Cerpen

Pesan dari Tuhan

Oleh: Nafisah Nilna Minach

Arisa adalah seorang gadis. Sejak lahir, Arissa sudah merasakan sedih dan pahitnya kehidupan ini. Ibundanya Arissa meninggal saat melahirkan Arissa. Begitupun ayahnya Arissa meninggal karena tabrak lari yang di alami pada beberapa tahun yang lalu. Sejak saat itu, Arissa tidak pernah merasakan adanya kasih sayang orang tua. Arissa tidak punya saudara atau kerabat dekat yang ia kenal. Arissa pun hidup dengan pas-pasan.

Pada saat Arissa berusia tujuh tahun. Arissa memasuki sekolah dasar. Arissa sekolah dengan apa adanya. Arissa malu karena semua yang ia kenakan adalah barang bekas. Arissa tidak memiliki teman saat di sekolah. Arissa terus menjadi bahan bullyan oleh teman-temannya karena teman-temannya Arissa merasa Arissa tidak pantas untuk sekolah. Pada saat itu, Arissa pun mulai putus asa untuk melanjutkan pendidikannya. Tetapi, berkat bantuan dari bu Verna Wali Kelas dari Arissa. Arissa pun tetap meneruskan belajarnya sampai ia lulus.

Setelah Arissa lulus dari sekolah dasar, ia berniat untuk melanjutkan pendidikannya di jenjang SMP. Namun takdir berkata lain. Arissa tidak punya biaya untuk mendaftar ke sekolah yang ia inginkan. Arissa pun lebih memilih untuk menjadi sol sepatu dijalan. Karena sebelum ayahnya Arissa meninggal, Arissa sering membersihkan sepatu ayahnya sebelum ayahnya berangkat bekerja. Arissa pun sering berkeliling kampung dan membawa peralatan yang ia butuhkan. Tetapi tidak ada seorang pun yang ingin mendatangi sol sepatu milik Arissa. Satu bulan pun terlewati, tapi sampai saat ini Arissa tidak mendapatkan pelanggan yang ia temukan. Arissa hampir putus asa dengan hidupnya. Arissa sudah berniat ingin melanjutkan sekolahnya dan mendapatkan biaya dari hasil kerja keras Arissa.

Arissa selalu ingin tetap berusaha bangkit dari kehidupan yang suram yang di alaminya. Arissa selalu kuat dan terus semangat untuk masa depan yang cerah yang di nantikannya. Karena niat dan tekad yang sangat kuat, Arissa pun mulai bangkit. Pada kesempatan kali ini, Arissa lebih memilih menjual koran di lampu merah dekat dengan rumahnya. Setiap hari Arissa terus menawarkan koran-korannya kepada para pengemudi di jalan tersebut. Pada saat Arissa menawarkan koran-korannya kepada pengemudi, tiba-tiba hujan angin turun. Seketika keadaan menjadi gelap dan jalanan pun mulai licin. Arissa tidak melihat bahwa lampu yang awalnya merah sudah berubah menjadi warna hijau. Tanpa rasa ragu, Arissa pun menepi di pinggir jalan. Arissa tidak melihat jika ada mobil yang melaju ke arahnya. Sehingga, Arissa yang awalnya membawa koran kini sudah berserakan di tengah jalan.

Keadaan semakin gelap, tetapi hujan masih belum reda. Arissa pun di bawa ke rumah sakit oleh masyarakat di dekat lampu merah tersebut. Dokter di rumah sakit tersebut mengatakan bahwa ke dua kaki Arissa mengalami patah tulang akibat benturan yang di alaminya tadi. Karena kesulitan berjalan, arissa pun memakai tongkat. Setelah perjalanan pulang, Arissa berbaring di atas karpet yang ia gunakan untuk tidur. Arissa sempat mempunyai kasur, tapi ia menjualnya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Arissa kini sudah benar-benar tidak memiliki semangat hidup. Waktu terus berputar, Arissa terus menangis meratapi nasib yang di alaminya. Suatu saat Arissa bertanya kepada Tuhan, “Tuhan kenapa harus aku yang mengalami nasib seperti ini? Kenapa tidak orang lain saja, Tuhan?”

