Sore yang melelahkan bagi seluruh makhluk yang ingin beristirahat namun tidak dengan kedua gadis yang tengah berbicara di sebuah rumah. Salah satu dari mereka terdapat gadis yang masih belum menerima kenyataan bahwa kekasihnya tabatan hatinya sudah meninggal.
“Bagaimana kabar mu Ratna?”
Suara Dahlia memecahkan lamunanku. Aku tersenyum dan mengangguk menandakan aku baik-baik saja.
Dahlia bertanya kepadaku.
aku menjawab penasaran Dahlia.
Kemarin memang ayah dan orang-orang Belanda itu mengadakan rapat, namun tak berjalan dengan baik.
“yakin bukan karena londo-londo itu kan?”
Dahlia kembali menelisik
“bukan Lia, sekarang kau mau apa lagi?”
Dahlia menjawab seperti biasanya, kali ini aku yang tersenyum ke arah lelaki yang setia duduk di dapur
Dahlia menampilkan raut yang sulit diartikan namun kemudian ia mengangguk dan berjalan menuju pintu dan keluar dari rumahku. Aku dan Dahlia adalah anak perempuan dari pemimpin daerah yang bekerja dibawah VOC, sering sekali saat para orang Belanda berkunjung ke rumah kami mereka menatap dengan tatapan menggoda seakan-akan menelanjangi kami bulat-bulat. Kami sangat benci dengan tatapan penuh nafsu mereka.
Beruntung keluarga Dahlia telah menjodohkan sang dara dengan putra bupati Anyer. Sementara aku, masih dengan cinta pertama ku, Segara Mayundra, lelaki yang sedari tadi duduk di dapur memperhatikanku dengan senyuman teduhnya.
“Segara, aku sangat lelah dengan begundal-begundal bermuka dua itu, di depan gubernur mereka seperti kompeten dan menjalani pekerjaan dengan sungguh-sungguh, namun niat asli mereka hanya menginginkan para gadis muda itu”
Aku mengatakan apa yang ku dengar saat kemarin sore. Lantas aku menyandarkan kepala ku ke dada Segara dan lelaki ku hanya terkekeh.
“Puan, jangan terlalu keras bekerja membantu ayah puan, ingatlah istirahat”
Segara mengelus pelan rambut lurus panjang ku dan sesekali menciumi rambutku.
“Biarkan seperti ini saja Segara, aku lelah , aku ingin bersandar kepada mu ”
Aku menelusup ke dada bidang kekasih hati ku.
“Puan, adakah yang ingin puan lakukan untuk menghilangkan pikiran buruk, hamba siap melaksanakannya ”
Lelaki ku mencium takzim keningku, maka ku balas perlakuannya dengan menciumi jemari panjang itu.
“aku ingin berdansa bersama mu Segara”
Rambutnya yang ikal dan sedikit panjang, matanya yang tajam namun penuh akan kasih sayang, tingginya menjulang, serta senyuman khas miliknya membuat ku jatuh hati dengan teman masa kecilku ialah Segara Mayundra, lelaki yang tumbuh bersama ku.
Rasa aneh menjalar kala kami beranjak menjadi remaja tanggung dan terus berlanjut sampai kami dewasa, aku dan Segara satu, Kami abadi dan saling melengkapi.
Musik yang lembut mulai dimainkan dari alat pemutar musik, Segara mengulurkan tangan kepada ku dan segera terima. Kami menari yang disebut sebagai dansa oleh para orang-orang Belanda itu. Aku langsung menutup mataku seperti pertama kali berdansa dengan Segara, aku merasakan debaran cinta yang menggebu-gebu saat merasakan tangannya menyentuh tangan ku.
Kami seperti insan yang pertama kali menyicipi indahnya asmara, rasanya mungkin bisa berdansa semalaman dengan hati penuh cinta. Namun ditengah gerakan dansa yang lembut terdengar oleh rungu ku suara Segara bertanya
Segara tetap stabil menjaga gerakan dansa dan aku tetap menutup mata sambil berdansa.
aku menjawab
Gerakan dansa kami kurasa telah berhenti. Segara menangis sembari menenggelamkan wajahnya ke pundak ku.
Setelah dua putaran dansa, ku buka mataku perlahan dan benar saja Segara hilang begitu saja namun tetap ku lanjutkan dansa ini, berdansa sendirian seperti orang gila, namun aku tak peduli karena aku bisa merasakannya. Bayangan Segara yang sedang berdansa denganku.
Namanya Segara Mayundra, usianya sangat muda, namun sayang ia ditemukan tewas karena kecelakaan sembari menggenggam bunga yang akan ia berikan ke kekasihnya. Ratnasari Malika Ayu.
Ratnasari tidak bisa menerima kenyataan bahwa kekasih hatinya telah pergi mendahuluinya. Sering terdengar ia berkata
“Segara , kau berjanji untuk membawakan magnolia mana janjimu”
Sering kali juga lampu depan rumah Ratnasari masih menyala, berharap Segara datang dan mendekapnya.
“Aku merindukan kekasih hati ku,dimana ia sekarang , dimana Segaraku? lelakiku, kapan ia akan kembali, apakah ia sangat marah sampai-sampai tak ingin mengajak ku juga?”.
Oleh : Salsabila Fatimah Azzahro
Gambar diambil dari sini