Turcham.com – Yuniardo Muhammed Alvarres atau akrab disapa Varres merupakan alumni SMA Khadijah Surabaya tahun 2019. Dulu, ia menjabat sebagai ketua Dj’s Production pada tahun 2017-2018. Selama aktif di ekstrakulikuler tersebut, ia beserta dengan timnya berhasil mendapatkan juara 1 di Festival Film Nusantara tahun 2017, film garapannya bertajuk “Ludruk Tjap Soerabaja”.
Kini, Varres melanjutkan studinya sebagai mahasiswa (S1) di Universitas Gajah Mada Jurusan Antropologi yang sudah memasuki semester 6.
Menurutnya, film jadi media yang bisa menjembatani ide ke orang lain dengan mudah. Juga, film dapat dieksplorasi dalam berbagai bentuk. Hal itu lah yang membuat Varres tertarik dengan dunia perfilman. Ia juga mengatakan kalau di jurusan Antropologi, film menjadi bagian yang dipelajari, baik dengan membedah filmnya maupun membuat film.
Nama lengkap : Yuniardo Muhammed Alvarres
Nama panggilan : Varres
Tempat tanggal lahir : Lumajang, 3 Desember 2000
Alumni tahun : 2019
Jenjang studi : S1
Jurusan : Antropologi
Universitas/institut : Universitas Gadjah Mada
Hobi : Keliling naik motor
Makanan favorit : udang goreng tepung + nasi panas
Warna favorit : Kuning
Varres beberapa kali menjadi produser film di saat tertentu, suka dan duka yang ia rasakan sangat banyak, seperti: Filmnya yang sering ditolak untuk masuk festival atau screening. Menurutnya, itu hal yang biasa.
“Yang terpenting, kamu tau nilai film kamu dan nyari ruang screening yang pas. Ga harus besar, karena setiap film bakal nemuin penontonnya sendiri.”
Suka yang ia rasakan adalah di saat setelah membuat karya (film/foto/pameran), selalu ada yang memberi apresiasi dan menyeritakan bagaimana karyanya tersebut dapat berdampak. Karena itu, Varres selalu merasa kalau apapun yang ia buat itu penting.
Laki-laki kelahiran tahun 2000 ini menemukan banyak bentuk dimana film bisa menjadi media untuk mengekspresikan diri. Lantas, ia membuat program menonton untuk orang buta, menjadi fasilitator untuk kelompok marginal membuat film, lalu belajar bagaimana caranya menjadi programmer film, dan masih banyak hal lagi.
Ia menganggap Yogyakarta sebagai laboratoriumnya, “Jogja aku anggap sebagai laboratoriumku, karena 3 tahun kebelakang aku jalin relasi sama teman-teman, jadi membuat ide segila apapun rasanya gaada yang ga mungkin.” Ketiknya lewat Dokumen Google kepada redaksi (25/05/2022).
Cara Varres mengolah kreativitas dan kemampuan yang dimilikinya agar menjadi sebuah karya adalah sebagai berikut:
- Tulis apapun yang kamu pikirin
- Coba rangkai apapun yang kamu pikirin jadi kata kunci atau satu kalimat yang jelasin kamu mau bikin apa
- Kolaborasi, ceritain ide ini ke temen, guru, orang tua atau siapapun. Kalau bisa, coba buat kolaborasi dalam hal apapun, idenu bakal berkembang dan makin bewarna. Jangan takut dapet kritikan.
- Buat planning pembuatan karya yang jelas.
- Setelah data dirasa udah cukup, udah punya plan karya apa yang pengen dibuat. Langsung jalanin rencanamu. Gaada rencana yang bener bener matang jadi pastiin bisa sefleksibel mungkin buat ngatasi masalah.
- Jangan lupa cari jalan gimana karyamu bisa dilihat orang lain. Kalo karyamu. berbentuk film bisa lewat festival, atau bikin campaign dengan kolaborasi akun media sosial. Bisa juga telpon wartawan buat ngeliput, atau sesimple minta temenmu repost karyamu di story.
- Jangan takut buat nyebut namamu sebagai orang yang bikin karya itu. Karya yang kamu bikin ga jadi dalam semalem, jadi siapapun yang berkarya pantes buat dapet apresiasi.
Cara yang dibagaikan oleh Varres ini dapat ditiru oleh para pembaca, agar kreativitas dan kemampuan yang dimiliki dapat berkembang.
Konsisten adalah hal yang paling susah dilakukan, namun dampaknya benar-benar besar. Portofolio yang Varres buat membuka jalannya untuk mengerjakan projek lain yang bahkan belum pernah ia lakukan sebelumnya. Menurutnya, menemukan hal baru itu menyenangkan.
Varres berterus terang kalau ia tidak benar-benar mempunyai sosok yang menginspirasinya atau yang ia kagumi. Namun, ia banyak bertemu dengan orang-orang yang mempunyai minat sama dengannya. Semakin bertemu banyak orang, Varres semakin semangat untuk membuat karya. Karena selain dapat pandangan baru, ia juga dapat relasi yang lebih baik.
Hal-hal kecil yang patut disyukuri baginya adalah bertemu dengan teman-temannya yang mempunyai ide gila, bisa olahraga paling tidak seminggu sekali, bertemu orang-orang yang mengapresiasi karyanya, tidak dikejar-kejar ayam depan kos, mendapat diskon membeli makanan di GoFood, materi kuliah yang menjelaskan tentang seni, foto, ataupun film, dan masih sempat kuliah offline.
Diakhir wawancara, Varres berpesan kepada kita semua agar jangan takut untuk membuat karya, “Jangan takut buat bikin karya, pastiin kamu bisa dapet informasi yang cukup tentang hal yang kamu suka dan kira-kira bisa bantu kamu lewat program yang ditawarin,”
“Semua karya itu bagus, jadi kalo kamu bikin karya, kenali nilai karyamu dan cari ruang apresiasi buat karyamu.” Pesannya. (nin)
2,307 total views, 3 views today