Arissa sudah tidak kuat lagi dengan kehidupannya. Arissa memutuskan untuk bunuh diri. Dia menaiki bukit lalu terjun dari atas ke bawah. Sudah di puncak bukit, Arissa pun membuang tongkat yang ia bawa. Tetapi, ketika Arissa ingin melangkah ada seseorang yang memanggilnya. Arissa pun menoleh. Orang tersebut berkata, “Jika kamu ingin bunuh diri, setidaknya kamu harus membersihkan dirimu terlebih dahulu. Apabila jika bertemu keadaanmu tidak sekotor ini.”

Kemudian, Arissa menuruti perintahnya dan mengikuti orang tersebut. Sampai dirumah orang tersebut berkata, “Ini ada pakaian yang nanti kamu pakai setelah membersihkan diri.” Arissa langsung masuk ke kamar mandi dan membawaa pakaian yang di beri tadi. Setelah selesai, Arissa langsung menemui orang tersebut. Kemudian Arissa bertanya, “Apakah aku pantas untuk menemui Tuhan dengan kondisi seperti ini?.” Orang tersebut menjawab,  “Badanmu terlihat begitu lemah, sebaiknya kamu perginya esok hari saja.” Tanpa berpikir panjang, Arissa pun tidur di sebuah kamar yang sudah di sediakan untuknya.

Matahari terbit dari timur dan memancarkan cahaya yang menembus pada jendela kamar yang ditempati Arissa tidur. Jam di dinding sudah menujukkan pukul 07:00 pagi. Lalu, Arissa bergegas bangun untuk menemui orang tersebut. Arissa merasa bingung, orang yang ia cari tidak ada di dalam rumahnya. Arissa mendengar ada suara air yang ada di halaman belakang rumah. Tanpa berpikir panjang, Arissa langsung berjalan ke pintu menuju halaman belakang tersebut.

Orang yang Arissa cari ternyata sedang menyirami tanaman. Arissa bertanya kepada orang tersebut, “Apakah kamu tahu cara menyembuhkan kaki ku yang patah ini? Aku kesulitan apabila berjalan tidak memakai tongkat tapi tongkat membantuku untuk bisa berjalan. Sekarang aku sudah capek memakai tongkat ini. Tanganku sering kram ketika aku memakai ini.” Kemudian orang tersebuit menjawab, “Tenanglah, kakimu sebentar lagi akan sembuh karena tulang di kakimu hanya retak bukan patah.”

Orang tersebut berkata lagi, “Jika kamu masih ingin mati, maka siramilah tanaman ini hingga berbunga setidaknya kamu harus meninggalkan kenangan indah pada dunia sebelum kamu mati.” Arissa pun menuruti perintah orang tersebut. Setiap hari, Arissa selalu menyirami tanaman tersebut. Sekitar dua minggu arissa telah menyirami tanaman dan sekarang sudah sudah berbunga dan menjadi indah. Arissa merasa senang karena ia sudah berhasil melakukan perintah dari orang tersebut. Kini, tanpa Arissa sadari ia sudah melupakan niatnya untuk menemui Tuhan.

Kemudian orang tersebut datang menemui Arissa dan berkata, “Ku rasa kamu harus menunggu tanaman tersebut tumbuh menua dan mati terlebih dahulu baru kamu pikir untuk pergi dari dunia ini. Teruslah bertahan dan teruslah hidup bahkan untuk hal terkecil sekalipun. Teruslah hidup untuk dapat makan setiap hari, teruslah hidup untuk melihat burung terbang setiap hari. Mati bukanlah cara terbaikmu untuk mengakhiri kehidupan surammu tetapi mereka memilih untuk tetap hidup. Bagaimana dengan dirimu?”

Arissa tersadar, akhirnya dia memutuskan untuk merawat tanaman itu dan ia pun berterima kasih kepada orang tersebut. Arissa sudah tidak merasakan rasa sakit lagi pada kakinya. Ketika Arissa mencoba berjalan tidak memakai tongkat. Akhirnya, yang di inginkan Arissa pun terwujud. Kini, Arissa sudah tidak berjalan dengan tongkat lagi. Arissa merasa senang sekali karena ia sudah bisa berjalan seperti orang biasa.

-Penulis gemar memperhatikan lingkungan sekitarnya

pict source

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *