Oleh : Penyair Amateur
Sudah lama saya ingin menyepi. Lalu menulis tentang ini. Akhirnya di pertengahan Juli ini, tepatnya di warkop Gresik (tapi di Sidoarjo), terlaksana juga.
Bayangkan saja, penghujung masa putih biru (SMP) ketika akan menghadapi Ujian Nasional, tiba-tiba ada kabar libur dua minggu. Lalu UN ditiadakan. Lalu ternyata eh ternyata, dua minggu jadi dua tahun. Wooooow.
Saya trenyuh betul kala itu. Latar waktunya ketika daftar ulang dari kelas X ke kelas XI.
Seorang siswa menanyakan letak ruang tata usaha pada saya. Itu momen yang sangat memorable buat saya. Yang membuat terus membayangkan pengandaian yang tidak-tidak.
“Ya, saya sedang membicarakan kalian, anak-anak keren Navasasti. Yang tiga semester hidup terlunta-lunta di layar zoom dan jitsi. Yang dua tahun angkatanmu tanpa nama itu.”
Ada istilah begini “Seperti film India, lakone menang keri (tokoh utamanya menang di akhir).
Yupz, bagaimanapun awal mula kalian di Khadijah, setidaknya masih bisa wisata religi dan pelepasan (karena saat ini “Wisuda” menjadi semacam larangan). Merayakan hari guru dengan flare dan setahun penuh bersama di ruang kelas.
Untuk kali pertama setelah vakum dua edisi (angkatan), akhirnya saya bisa merayakan kelas novel (yang amat mungkin menyebalkan bagi kalian) hingga tuntas. Semoga rekam jejak itu bisa menjadi kenang-kenangan kelas BI yang tiga jam tanpa ampun itu. Semoga.
Selanjutnya, selamat menempuh jenjang baru di perkuliahan. Di mana pun kaki kalian berada, tetaplah junjung nilai-nilai ala Khadijah. Terdengar klise sih: tapi tetaplah menjaga santun (adab/akhlak), menjadi unggul dan kompetitif (perkuat diri dengan ilmu sesuai passionmu).
Tentu setiap angkatan meninggalkan ceruk spesial di dalam hati. Begitupun Navasasti. Saya bersyukur pernah ada (lewat) dalam hidup kalian. Banyak hal yang bisa saya pelajari dan tentu saja menginspirasi laiknya sebuah prasasti. Mulai dari Tension, Exist, Gesxit, Sikopat, Anostu, dan Sociodos. Hokya!
*Pembaca setia novel-novel klan navasasti
338 total views, 1 views today