Oleh: Zaidan Ogmaja Wira Pradana
Uprak-!! Uprak-!! Uprak-!!
Siap atau tidak siap, situasi ini jelas akan datang pada akhirnya. Ada yang merasa biasa saja, ada yang mengeluh sebelum tempur, bahkan ada pula terbingung-bingung.
Kata uprak (dibaca ‘Ujian Praktek’) memang tak jarang jadi momok bagi kami siswa penghujung era. Apalagi aku dan teman-temanku, yang kala itu masih terbagi menjadi dua kubu. IPA dan IPS đŸ™‚
Dari namanya saja sudah terbayang akan seberapa rusuh kondisi kelas. Terutama yang menjadi tantangan, bila mana sang guru hanya menyebutkan prosedur uprak sekali jalan. Hingga akhirnya, daya ingat kita pun diuji.
Bagi kami anak IPA, kami jelas memiliki mata pelajaran Biologi, Kimia, dan Fisika. Yang mana ketiga mata pelajaran itu bisa dibilang cukup hectic persiapannya.
Ssstt, aku kurang tahu uprak apa yang dilakukan anak IPS.. jadi, kau bisa tanya pada alumni yang lain, hihi.
Namun, disatu sisi, situasi uprak sebenarnya tidak terlalu buruk. Akan terasa menyenangkan bila kita bisa menjawab apa yang ditanyakan nantinya.
Dan, voila-! Kalian bisa melepas beban kalian satu per satu.
Menurutku, uprak tidak terlalu buruk. Karena pada dasarnya tidak semua nya menyusahkan. Bila kau ingin tahu, yang menjadi hal terfavorit bagi teman-teman seangkatan ku ialah uprak bahasa Indonesia.
Karena dari uprak itu, kami menjadi punya suatu buku yang menandai perjuangan kami. Itu.. sangat berkesan.
Segera setelah kau menyelesaikannya, kau akan merenungkan banyak hal.
Perjuangan yang sudah dilalui selama ini, akan berakhir sebentar lagi. Hanya tinggal menunggu semuanya sudah mendapat kampus, menyelesaikan ujian sekolah, dan wisuda. Lalu kalian akan membuka gerbang lain, dimana itu akan menjadi tempat perjuangan kalian berikutnya.
Ini sama halnya dengan pergantian musim hujan ke kemarau. Terlihat rusuh, menyebalkan, namun akhirnya berganti juga.
Jadi, tak ada salahnya untuk menikmati situasi ini dengan hati yang ‘riang’.
Omong-omong, semoga lancar-!
–Penulis Merupakan Bagian Dari Klan Refty
207 total views, 6 views today