Oleh: Nur Syifa Ramadhani
Ketertarikanku di Bahasa asing sudah muncul semenjak aku masih kecil. Hi-5, Barney, dan kawan-kawan menjadi acara favoritku pada periode itu. Cukup mengesankan untuk bocah yang masih berada di jenjang TK.
Semakin lama, ketertarikan itu meningkat sampai pada saat ini. Berada di kelas Cambridge membuat Bahasa Inggrisku terasah lebih baik daripada sebelumnya. Materi Bahasa Arab dari Bu Evi membantuku belajar Bahasa Arab. Dengan bantuan aplikasi bahasa-burung hantu hijau, Duolingo, beberapa bahasa asing sudah kudalami. Dengan bantuan aplikasi bahasa lain-sang kakek, HelloChinese, aku mencoba mempelajari mandarin.
Jika ditanya alasan mempelajari bahasa-bahasa itu, alasannya cukup jelas. Karena bahasa-bahasa itu merupakan bahasa yang umum dipakai di dunia. Sebutan kerennya, Bahasa Internasional. Walau begitu, alasan lain yang biasa kugunakan yaitu agar aku bisa melihat drama ataupun film yang menggunakan bahasa yang kupelajari tanpa melihat takarir-subtitel.
Apakah bahasa-bahasa itu dapat mengalihkanku dari mempelajari bahasa Indonesia? Jawabannya tentu tidak. Aku, kamu, kita, bertempat tinggal di Indonesia. Tentu tidak mungkin kita tiba-tiba menggunakan bahasa Korea disini. Yah, walaupun ada yang mempelajari bahasa itu, tetapi mayoritas masyarakat Indonesia menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa keseharian mereka.Bahasa Indonesia juga menjadi bahasa persatuan, seperti yang disebutkan dalam Sumpah Pemuda. Jadi, meskipun penduduk Indonesia memiliki banyak bahasa daerah, tetap bahasa Indonesia yang menjadi bahasa pemersatu bagi seluruh bahasa daerah di Indonesia.
Well, jika membandingkan semangatku mempelajari Bahasa Indonesia dengan nilai ASTS ku mungkin agak menyedihkan. Tetapi dengan hasil menyedihkan itu bisa menjadi pemicu untuk kembali bersemangat belajar bahasa lebih dalam.
–penulis merupakan siswi kelas 10 yang sedang meratapi hasil rapor sisipannya.
6 total views, 3 views today