan ke SMA Khadijah untuk kembali pulang, berkumpul kembali dengan sanak keluarga, beristirahat, dan menikmati oleh-oleh dari Daerah Istimewa.
-Penulis merupakan siswa kelas X-2 yang suka bakwan goreng.
405 total views, 3 views today