Oleh: Rafiqatul Anisah
Senyum bulan sabit masih saja memeluk duka
Isyarat binar cahayanya tak mampu dieja
Bagaimana bisa memetik luka yang lara
Langit turut berakabut kehilangan sosok yang dicinta
Ketulusan akan sampai pada kedamaian
Kedamaian tak pernah malu untuk diungkapkan
Ungkapan-ungkapan itu tak akan lari dari kenyataan
Kenyataan yang selalu menenangkan
Kiai…
Kehilangan memang separuh-rapuhnya perasaan
Seperih-perihnya kesedihan
Sepedih-pedihnya perpisahan
Namun kami yakin, jauh di sana engkau menyaksikan
Raut keluh sedih dan keindahan
Kiai…
Air mata ini seringkali membasuhi pipi
Kala mendoakanmu
Kala mengingatmu
Kala membaca setiap tulisan tentangmu
Kiai…
Selamat jalan
Selamat menuai rindu dengan Sang Maha Pencipta
Restui kami Kiai…
Tidak hanya berhenti mengenang segala keteladanmu saja
Namun bersinergi untuk menjunjung tinggi
dan melanjutkan perjuanganmu
Demi agama, nusa, dan bangsa
(( Dikutip dari Majalah Tebuireng edisi 67 dengan judul yang sama. ))
—————————————————————
Rafiqatul Anisah santri Tebuireng kelahiran Sumenep, 09 April 1999. Ia baru saja menyelesaikan study nya di Ma’had Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng. Saat ini sedang mengabdi di Pondok Putri Pesantren Tebuireng dan anggota aktif di Tebuireng Online.
Saat masa sekolah di Madrasah Aliyah Salafiyah Syafi’iyah Tebuireng tahun 2015 tepatnya, Anis meraih juara II Lomba Menulis Cerpen BIOMA (Bidik Misi on March) Tingkat Provinsi yang berjudul “Semerbak Anugerah Menyapa”. Lomba cerpen tersebut diadakan oleh Keluarga Besar Mahasiswa Bidik Misi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. 2020 menjadi salah satu finalis dan kontributor Lomba WFH dan karyanya dibukukan. Kemudian di tahun yang sama, menjadi salah satu penulis cerpen yang dimuat dalam Antologi Cerpen 20 Penulis Sahabat Literasi yang berjudul Ilusi.
source: madaninews.id
2,677 total views, 3 views today