Oleh: Ayesha Fazilatunnisa
Suatu hari yang indah di tengah tengah kebosanan dan pengangguran saya, ada satu pesan dari entitas yang cukup terkenal, sebut saja pak shodiqin.
“Hah. Kalau longgar (pasti karena jobles) nulis tentang RESOLUSI tahun baru yang dihubungkan dengan LINGKUNGAN ya. Mumpung edisi haru lingkungan hidup” – Pak Shodiqin
“baik” – entitas tidak terkenal (saya)
Kira kira begitulah salah satu pesan singkat yang beliau kirimkan kemarin pagi, lingkungan hidup ya? HMmMMch bingung juga sebenarnya. Tema persoalan lingkungan ini juga cukup sulit untukku pribadi, tapi tetap paling sulit dan nyeleneh adalah kiat kiat belajar.
Oh, Aku jadi ingat salah satu pementasan teater dengan judul naskah “Napas” karya Abdul Ghani dalam acara salah satu UKM di kampusku, menceritakan tentang seorang kakak beradik bernama Yatna (kakak) dan adiknya Firman yang hidup di lingkungan penuh limbah, sang kakak sudah sakit sakitan efek dari limbah dan adiknya terpaksa bersekolah sembari mencari uang.
Pak RT datang menawarkan “bantuan” namun pada kenyataannya Pak RT sudah kongkalikong dengan manajer perusahaan itu demi meluaskan pabrik. Kakak beradik itu berusaha mempertahankan “warisan” kedua orangtuanya yakni sebuah gubuk lusuh, keduanya tetap melawan hingga suatu saat pabrik itu dibantu dengan Pak RT merubuhkan paksa rumah kedua bersaudara itu, sang kakak meninggal dunia dan sang adik mengetahui fakta bahwa keluarganya dibunuh pelan pelan menggunakan limbah pabrik. Kira kira begitulah yang saya tangkap ketika saya melihat pementasan teater itu.
Segenap ripiw geje bin ajaib : asli uapik puolll, ceritanya sangat menggambarkan kesemena menaan manusia, limbah, kerusakan lingkungan, pada awal pementasan penonton dibuat tertawa terbahak bahak dengan tingkah para aktornya baik scripted maupun improvisasi, dan diakhir pementasan penonton juga dibawa larut dalam kesedihan kakak beradik yang menyedihkan itu.
Oke lanjut.
Karena ditimpa kebosanan, kadang aku menghasut orang rumah untuk sekedar keluar melihat keramaian surabaya atau menghasut teman untuk mengunjungi mall sejuta umat. (Berakhir sakit kepala karena terlalu banyak orang 🐔). Saat dilanda kemacetan hal pertama yang muncul didepan mata yaitu adalah baliho baliho, baliho apapun itu. 👾
Di masa yang serba digital ini (asik udah kayak makalah 💀), ternyata masih banyak sampah visual salah satunya adalah poster dan baliho ca [sebagian teks hilang], jujur saja melihatnya dimana mana terkadang membuatku muak, menghalangi pemandangan indah saja (gedung) huehue. Selain sampah visual, saya juga akrab dengan sampah udara (asap rokok).
Di lingkungan baruku banyak sekali asap rokok. Mulai dari Perempuan, setengah perempuan, setengah laki laki, laki laki, semuanya merokok. Bahkan temanku sampai bilang “kayak e bar lulus teko kene awakdewe iso iso kenek ISPA” dengan nada sarkasnya. Benar benar darurat asap rokok, berjalan sambil merokok, parkir kendaraan sambil mengebulkan asap. Bahkan tanda “dilarang merokok” hanya sebagai pajangan atau mungkin papan bertulisan biasa.
Selain sampah visual dan sampah udara tentu juga banyak sampah umum (plastik dan kawan kawannya), dan lucunya hal itu terjadi di tempat yang ada label “Self Service”, apalah. Serius, terkadang aku sendiri bingung kalau mau beli makan harus gimana, karena meja yang seharusnya digunakan untuk makan, malah cosplay jadi tempat sampah. Tempat makan stereofom, gelas plastik pop ice, puntung rokok berserakan dimana mana bahkan kucing disekitar situ juga bingung melihat fenomena unik bin ajaib itu. Kadang aku ingin bertanya kepada daun dan angin, hewan dan lainnya, tapi nanti masuk rumah sakit jiwa [meme agus takut buk].
semoga di tahun baru dan di hari lingkungan hidup ini tidak hanya menjadi sebuah perayaan semata. Semoga lingkungan dan makhluk hidup disekitarnya dapat berdampingan dengan damai.
*Penulis merupakan seseorang mahasiswa yang Alhamdulillah wasyukurillah udah ga nangis gara gara kemasukan sambal soto.
source pict
600 total views, 3 views today