Opini

Wisata Wali Songo: Bergelut dengan Ketahanan Fisik dan Mental Menuju Ridho Allah

Oleh: Bilqis Adinda Putri

Semester ini adalah semester penentuan bagi kami siswa kelas 12. Rasa berdebar dari hati mulai terasa pada jiwaku menunggu pengumuman eligible. Aku pasrahkan diriku pada Allah ta’ala atas segala hasil pengumuman kelak. Entah masuk ataupun tidak, aku akan tetap bersyukur karena aku telah berusaha maksimal sesuai kemampuanku.

Sembari menunggu takdir Allah, aku bersama teman-teman angkatanku, Fasvenje, memutuskan untuk meluangkan waktu sejenak melalui perjalanan yang bukan hanya melepas penat, tetapi juga mendekatkan diri pada-Nya. Sebuah perjalanan yang menguras tenaga, pikiran, dan hati selama 4 hari 3 malam.

Perjalanan apa itu? Coba tebak! Bali? Jogja? Kalian semua salah. Bukan ke Bali, bukan pula ke Jogja, melainkan wisata religi Wali Songo.

Perjalanan ini bukan sekadar liburan, tetapi juga sarana melatih ketahanan fisik, mental, dan spiritual.

Fisik dan mentalku beserta teman-teman Fasvenje benar-benar diuji disini. Kesabaran, kedisiplinan, kepekaan, kepedulian, dan sebagainya. Semua diuji.

Wisata Wali Songo: Ujian, Pengalaman Sekaligus Pesan Berharga bagi Kami

Perjalanan ini dimulai dari Surabaya, tepatnya Sunan Ampel. Di pagi buta semangat kami masih membara. Namun, baru turun dari bus, aroma tak sedap dari tong sampah di sekitar lokasi sudah menyambut kami. Tak cukup aroma busuk, kami juga harus menempuh beberapa meter lagi untuk memasuki area makam sunan Ampel.

Baru saja mulai, beberapa dari kami ada yang sudah mengeluh pegal linu. Belum hilang rasa linu, kami sudah harus bergelut dengan jadwal selanjutnya yakni Sunan Giri. Memang untuk menuju kesana kami semua diwajibkan untuk naik ojek motor, tetapi setelahnya kami harus menaiki anak tangga yang cukup tinggi.

Begitu juga dengan wali lainnya walaupun sebelumnya kami menaiki ojek ataupun becak tetap kami harus berjalan dengan jarak tempuh yang cukup jauh dan menaiki tangga —untuk beberapa wali—menuju area makam.

Di beberapa tempat menuju makam kami juga harus menghadapi banyaknya pengemis yang cukup “memaksa” untuk meminta uang. Beberapa bahkan mengejar pengunjung dan tak segan menyentuh kami. Rasa takut bercampur dengan kasihan terus-menerus menyelimuti jiwa kami. Ada keinginan memberi, tetapi juga cemas akan reaksi pengemis lain.

Tak hanya disitu ujiannya. Di malam hari kami harus menerima keadaan penginapan yang apa adanya. Di malam pertama, penginapan Sunan Muria bisa dibilang cukup nyaman. Kami masih bisa beristirahat dengan baik walaupun hanya beberapa jam saja. Walaupun air disana super duper dingin, setidaknya penginapan ini merupakan yang terbaik diantara lainnya. Namun, sayangnya kami tak sampai pada makam Sunan Muria dikarenakan cuaca yang tidak mendukung —hujan— dan mencegah resiko kecelakaan karena jalanannya yang licin. Sebagai gantinya kami melakukan tahlil di penginapan masing-masing.

Di malam kedua dan ketiga, penginapan yang kami tempati tak seindah sebelumnya. Kami diharuskan saling berbagi tempat dan meninggalkan keegoisan masing-masing. Kesabaran kami diuji melalui antrean kamar mandi yang ramai. Bagaimana tidak ramai? Anak sebanyak itu berkelahi dengan jumlah kamar mandi yang sedikit. Tentu kami harus sabar bergantian menggunakan kamar mandi.

Kepekaan dan kepedulian terhadap sesama juga menjadi pengalaman yang berharga. Bagaimana kita menyikapi teman sekitar yang sakit, teman yang mengalami masalah, hingga menghadapi teman yang kepribadian buruknya muncul. Semua memang harus dihadapi dengan sabar dan tabah.

Wali Songo: Doa Sebagai Perantara Terijabahnya Hajat

Walaupun banyak rintangannya, kami tetap teguh untuk menghadapinya hanya demi ziarah dan tahlilan. Mengapa?

Tentu saja karena tujuan kami kesana adalah mencari ridho Allah melalui perantara para walinya sehingga hajat kami lebih mudah terkabul.

Kami rela melakukan perjuangan hebat yang melelahkan hanya demi beberapa menit untuk  doa dan tahlil di makam para wali Allah. Semua kami lakukan dengan ikhlas, sabar dan bersungguh-sungguh agar doa yang kami panjatkan dapat diterima dan diijabah oleh Allah.

Kami sangat senang dengan wisata religi ini —walaupun lelahnya juga luar biasa— karena banyak pengalaman berharga yang dapat kami dapat melalui wisata ini. Percaya deh, buat adik-adik kelas 11 kalian bakalan nyesel kalo ga ikut wisata ini karena gabisa rasain sensasi dan pengalamannya. Jadi, persiapin fisik dan mental kalian ya sebelum wisata religi wali songo biar disana ga kaget dan bisa menerima keadaan. Semangat adik-adik!

| 29/12/2024 berpacu dengan otak dan raga yang lelah

– Penulis merupakan pecinta pink dan hal-hal imut

308 total views, 3 views today

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *