Perkenalkan, Siti Khayunah namanya, akrab pula dengan panggilan Bu Hay. Beliau merupakan salah satu guru kimia yang telah lama mengabdikan diri di SMA Khadijah. Yuk kita simak cerita hidup beliau!
- Nama: Siti Khayunah
- Panggilan: Bu Hay
- TTL: Surabaya, 26 Januari 1976
- Hobi: Membaca
- Motto: Belajarlah sepanjang hayat
Fun fact, Bu Hay merupakan alumnus SMA Khadijah lho! Namun, pada awalnya ia tak bersekolah di sekolah kita tercinta ini. Gimana ceritanya beliau bisa masuk ke SMA Khadijah?
Waktu ia duduk di kelas 9, ia memutuskan bahwa ia tak ingin lagi bersekolah negeri. Ia ingin memperkuat pondasi agamanya. Ia ingin belajar Islam lebih dalam. Akhirnya berbincanglah ia dengan ayahnya, meminta beliau untuk tak lagi sekolah di negeri. Sampailah pada keputusan bahwa Bu Hay yang saat itu akan beranjak SMA untuk melanjutkan pendidikannya di salah satu sekolah berbasis Nasrani di dekat rumahnya.
Pada awalnya ia setuju. Namun, melihat adiknya yang saat itu tertolak SMP Negeri masuk ke SMP Khadijah, ia memutuskan untuk mengikuti langkah adiknya. Ia ingin masuk SMA Khadijah. Bu Hay yang telah resmi menjadi murid SMA Nasrani itu meminta kepada ayahnya agar dipindahkan ke SMA Khadijah. Ayahnya menyanggupi permintaan tersebut, meski baru beberapa minggu bersekolah di sana.
Dari Tidak Suka, Jadi Cinta Kimia
Banyak murid yang tak suka dengan kimia karena tingkat kesulitannya. Bu Hay dulunya juga termasuk ke dalam golongan tersebut. Eh, sekarang malah mengajar kimia. Kok bisa?
Pada saat kelas 12, wali kelasnya pada saat itu merupakan seorang guru kimia. Pak Supartono (alm.) namanya. Suatu hari Bu Hay dipanggil oleh wali kelasnya. “Kenapa kamu nggak bisa kimia? Padahal nilaimu di mata pelajaran lain bagus,” begitu ucap walasnya. Berceritalah Bu Hay kepada walasnya, bahwa ia tak paham dengan konsep kimia. Maka mereka membuat kesepakatan, bahwa setiap jam istirahat Bu Hay akan menemui Pak Supartono untuk belajar kimia.
“Ternyata, kimia itu seru kalau kita paham,” ucap Bu Hay pada saat diwawancarai oleh tim Turcham Media. Bahkan saking serunya berkecimpung dengan kimia, beliau sempat bekerja membantu apoteker dan bercita-cita menjadi apoteker.
Sayang seribu sayang, restu orang tua menghalangi. Mereka lebih setuju jika ia menjadi guru, bukan apoteker. Akhirnya ia masuk sebagai mahasiswa pendidikan kimia IKIP Surabaya (sekarang UNESA). Namun, sebagai bentuk penolakan untuk masuk IKIP, ia mendaftarkan diri di IAIN (sekarang UINSA) di jurusan PAI. Meski berujung harus merelakan IAIN, ia senang karena telah memilih IAIN. Setidaknya ia sempat mempelajari agama lebih dalam di sana.
Dari yang awalnya setengah hati, berubah menjadi sepenuh hati. Setelah dijalani, beliau menyadari bahwa jurusan pendidikan kimia tak seburuk itu. Beliau menikmati masa kuliahnya, dan lulus tanpa mengeluarkan uang untuk biaya pendidikannya. Hal yang dapat ia capai dengan bantuan program beasiswa yang didapatnya. Memang kalau suatu hal diikuti oleh restu orang tua, akan selalu dilancarkan oleh Yang Maha Kuasa.
Mengabdi untuk Pendidikan
Lulus pada tahun 1998, beliau mengajar di banyak tempat sebagai sumber mata pencahariannya. Hingga pada tahun 2000, ia direkomendasikan salah satu gurunya saat SMA untuk menjadi guru di SMA Khadijah. Selama 8 tahun ia masih berkelana, bedanya sekarang beliau sudah mengajar di SMA Khadijah. Hingga pada tahun 2008, ia diberikan tawaran oleh yayasan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang magister. Dengan syarat, Bu Hay harus mengabdikan diri untuk mengajar di SMA Khadijah. Beliau menyanggupi, membuat kita dapat merasakan jasa beliau hingga saat ini.
Pesan untuk Murid SMADIJAH
Di akhir wawancara, Bu Hay menyampaikan pesan bermakna kepada seluruh siswa:
“Jadilah tiga hal berikut:
- Orang yang bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan agama.
- Orang yang menegakkan keadilan.
- Orang yang berkreasi dan berinovasi untuk perubahan yang lebih baik.”
Pengulas: Nirbita A. A.
416 total views, 6 views today